The Village : Secrets Of Past...

By DellaNopyta

9.5K 2.1K 9.8K

Amazing cover by @hayylaaa Kehidupan masa lalu masih belumlah berakhir. Malah kini menghampiri dalam wujud mi... More

Opening
Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51
Chapter 52
Chapter 53
Chapter 54
Chapter 55
Chapter 56
Chapter 57
Chapter 58
Chapter 60
Chapter 61
Chapter 62
Chapter 63
Chapter 64
Chapter 65
Chapter 66
Chapter 67
Chapter 68
Chapter 69
Epilog

Chapter 59

58 15 98
By DellaNopyta

Angin berembus, begitu pula dengan Tang Yuan yang ikut mengembuskan napasnya sembari sepasang daun telinga tak lagi berkedut. Meskipun tak tahu pasti maksud dari embusan napasnya ini apa, tapi kalau melihat dari sorot sepasang netra menajam itu sendiri mampu terlihat jikalau ia, Tang Yuan, memberitahukan bahwa di hadapan mereka kini tak dihadiri musuh.

Oleh karenanya, ia mulai membawa sepasang tungkai kembali bergerak maju, memimpin mereka bertiga yang mau tau mau ikut pula menerobos, membelah ketebalan kabut memerah yang seakan gumpalan awan ini dengan kewaspadaan kian ditinggikan. Yang mana sebenarnya, Ji Yu dan Hui Yan, termasuk pula Kwan Mei kurang setuju akan keputusan ini. Kala tujuan mereka yang sebenarnya adalah Hutan Malam Abadi, bukanlah rumah warga yang jelas saja telah tertidur. Atau barangkali telah terkena mantra untuk tak sadarkan diri hingga pagi menjelang nanti.

Siapa yang tahu apa kebenarannya, bukan? Karena purnama saat ini begitu dan teramatlah spesial untuk diizinkan bagi orang lain menyaksikan, belum lagi jikalau ada kemungkinan lainnya. Seperti misalnya, perisai yang memenjarakan desa melemah sudah, setidaknya hal itu memampukan sejumlah warga untuk kabur ataupun menerobos pergi, bukan? Dan tentu hal tersebut tidak akan menguntungkan Mo Shan, selaku pemangsa.

Namun, mari singkirkan dahulu pemikiran yang ada, termasuk keinginan Tang Yuan yang entah kenapa pula ingin kemari. Kala di mana Ji Yu mulai menghentikan langkahnya, mengedarkan pandangan tanpa mengurangi sedikit pun kewaspadaan, atau tepatnya tak mampu barang sejenak saja.

"Ada apa?" tanya Tang Yuan, mengikuti arah edaran Ji Yu. "Kau merasakan sesuatu?"

Akan tetapi, yang ditanya malah bertingkah seperti tak mendengar sama sekali. Justru kegelisahan-lah yang dirasakan, kala lihatlah bagaimana keningnya mulai berkerut, pun sepasang netra dibiarkan memicing. Dan saat di mana semilir angin menerobos, Ji Yu serta merta menutupi penghidunya yang seakan menangkap aroma tak menyedapkan. "Ada yang aneh dengan tempat ini." Barulah kemudian mengalihkan pandangan pada Tang Yuan. "Terasa seperti tidak ada aura kehidupan."

Keheningan serta merta melanda, embusan demi embusan napas penuh kegelisahan-lah yang tertangkap pendengaran. Tanpa mereka sadari pula akan bagaimana reaksi tubuh mulai saling membelakangi, mundur untuk kemudian berkumpul ke dalam satu titik. Dan benar saja ... seperti yang disampaikan Ji Yu, area rumah warga desa ini sangatlah tak biasa. Kala di mana terasa sangatlah kuat suatu tekanan dari aura kematian.

KWAK! KWAK! KWAK!

Kawanan gagak lagi,'kah? Menengadah, tapi tak mampu menangkap apa pun. Ketebalan kabut ini sungguhlah sangat tak menguntungkan, mengharuskan mereka suka tidak suka haruslah mulai menajamkan pendengaran ketimbang penglihatan. Kala kini koakan tak lagi ada, melainkan sekelebat bayangan seakan melewati mereka yang mulai panik. Lantas, kawanan gagak,'kah sekelebat bayangan berseliweran ini?

"Bagaimana jika bermain-main denganku?"

Tidak! Sepertinya memang bukan kawanan gagak, melainkan ... seseorang. Hanya saja, kemampuan bergerak yang secepat ini sungguhlah di atas rata-rata. Bahkan jauh lebih cepat dari pergerakan Pak Tua.

"Lemah! Sangat lemah! Apa kalian pikir bisa memusnahkan kami?! HA HA HA HA HA HA HA ...! Anak-anak memang hanya anak-anak, sungguh konyol!"

"Siapa? Kaukah itu, A'Gui?!"

"Tebaklah, aku suka bermain-main ... Tang Yuan, pengkhianat!"

"Seorang pembunuh dan makhluk kejam sepertimu tidak pantas meneriakinya!" sahut Kwan Mei, geram melingkupi suaranya.

"Kalian pun sama, pembunuh layaknya diriku. Jadi tidak perlu menganggap diri kalian yang paling benar."

Dua, kini dua bayangan berkelebatan, mengelilingi mereka dalam suara tawa yang menyakitkan telinga. Bahkan gagak-gagak yang tak terlihat kembali menyuarakan suara nan menyebalkannya, bergema seakan menertawakan. Sontak, entah karena kebetulan saja atau memang sudah diatur. Bulan berdarah, tertutupi sudah oleh awan. Mengharuskan Kwan Mei menciptakan perisai, melingkupi mereka semua dalam pendar cahaya putih kebiruan energi khas miliknya ini.

Tak berselang lama kemudian, hantaman demi hantaman berupa cahaya kemerahan berdatangan tiada henti. Sukses menghancurkan perisai ciptaan Kwan Mei menjadi pecahan kepingan kaca yang seketika menguar seakan termakan oleh kabut. Sementara Kwan Mei, sebagai yang menciptakan perisai barusan terhantam sudah. Darah pada sudut bibir jelas adalah buktinya.

"Tidak ada perlawanan sama sekali. Zhan Hou ohh Zhan Hou, sungguh bodoh dirimu memercayai anak-anak lemah ini untuk melawan kami!"

Suara tawa kembali terdengar. Tawa yang perlahan entah kenapa terdengar semakin dan semakin jauh sebelum akhirnya terdengar sangatlah jauh. Namun, kesunyian kembali yang diperoleh saat ini justru terasa semakin menakutkan. Hening yang membuat jantung berdebar tak beraturan, buliran keringat bermunculan pada pelipis, mulut terasa kering, bahkan sepasang netra tak lagi berani dikedipkan, khawatir akan hal yang datang di kala kelengahan kecil dari mereka yang mematung.

Sedetik ... dua detik, bahkan di tiga detik berikutnya ... sama sekali tidak ada tanda-tanda akan kehadiran kembali dua penjaga desa. Ataukah mungkin, tugas telah dialihkan kepada .... Kawanan gagak? Serta merta Hui Yan menengadah, deruan napas dari mulutnya tak mampu terkontrol sembari memperingati lainnya untuk juga ikut melihat ke atas. Mendapati jikalau benar saja, kawanan gagak telah menukik, menerjang baik dengan cakar ataupun paruh nan tajam tersebut. Membubarkan seketika posisi keempatnya yang sedari tadi dipertahankan.

Pun pertarungan tak dapat lagi dihindari.

Berawal dari menggelegarnya cetar dari cambuk Ji Yu, lalu disusul oleh kelebatan cahaya keunguan milik Hui Yan, kebiruan milik Kwan Mei dan kemerahan lewat belati es mata iblis milik Tang Yuan. Meskipun benar tak mampu melihat dengan pasti akan bagaimana pertarungan cepat mereka ini, tapi dapat terlihat jikalau mereka berempat mampu melawan setidaknya tidak akan membiarkan, apalagi mengizinkan tubuh terkena serangan bahkan jika itu hanya berupa cakaran kecil belaka.

Sementara purnama berdarah yang bertengger di atas sana, mulai terbebas sudah dari gumpalan awan penghalang.

Hanya saja, kenapa kawanan gagak yang begitulah liar seakan tak akan pernah menyerah apalagi mundur ini malah menjauh? Pun anehnya pula, kabut tebal yang seakan tak mampu tersingkirkan oleh apa pun ini mulai menipis dan kian menipis seiring akan menjauhnya kawanan gagak yang pergi itu. Jelas mengarah pada area terlarang, Hutan Malam Abadi.

Lantas benarkah kalau Mo Shan yang menitahkan? Ataukah justru A'Gui dan penjaga desa satunya lagi yang masihlah hidup itu yang memanggil, menitahkan?

Entahlah apa pun itu, setidaknya kini pandangan telah mampu menangkap sejumlah penglihatan lebih jelas lagi. Kala lihatlah bagaimana rumah-rumah yang pernah menjadi kebahagiaan sejumlah warga ini mulai terlihat. Tidak ada pula yang berbeda, dan beruntung saja pertarungan singkat dengan kawanan gagak barusan tidaklah merusak ataupun menghancurkannya.

Namun, bukan berarti permasalahan ataupun serangan usai sudah. Malahan serangan siap meningkat ke tahap yang lebih tinggi lagi. Atau barangkali katakan saja, serangan kawanan gagak barusan tak lain adalah pemanasan sebelum melawan ia yang telah menanti pada tengah jalanan berjarak sekitar sepuluh atau mungkin lima belas langkah dari posisi Ji Yu dan Tang Yuan ini.

"Siapa kau?" Padahal tak terlalu keras Ji Yu mengeluarkan suaranya, tapi tetap saja gema yang dihasilkan cukuplah keras. "A'Gui,'kah?" tanyanya lagi, dan hasilnya tetaplah sama ... tidak ada jawaban atau bahkan sedikit saja gerakan yang menyatakan ia hidup.

"Ji Yu, kurasa dia bukanlah A'Gui." Lekat memandangi penjaga desa di depan sana, semacam tahu kalau sebentar lagi sang penjaga desa ini akan segera mengeluarkan suatu gerakan. "Fokuslah padanya."

Yang mana memanglah benar, penjaga desa bak patung ini mulai bergerak. Terutama tangan kanan yang dimiliki, dari kosong kini mulai memancarkan cahaya kemerahan. Kemudian, tertampilkan sudah sebuah senjata. Bukan pedang seperti penjaga desa lainnya, melainkan sebuah cambuk yang bagaikan lidah api.

Bukankah ini sama saja seperti Ji Yu bertemu rivalnya? Tak mengherankan kalau suami Hui Yan ini mulai meneguk salivanya, peluh pun meluruh dari kening yang dikernyitkan. Sedangkan sepasang netra bagaimana bisa tidak dikedipkan kala debaran jantung tak mampu dikendalikan untuk berdetak normal. Entahlah apakah Tang Yuan mendengar atau tidak detakan tersebut, karena suami Kwan Mei ini sendiri taklah begitu terlihat percaya diri pula.

Lantas bagaimana dengan dua wanita yang berada di belakang sana? Kenapa tak ada suara sedikit pun yang menandakan akan keberadaan mereka? Tidak mungkin mereka tak sadarkan diri, bukan? Hanya karena dipertemukan dengan musuh yang jauh lebih kuat, yang bahkan kini mulai mencetarkan cambuk apinya ke udara.

Gertakan,'kah? Seperti yang pernah dilakukan Ji Yu saat di hutan bambu dunia ilusi sana.

"Hui Yan, kalian berdua baik-baik saja?"

Setidaknya dengan keberadaan dua wanita ini, pertarungan masihlah mampu dimenangkan, bukan? Kwan Mei dengan kemampuan menciptakan perisai pelindung, sedangkan Hui Yan dengan kemampuan luar biasanya dalam memanahkan panah esnya yang mampu melukai secara fatal hanya dalam sekali tembakan.

Hanya saja, ke mana perginya jawaban atas pertanyaan Ji Yu barusan? Yang bahkan Tang Yuan sendiri mulai menoleh, mendapati jikalau tak lagi ada keberadaan siapa-siapa tepat di belakang mereka, termasuk bayangan pun tidak sama sekali ada.

DEG!

Kepanikan sesungguhnya barulah dirasakan kuat, berbaur dengan ketakutan dan kekhawatiran teramat. Masa bodoh dengan penjaga desa pembawa cambuk api sana, tak lagi kedua pria ini memusatkan pandangan padanya, melainkan terus mengedarkan pandangan sana-sini dengan harapan setidaknya istri mereka masihlah berada di area rumah warga ini. Meskipun benar, harapan hanyalah berupa harapan kosong belaka kemudian. Mengharuskan Ji Yu, pria yang pernah menjadi pelayan rumah ini berakhir mengeratkan genggaman cambuknya, kemarahan memenuhi pula sepasang netra yang diarahkan lurus pada penjaga desa sana.

"Pasti A'Gui yang membawa mereka."

Ji Yu tak banyak menanggapi, lagian jikalau bukan A'Gui siapa lagi yang akan mempergunakan cara seperti ini, bukan? Dan barulah dipahami kalau serangan kawanan gagak belum lama tadi bukanlah serangan sesungguhnya, melainkan hanya berupa taktik pengecohan. Jikalau sedari awal telah menyadari, atau setidaknya mencurigai akan permainan jebakan ini. Maka harusnya tidak akan ada hasil yang seperti ini, bukan?

"Biarkan aku menghadapinya sendiri, kau pergilah ke area terlarang sebelum semua terlambat."

"Bagaimana bisa kau memintaku untuk meninggalkanmu seorang diri?"

"Tidak ada waktu buat berdebat, jika Mo Shan mendapatkan tubuh Kwan Mei ... maka habis sudah kesempatan kita untuk menang."

"Tapi ...."

"Tidak ada tapi, cepatlah!"

"Pergilah, Ji Yu. Lagian dua penjaga desa telah tewas, jadi harusnya Tang Yuan tidak akan terbunuh selama Mo Shan belumlah mendapatkan apa yang diinginkan. Jadi pergilah, sungguh tidak ada waktu lagi buat kalian."

Mengangguk-angguk paham semacam mendengarkan ucapan He Ting, tentu Ji Yu paham akan situasi tersebut. Namun, keberatan hati itulah yang sangat sulit dilawan. Setidaknya izinkan ia untuk berpikir sejenak, hanya sejenak saja. Akan tetapi, kenapa pula hal itu tidak diizinkan? Yang mana Tang Yuan berakhir mendorong sudah, seakan mengusir untuk kemudian barulah suami Kwan Mei ini membelakanginya, siap menghadapi sang musuh di depan sana.

Lantas, apa yang bisa Ji Yu lakukan selain menuruti, bukan? Kala datangnya embusan angin yang menyerang sepasang netra ini sungguhlah mirip seperti pertarungan di hutan bambu dunia ilusi. Jangan bilang ... tidak mungkin. Perlahan, Ji Yu membuka kembali sepasang netra. Dan benar saja dugaannya, kalau-kalau sang musuh telah berdiri di hadapannya kini. Yang mana bahkan tanpa menanti lebih lagi, cambuk api dilemparkan sudah ke arahnya, membelit tubuh yang kemudian dilemparkan sudah Ji Yu dengan begitu ringan dan mudahnya ... punggung menghantam kuat tiang rumah sembari samar-samar mendengar teriakan Tang Yuan memanggil namanya. "Aku baik-baik saja." Terbatuk-batuk, menyentuh dada seraya berusaha bangkit kembali. "Tang Yuan, hati-hati!"

Tahu-tahu cambuk api telah membelit tubuh suami Kwan Mei ini, menariknya untuk kemudian tercekik sudah oleh sang musuh dalam posisi kedua kaki bergelantungan. Tak lagi tahan menyaksikan pertunjukan ini, serta merta Ji Yu memutar-mutar cambuk hitamnya tanpa lagi memedulikan akan merusak rumah-rumah ataukah tidak. Yang ia tahu hanyalah satu, Tang Yuan ... kawan seperjuangannya ini berkemungkinan besar akan tewas jika terus dibiarkan. Yang mana artinya pula, penjaga desa benarlah akan membunuh Tang Yuan biar kata Mo Shan belumlah mendapatkan apa yang diinginkan.

Jikalau demikian, apa tepatnya rencana Mo Shan dan A'Gui? Kenapa mereka tak lagi mempertahankan keberlangsungan hidup penjaga desa sebanyak yang mampu dipertahankan? Apa mungkin rencana mereka ada ... Ada hubungannya dengan Hui Yan? Bagai tersadarkan, Ji Yu dibuat bertukar pandang langsung dengan sang musuh. Meskipun benar musuh ini tak berucap, tapi melalui sorot sepasang netra menajam dari balik topeng tembaga hitamnya, mampu tertangkap jikalau tebakan Ji Yu memanglah benar adanya. Siapa dan apa Hui Yan bagi Mo Shan sebenarnya ...? Kiriman langit, sangat murni ... lantas ... tidak mungkin, bukan?!

Continue Reading

You'll Also Like

103K 22.1K 46
[Epic Fantasy] Tanah telah rusak beratus-ratus tahun lalu. Manusia telah punah karena terjadinya perang antara umat manusia, makhluk supernatural, ma...
156K 13K 41
"Pernahkah terpikirkan olehmu jika kau tidak akan pernah merasakan cinta lagi di usia enam belas tahun?! " Ellisa Vallarie, hidup selama seribu tahun...
591K 92K 28
[Fantasy & (Minor)Romance] Carmelize selalu berakhir bermimpi tentang sebuah kerajaan setiap malam. Hanya ada satu orang yang bisa melihatnya, yaitu...
3.9K 552 40
'Saat semua mimpi itu menjadi kenyataan aku tidak mau untuk tertidur lagi.' Mimpi adalah pengalaman bawah sadar yang melibatkan penglihatan, pendenga...