CERPEN

By NanasManis98

494K 43.2K 2.7K

Kumpulan beberapa cerita..... LIST : ⬇️ 1. CERPEN : CITRA✔️ 2. CERPEN : ODIT✔️ 3. CERPEN : AURORA✔️ 4. CERPEN... More

SALAM MANIS
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : CITRA
CERPEN : ODIT
CERPEN : ODIT
CERPEN : ODIT
CERPEN : ODIT
CERPEN : ODIT
CERPEN : ODIT
CERPEN : ODIT
CERPEN : ODIT
CERPEN : ODIT
CERPEN : ODIT
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : AURORA
CERPEN : FREYA
CERPEN : FREYA
CERPEN : FREYA
CERPEN : FREYA
CERPEN : FREYA
CERPEN : FREYA
CERPEN : FREYA
CERPEN : FREYA
CERPEN : FREYA
CERPEN : FREYA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CEPREN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : KALEA
CERPEN : UNA
CERPEN : UNA
CERPEN : UNA
CERPEN : UNA
CERPEN : UNA
CERPEN : UNA
CERPEN : UNA
CERPEN : UNA
CERPEN : UNA
CERPEN : UNA
CERPEN : SHARMA
CERPEN : SHARMA
CERPEN : SHARMA
CERPEN : SHARMA
CERPEN : SHARMA
CERPEN SHARMA
CERPEN SHARMA
CERPEN SHARMA
CERPEN : SHARMA
CERPEN : SHARMA
CERPEN : SHARMA
CERPEN : SHARMA
CERPEN : SHARMA
CERPEN : SHARMA

CERPEN : CITRA

28.7K 912 21
By NanasManis98

Part 1
_______

Citra membasuh mulutnya kemudian menegakkan punggung. Mulai mengatur nafasnya yang tersengal. Kedua kakinya terasa lemas sehingga ia tidak berani untuk berdiri, takut jika nantinya ia jatuh. Alhasil ia duduk bersimpuh di depan kloset yang terbuka tersebut.

Melamun, hingga tersentak saat seseorang masuk ke kamar mandi. Menoleh menatap Arga yang baru bangun tidur.

Seperti biasa menatapnya tajam membuatnya segera memalingkan wajahnya.

"Minggir lo. Gue mau buang air!" desis Arga datar membuat Citra segera berdiri, meski merasa lemas. Hingga hampir saja terjatuh, kalau saja tidak ada Arga yang memegang lengannya. "Nyusahin aja lo. Berdiri aja gak bener!"

Citra hanya diam, meski Arga berkata sinis padanya, ia tetap berterima kasih. Lalu keluar dari kamar mandi seraya memegang dinding sebagai tumpuan.

Memilih duduk di tepi ranjang seraya menatap lurus jendela yang masih tertutup gorden.

Ia pikir setelah keputusannya ini semua akan baik-baik saja, tapi malah semakin memperburuk keadaan.

Menyeret Arga yang sama sekali tidak bersalah. Membuat pria itu dicap bajingan oleh orang tuanya dan orang tua Arga. Juga membuat hubungan Arga dengan kekasihnya kandas.

Entah apa yang dipikirkan Citra saat itu ...

Langsung menyebut nama Arga saat Papi mendesak dirinya untuk mengaku siapa yang menghamilinya. Situasi yang tidak memungkinkan membuat Citra asal jawab saja. Namun, jawaban asalnya malah membuatnya semakin rumit.

Arga, sosok yang melarangnya keras untuk menggugurkan kandungannya.
Arga, sosok yang membuatnya tenang saat ia merasa nyaris kehilangan kewarasan karena kehamilannya.

Tapi, sejak ia menjadikan pria itu kambing hitam, tidak ada lagi Arga yang lemah lembut dan sering membuatnya kesal. Arga kini seakan bukan Arga yang ia kenal. Berubah menjadi kasar dan tidak berperasaan.

Masih segar dalam ingatan Citra, tentang malam usai acara resepsi pernikahan mereka. Arga yang mengasarinya, membuatnya benar-benar seperti pelacur ....

Jika mengingat malam menyedihkan itu, Citra selalu menangis. Bahkan hampir setiap harinya menangis.

"Walaupun lo nangis darah, gak bakal ngerubah segalanya!" Citra tersentak, ia menyeka air matanya lalu menoleh menatap Arga yang tatapannya datar tertuju padanya. "Lo gak usah pasang ekspresi lemah lo yang palsu itu!"

Lalu pria itu berlalu ke arah pintu.

Sebelum Arga keluar, Citra berdiri menghadap ke arah pria itu. "Aku tau aku salah, tapi apa harus kamu setiap hari hina aku, Ga?"

Pria itu tidak bergerak, tetap mengarah ke arah pintu yang tertutup. Mendengarkan apa yang ia katakan.

"Kamu ...."

"Lo bikin hidup gue hancur, sialan!!" Citra tersentak refleks mundur saat Arga menoleh ke arahnya dan berteriak. Kedua tangan Arga terkepal kuat menatap tajam Citra. Menahan diri agar tidak memukul wanita itu. "Setelah apa yang lo perbuat, lo mau ngelarang gue?! Emang lo siapa?! Hah?!"

Citra menggumam meminta maaf pada Arga. Ia tadi hanya mengungkapkan apa yang ia pendam selama beberapa minggu ini setelah resmi menikah dengan Arga. Sikap Arga yang kasar dan selalu menghinanya membuatnya sangat sakit hati. Ia tau semua ini salahnya, tapi bisakah Arga tidak mengeluarkan kata-kata kasar padanya?

Karena saat ini ia sangat sensitif ...
Mungkin karena efek kehamilannya.

"Gak usah minta maaf lo! Gak guna!" Setelah mengatakan itu Arga keluar. Tidak lupa membanting pintu. Citra masih berdiri kaku di tempatnya. Menunduk hingga air matanya yang mengalir, setetes demi setetes jatuh mengenai kakinya.

Apa memang ini hukuman untuknya?

Ia memang terselamatkan dari amukan orang tuanya. Namanya tetap bersih di mata anggota Janitra, pun tidak menimbulkan skandal tentang dirinya yang hamil di luar nikah. Karena pernikahannya dengan Arga yang dengan embel-embel, 'perjodohan'.

Orang tuanya dan orang tua Arga mengira mereka pacaran dan hamil. Hanya keempat orang itu yang tau ia hamil, sementara anggota Janitra yang lain tidak tau.

Ah kecuali Faras.

Pria itu tau, tapi bungkam.

Juga teman-temannya yang tau, sekaligus tau apa yang terjadi.

Karena tindakannya tersebut, ia pun kehilangan teman-temannya yang kecewa padanya.

Hanya Freya yang senantiasa berada di sisinya. Selalu menguatkannya di kondisinya yang saat ini sangat-sangat tertekan.

Citra sangat memaklumi teman-temannya yang marah padanya. Karena kebodohannya ...

Dari awal Megumi ingatkan, juga lainnya jika harusnya ia berhenti. Berhenti dari hubungannya dengan Faras, tapi ia yang keras kepala sama sekali tidak mendengarkan.

Karena cinta, ia menjadi keras kepala.
Karena cinta, ia menjadi wanita yang bodoh.
Dan karena cinta, ia seperti ini ...
Hidunya hancur berantakan ...

●•••●

Kegiatan Citra semenjak hamil hanya tinggal berdiam di dalam kamar. Mungkin kamar mandi adalah destinasi favoritnya di rumahnya ini. Rumah megah yang diberikan Eyang padanya.

Karena kondisinya yang terserang rasa malas dan selalu lemas sehingga ia tidak pernah menyempatkan diri untuk berkeliling di rumah tersebut. Bahkan keluar dari kamarnya saja, sangat jarang. Makan pun diantarkan ke kamar, itu pun jarang menghabiskan makanannya karena jika makan ia akan berakhir muntah.

Apa begini rasanya hamil?
Kenapa begitu menyiksa?

Menyiksa fisik, maupun batinnya.

Ponselnya berdenting dan yang menghubunginya Mami. Segera ia menjawab panggilan, "Halo Mam."

"Hei, keadaan kamu gimana? Udah makan?" Hampir setiap harinya Mami menanyakan hal tersebut jika menelepon. Mungkin jika Mami tidak sedang berada di luar negeri, sudah pasti Mami akan berada di sini dan memaksakanya makan.

"Udah." Citra melirik makanan yang sama sekali belum ia sentuh.

Lalu Mami mengalihkan panggila video membuat Citra menghela nafas pelan. Ia menolaknya lalu kembali Mami menelepon. Mulai mengemolinya, tau jika ia belum makan.

"Gak bisa." Citra menjadi cengeng sejak hamil, kini menangis membuat Mami berhenti mendumel. "Ka-kalau makan pasti muntah. Terus nanti badanku lemes," ujar Citra sesenggukan. Di seberang sana Mami menghela nafas pelan.

"Emang gitu kalau hamil. Tapi, kamu juga jangan terlalu manja, Dek. Kalau kamu gak makan, bukan cuma kamu aja yang nantinya kenapa-kenapa, tapi anakmu. Pikirin kondisi anakmu, apalagi kamu masih hamil muda."

Citra menyeka air matanya yang menetes tidak berhenti, diam mendengarkan Mami.

"Andai aja Mami tau kamu seperti ini. Mami pasti gak ikut Papimu. Mau Mami pulang?"

"Eng-enggak usah." Citra meringis pelan. Anak bungsu yang manja memang pantas disematkan untuknya. Meski sudah menikah dan kini hamil, masa ia masih berada di bawah ketiak Mami?

Apalagi pastinya ia cemas jika Mami senantiasa berada di sisinya, nanti hubungannya dengan Arga yang tidak baik ketahuan. Pun kebusukan yang ia sembunyikan terungkap.

Citra terpekur ....

Sampai kapan ia harus sembunyi?

"Dek?"

Citra tersentak, ia segera menjawab Mami, "Iya Mi?"

"Arga belum pulang ya dari kampus? Di sana udah sore, kan?"

"A-arga ada kelas tambahan." Ungkap Citra bohong karena ia tidak tau ke mana Arga. Apa memang ke kampus atau nongkrong dengan teman-temannya. Atau mungkin kencan dengan kekasihnya?

Setelah beberapa saat berbincang dengan Mami, akhirnya sambungan telepon mereka terputus. Citra kembali melamun, lalu beringsut duduk untuk meraih makanan.

Menatapnya saja membuatnya ingin muntah, padahal makanan tersebut begitu lezat.

Menghela nafas pelan, ia memaksakan diri untuk makan. Benar apa yang dikatakan Mami, ia harus makan. Untuknya dan untuk janin yang ada di kandungannya.

Saat hendak memasukkan sesendok makanan ke dalam mulutnya, pintu kamar terbuka, Arga masuk yang ekspresinya datar. Pria itu menyandang tas ransel di bahu kirinya.

Citra menunduk, lalu memasukkan makanan tersebut. Merasa begitu mual, saat mengunyah, tapi ia menahan diri tetap menelannya. Apalagi saat mendengar suara Arga.

"Kan gue udah bilang, lo gak usah nyusahin gue. Cukup lo bikin hidup gue berantakan. Lo hamil bukan karena gue. Jadi, mending lo urusin diri lo sendiri, gak usah nyuruh nyokap lo nelepon gue terus nyuruh gue maksa lo makan!"

Citra tidak berani menatap Arga. Susah payah ia menelan makanan, seakan ia memakan kaca beling. Rasanya sangat sakit.

Tangannya gemetar pelan, kembali menyuap dirinya. Memaksa dirinya makan. Menahan agar air matanya tidak tumpah.

Setelah mendengar pintu kamar mandi tertutup. Akhirnya Citra berani menegakkan kepala lalu mengusap kedua matanya yang berair.

Perutnya bergejolak, perasaannya semakin tidak enak. Rasa mual semakin menjadi-jadi sehingga ia turun dari ranjang membuka pintu kamar mandi. Niatnya untuk muntah di westafel, tapi ia tidak sanggup lagi sehingga semua makanan yang tadi ia paksa masuk jatuh berceceran di lantai kamar mandi.

Arga yang sedang mandi di shower box menoleh menatap Citra yang muntah.

Mengeraskan hatinya, ia kembali memunggungi wanita itu. Lanjut membersihkan badannya, tidak mengacuhkan wanita itu yang masih muntah.

Setelah tidak mendengar apapun, ia kembali menoleh dan menemukan Citra yang tergeletak di lantai kamar mandi.

Arga terdiam sejenak, mengamati Citra yang sama sekali tidak bergerak.

Mengumpat pelan, ia mematikan kran shower lalu keluar dari box tersebut, kemudian meraih handuk untuk menutupi dirinya.

Berjongkok, ia menepuk pipi Citra dan wanita itu tidak bergeming. Membuatnya menghela nafas pelan, mengusap bekas muntahan Citra yang terdapat di dagu wanita itu lalu meraih tubuh Citra lalu menggendongnya.

Membawa Citra ke atas ranjang, kemudian menghubungi dokter kandungan keluarga Janitra.

Menunggu dokter datang, Arga mengusapkan minyak kayu putih ke telapak kaki dan tangan Citra yang dingin. Juga menghirupkan ke lubang hidung Citra.

Terdiam menatap wanita itu yang terlihat pucat.

Suara ketukan pintu membuatnya menoleh, lalu menyuruh sosok itu masuk. Seorang ART yang mengantar dokter kandungan. Pandangan dokter tersebut tertuju padanya, sehingga ia tersadar jika masih mengenakan handuk. Segera ia pamit ke ruang khusus untuk memakai pakaian. Tak berapa lama ia kembali keluar.

"Gak habis 'main' kan sampai istrimu pingsan?" tanya dokter tersebut geli. Arga menggeleng kaku. Lalu dokter tersebut memeriksa Citra dan akhirnya Citra tersadar.

Beberapa pertanyaan dilemparkan dokter pada Citra, kemudian menjelaskan kondisi Citra.

"Kalau gak bisa makan, jangan dipaksakan. Tapi, kamu harus tetep makan, sedikit demi sedikit saja. Atau kamu bisa konsumsi buah."

Citra dan Arga hanya mengangguk saja mendengarkan setiap perkataan Dokter tersebut.

Sepeninggalan dokter tersebut, tersisa Arga dan Citra di kamar.

"Inget kata dokter, jangan males makan lo. Kalau kondisi lo makin lemah, kondisi janin lo juga bakal lemah," ujar Arga.

Kalau saja nada bicara Arga lembut dan penuh perhatian, mungkin Citra akan terenyuh. Tetap saja pria itu berkata datar.

Arga hendak keluar dari kamar tersebut, tapi perkataan Citra membuatnya menahan diri agar tidak naik pitam.

"Bagus kalau janin aku lemah, setelah itu mati."

"Lo ...."

"Harusnya kamu gak usah peduli sama aku, Arga!!" teriak Citra. Kini beringsut duduk menatap Arga nyalang. "Harusnya waktu itu kamu gak peduli sama aku. Biarian aku aborsi. Jadi, kamu gak perlu terseret ..."

"Dan lo jadi pembunuh?!" sela Arga tajam membuat Citra bungkam. "Lo nyalahin gue?" Arga mendengus pelan. Membuang pandangannya sejenak, lalu kembali menatap Citra. "Laki-laki emang selalu salah, tapi situasi kita sekarang ini gak bisa klaim kalau gue yang salah. Karena semuanya salah lo! Salah lo yang pacaran sama pria bajingan itu! Salah lo yang pacaran yang ngelebihin batas sampai lo hamil! Salah lo ..."

"Iya!! Semua salahku! Aku mohon berhenti!" Citra menjerit, mentup kedua kupingnya. Mulai menangis lagi membuat Arga jengah melihat wanita itu yang setiap harinya menangis. "Semuanya salahku!!"

Arga hendak keluar dari kamar tersebut, tapi ia mengurungkan niatnya. Kembali menatap Citra yang menangis tersedu-sedu, menyalahkan dirinya.

Bundamu hidup dengan perasaan bersalah selama bertahun-tahun ....

Menghela nafas kasar, ia menghampiri Citra.

>>>>>>THE NEXT CHAPTER 2<<<<<<

Continue Reading

You'll Also Like

351K 9.9K 65
Cerita Pendek Tanggal update tidak menentu seperti cerita yang lainnya. Berbagai tema dan juga kategori cerita akan masuk menjadi satu di dalamnya.
48.4K 7.9K 30
Gatau baca aja!
102K 8.4K 35
Kisah seorang gadis cantik yang hidup penuh kasih sayang dari kedua orang tua nya dan kakak laki-laki nya,berumur 20 th pecinta Cogan harus bertransm...
38.6K 3.5K 31
Nathan Noel Tjoe-A-On fanfiction!! ___ Belum ada sinopsis ___ Written by: lullapyms