What Is Love? [ On Going ]

By graciasimamora09

13.4K 10.4K 25K

Gracia Ardville adalah seorang wanita yang telah mati rasa karena kehidupan yang dia jalankan. Dia menjadi se... More

prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
20
21
22
23
24
25

19

82 73 249
By graciasimamora09

Happy reading part 19 🎉🎉🎉
Vote + komen nya jangan lupa
Makasih ♡
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Aku lebih baik tidak menjawab ucapan Bintang dan memilih diam.

###

Sesampainya di tempat tujuan, aku langsung keluar dari mobil bersamaan dengan David dan Bintang. Aku melihat rumah yang ada dihadapan kami, yang tampak begitu besar dan mewah.

"Ngapain masih di situ? Ayo masuk," ucap David yang ada di sampingku.

Aku masuk ke dalam rumah Satria, mengikuti David dari belakang. Setelah itu, kami duduk di ruang tamu sambil menunggu Satria turun.

"Jadi gimana nih?" tanya Satria yang baru saja datang.

"Apanya?" tanya Bintang kemudia.

"Kejutannya, gimana? Ada usulan gak Cia?" tanya Satria terhadapku.

"Aku ikut rencana kalian saja,"

"Kalau rencanaku tuh, mau nya nih yah, kita bawa Elsa nya jalan-jalan dulu gitu, misalnya ke pantai nih. Habis itu, waktu aku ajak Elsa jalan-jalan kalian beli barang-barang yang ada di sini nih," ucap Satria sambil memberikan selembar kertas kepadaku.

Aku melihat barang-barang yang tertera di sana, dan salah satu barang yang dapat menarik perhatianku adalah cincin.

"Untuk apa cincin?" tanyaku refleks begitu saja.

"Buat kado," jawab Satria singkat.

"Wah... wah..., kek nya bakalan ada yang mau jadian nih." ucap Bintang.

"Bisa diam gak sih?" jawab Satria sambil melemparkan bantal sofa kepada Bintang.

"Wkwkwk, sans saja kali bro." sambung Bintang menyudahi perkelahian kecil mereka.

"Jadi kita bakalan beli barang ini semua?" tanya David menarik kertas tersebut dari tangaku.

"Iya, nanti kalian tinggal datang saja ke lokasi yang bakalan ku kirim nanti. Aku udah nyewa tempat disana, intinya kalian siap-siap saja deh. Dan untuk biaya, nih pakai saja atm ku." jelas Satria sambil memberikan atmnya kepadaku.

"Oke, aku ngerti kok gimana konsep nya. Tapi," ucapku yang segaja menghentikan pembicaraan.

"Tapi apa?"

"Yang ngerayain ulang tahun nya cuma kita 4 saja?" tanyaku pada Satria.

"Iya juga yah, kalau ngerayainnya 4 orang bakalan gak rame dong. Atau gini saja deh, kita undang anak kelas kita saja? Gimana?" tanya Satria.

"Setuju," jawab Bintang.

"Pas kan?" ucap Satria kepada Bintang, lalu bertepuk tangan satu sama lain.

"Tapi jangan membawa anak anjing ini ke pesta, aku gak mau dia ngerusakin pestanya nanti." sambung Satria sambil melihat Xero.

"Yah kok gitu?" tanya Bintang dengan wajah cemberut.

"Yah aku cuma gak pengen saja, kalau nanti pestanya jadi hancur."

"Aku janji kok bakalan jagain Xeronya,"

"Gak boleh."

"Permisi Kakak, Abang, ini minumananya." ucap seorang wanita yang baru saja datang sambil membawa minuman di atas nampan.

"Anjir cantik banget," jawab Bintang tiba-tiba, yang membuat kami semua menoleh kepadanya.

"Apa? Maksudku yang cantik itu minuman nya, he he he" ucap Bintang cengar-cengir.

"Silahkan diminum Kakak," ucap wanita tadi kembali, lalu pergi.

"Anjir dia siapa Sat?" tanya Bintang.

"Oh itu ade sepupuku, kenapa? Kau suka?"

"Iya anjir, cantik banget. Jadiin aku ade iparmu Sat, aku rela kok." jawab Bintang.

"Apaan sih, gak jelas banget. Lagian nih yah, belum tentu si Lolita suka samamu." balas Satria.

"Namanya Lolita? Pantesan cantik, orang namanya saja juga cantik." ucap Bintang kagum.

"Dasar buaya. Ngelihat yang bening dikit saja, udah mau keluar tuh mata." jawabku.

"Bilang saja kau sirik Ci, karena dia yang paling kiyowo." ucap Bintang yang membandingkanku dengan wanita tadi.

"Dih, kecantikan seseorang itu berbeda-beda bodoh. Jangan di samaain," jawabku.

"Terserah deh, yang penting dia yang paling cantik."

"Dasar buaya," balasku singkat lalu mengambil minuman dan meminumnya.

"Sat ajakin dia yah nanti, aku mau pdkt-an samanya." ucap Bintang.

"Lah buat apa?" tanya Satria.

"Yah gak ada salah nya sih, yah boleh yah,"

"Iya-iya, sans saja kali."

Drit ... Drit ...

"Iya Elsa ada apa?" ucap Satria yang mengangkat telepon.

"Iya sayang, ini bentar lagi aku mau otw oke. Kamu tunggu saja yah cantik," jawab Satria lalu mematikan sambungan telepon.

"Udah tau kan? Kalau kalian mau ngajak yang lain juga boleh kok. Yang penting barang-barang yang ada di sini, harus dapat semuanya yah." ucap Satria.

"Yaudah aku pergi dulu," pamit Satria.

"Satria," panggil Bintang.

"Apa?"

"Panggilin Lolitanya dong,"

"Yaelah tinggal panggil juga." ucap Satria.

"Lolitaaa" panggil Satria memanggil Lolita.

"Iya Abang, ada apa?" tanya Lolita.

"Kamu mau ikut gak ke acara ulang tahun pacar abang?"

"Emang boleh?"

"Yah boleh lah, nanti kamu sama Kakak Cia yang cantik sana." Aku yang mendengar namaku disebut, akhirnya tersenyum manis saja.

"Iya Lolita ikut," ucap Lolita.

"Gimana kalau kamu perkenalkan dirimu dulu sama mereka, biar bisa akrab." usul Satria menyuruh Lolita memperkenalkan diri.

"Perkenalkan nama saya Lolita, salam kenal semuanya Kakak dan Abang." ucap Lolita memperkenalkan diri.

"Kalau aku Bintang," ucap Bintang memperkenalkan diri tanpa disuruh.

"Nah kalau yang itu buaya, kamu jangan terjebak yah sama buaya." jawab Satria menunjuk Bintang.

"Apansih, enggak kok Dek. Yang buaya itu Abang kamu, masa dia udah punya pacar masih menggoda pacar orang lain sih. Kek Cia tuh tadi dibilangin cantik sama Abang kamu, padahal pacarnya ada di situ." jelas Bintang.

"Abang David pacarnya Kakak Cia?" ucap Lolita.

"Kamu kenal David?"

"Iya, Abang David sama Abang Erwin kan sering ke sini." jawab Lolita kepada Bintang.

"Tapi lebih gantengan Abang kan?" tanya Bintang kembali.

"Lebih gantengan Papa dari Abang," jawab Lolita. Dan seketika kami semuanya yang berada di sana tertawa mendengar ucapan Lolita.

"Makanya jadi orang jangan terlalu pede," ucapku pada Bintang.

"Udah Lolita sana ganti baju, nanti kamu sama Kakak Cia saja." ucap Satria menyuruh Lolita untuk ganti baju.

"Iya Bang."

Setelah itu Lolita pergi untuk mengganti baju dan Satria juga pergi untuk menjemput Elsa. Aku masih tidak menyangka hari ini adalah ulang tahun Elsa. Aku memikirkan kado apa nanti nya yang akan kubelikan untuk Elsa.

"Kakak ayo pergi," ucap Lolita setelah selesai mengganti baju.

Kami beranjak dari sana dan pergi menuju mobil David. Aku mengambil alih ke tempat duduk di belakang, agar sama dengan Lolita. Tapi Bintang terlebih dulu sudah duduk di sana. Mau tidak mau, akhirnya aku duduk di depan bersama David.

"Kita mau kemana dulu?" tanya David.

"Ke tokoh perhiasan dulu," jawabku.

Mobil pun berjalan ke tempat tujuan. David membawa kami ke mall. Sesampainya di mall, kami keluar lalu berjalan menelusuri tokoh ke tokoh, hingga sampai pada tokoh perhiasan Dior. Aku melihat berbagai perhiasaan yang dipajang di sana. Ada kalung, anting-anting, gelang, cincin dan yang lainnya.

"Wah mewah-mewah semuanya," ucap Lolita.

"Iya dong. Misalnya kek kamu, mewah di mataku." goda Bintang.

"Lolita sini, gak usah dekat-dekat sama buaya. Buayanya mendingan jagain Xero saja," ucapku.

Aku berjalan terlebih dahulu bersamaan dengan Lolita di depan dan diikuti oleh David dan Bintang. Mataku tertuju pada cincin yang polos dan elegan di sana.

"Bukan kah ini cantik?"

"Bagaimana dengan cincin ini?" ucapku bersamaan dengan David sambil menunjuk cincin di sana. Aku langsung menjauhkan jariku dari sana. Aku merasakan suasana di sini semakin cangguh.

"Asek nih, kalau udah jodoh mah kek gini nih. Mau ngasih pendapat pun, satu hati. Saya mengiri," ucap Bintang membuat suasana mencair.

"Yaudah pilih yang ini saja. Lolita juga suka kok sama cincinnya," jawab Lolita.

"Yaudah Mbak tolong yang ini dibungkus yah," ucapku pada pelayan yang ada di sana.

Setelah mendapatkan cincin, kami berjalan ke arah penjualan tempat membeli kue. Aku dan Lolita masuk ke dalam tokoh kue, sedangkan David dan Bintang menunggu di luar. Karena tidak dibolehkannya hewan masuk ke dalam tokoh kue.

"Kak bagaimana dengan yang ini? Kakak Elsa kan soft girl, jadi cocok banget sama kuenya." usul Lolita.

"Bagus juga, yaudah kita beli yang ini saja." jawabku lalu memesan kue nya untuk dibungkus.

Setelah selesai membeli kue dan cincin untuk kado Satria, kini kami mencari tempat makan, karena merasa lapar.

"Ah akhirnya aku bisa duduk juga," ucap Bintang yang merasa lega.

"Apa kau merasa lapar hm?" tanya Bintang pada Xero. Tapi Xero hanya terduduk manis saja.

"Sini sama aku saja Xero nya," ucapku pada Bintang. Aku mengambil Xero lalu mengelus lembut tubuhnya.

"Namanya Xero yah Kak?" tanya Lolita sambil mengelus kepala Xero.

"Iya,"

"Aku rasa dia kelaparan deh, makanya gak terlalu bawel." usul Lolita.

"Bisa jadi tuh,"

Tidak berapa lama makanan kami sudah datang, aku meletaka Xero di bawah meja. Lalu pergi ke kamar mandi untuk mencuci tangan. Setelah itu, kami makan bersama.

Setelah selesai makan, dan membeli semua perlengkapan yang kami punya. Akhirnya kini waktunya untuk mengundang anak yang lainnya. Kami masuk ke dalam mobil sambil membawa barang-barang yang kami beli tadi.

"Jadi kita ngundang siapa saja?" tanyaku ketika di dalam mobil.

"Ajak anak kelas kita saja, gak perlu banyak-banyak. Nanti gak kebagian kue kitanya," usul Bintang.

"Jangan lupa Kayla juga diundang." jawab David.

"Gak." tolakku.

"Kenapa enggak?"

"Yah kau kan tau sendiri, kalau Elsa itu gak suka sama Kayla, jadi gak boleh ada Kayla sama anak Cecan lainnya di pesta ulang tahun Elsa." jelasku.

"Yah gak boleh gitu dong, gimana pun kan mereka juga teman satu kelas kita," sahut David yang tidak mau kalah.

"Aku bilang gak boleh ada Kayla pokoknya," tolakku.

"Gak usah jadi penguasa deh, orang yang ulang tahun siapa, yang marah siapa," jawab David menantang keputusanku.

"Tapi itu yang terbaik,"

"Terbaik buat mu, bukan buat yang lainnya."

"Terserah, aku turun di sini saja." jawabku.

Dan benar saja, David langsung menghentikan mobilnya di tengah jalanan. Aku turun dari mobil, sambil membawa Xero yang ada dipangkuanku. Lalu menutup pintu, setelah itu mobil David berjalan kembali meninggalkanku sendirian di tegah jalan. Aku tidak tau lagi maksud dan pikiran David dengan mengundang Kayla ke acara ulang tahun Elsa. Sudah jelas sekali, kalau Kayla itu membenci Elsa. Tapi dia malah melakukan hal bodoh.

"AHHH" teriakku prustasi.

Aku menarik nafas perlahan mencoba menenangkan pikiranku. Aku duduk di trotoar, sambil mencoba menelepon Pak Bayu, supir pribadiku.
Matahari semakin terik, dan aku merasakan sebentar lagi mungkin aku akan gosong di sini bersama Xero. Sambil menunggu Pak Bayu, aku kembali mengingat pertengkaranku bersama David di mobil tadi.

"Sedang apa kau di sini?" tanya seseorang pengendara motor, yang berhenti di hadapanku. Dia adalah Erwin.

"Aku sedang menunggu jemputanku," jawabku.

"Naik lah, biar aku yang mengantarkanmu." jawab Erwin.

"O-oh? Tidak, itu tidak perlu. Kau pergi saja," ucapku menolak.

"Dan membiarkan wanita cantik sepertimu di sini hingga gosong? Dengan seekor anak anjing?" tanya Erwin sambil melihat Xero.

"Namanya Xero,"

"Nama yang unik, aku akan menemanimu di sini." Lalu duduk di sampingku.

"Bukankah di sini sangat panas? Kenapa tidak mencari tempat teduh saja?" tanya Erwin kembali

"Aku udah bilang, kau gak perlu menemaniku."

"Kau menantangku yah?"

"Tidak, aku tidak menantangmu." jawabku.

Erwin mengeluarkan sebatang rokok dari sakunya lalu menghidupkan mancis, dan menghirupnya.

"Erwin di sini gak boleh merokok, apa kau gila? Di hari yang panas seperti ini kau malah menghisap rokok yang menjijikan itu?" kesalku.

"Menjijikan? Bagiku ini ketenangan." jawab Erwin singkat.

"Ketenangan? Sekarang aku mengerti, gak Abang, gak Adeknya sama-sama ngesalin." umpatku.

"Apa anak sialan itu membuatmu marah?" tanya Erwin yang menyebut sialan itu sebagai David.

"Benar, tapi tunggu, dia bukan sialan. Dia punya nama,"

"Dia seorang pengecut, jangan pernah percaya kepadanya."

"Lalu aku harus percaya padamu?"

"Setidaknya aku lebih baik dari padanya," jawab Erwin.

"Benarkah? Aku rasa kalian sama saja, kau meninggalkan Kayla di saat kalian bertengkar, dan bahkan kau mendorongnya. Jadi bagiku kalian sama saja, aku tidak memihak pada siapapun," jelasku.

"Kalau soal Kayla, itu sudah biasa. Hal biasa bagi sepasang kekasih yang sering berkelahi."

"Yang benar saja,"

"Kau tidak percaya?" tanya Erwin kepadaku sambil menaikan alisnya sebelah, aku hanya menggeleng sebagai tanda iya.

"Kalau begitu cobalah untuk berpacaran, maka kau akan merasakannya." jawab Erwin.

"Dih, buat apa coba kalian pacaran kalau bukan jadi jodoh juga? Sia-sia tau waktunya," jawabku.

"Kamunya saja dulu coba buka hati antah ke siapa gitu, aku yakin kamu bakalan merasakan betapa indahnya jatuh cinta." jelas Erwin.

"Aku tidak percaya pada cinta, kalau emang jodoh, yah pasti bakalan jodoh juga." ucapku yang mengingat betapa tragisnya kisah pernikahan kedua orangtuaku.

"Apa kau memiliki trauma?" tanya Erwin yang penasaran.

"Entah lah, aku juga tidak tau apa yang sedang kurasakan."

Tin... Tin...

Itu adalah suara klakson mobil David. Aku melihat ke depan, dan tampak David yang keluar dari dalam mobil.

"Kalau punya motor itu, parkirin di tempat lain!" ucap David kepada Erwin.

"Ayo," ucap David menarik tanganku.

"Gak usah kasar sama cewek!" bentak Erwin mencoba melepaskan pegangan tangan David dari tanganku.

"Ini gak ada urusannya samamu," jawab David tidak kalah jauh.

"Biarin Cianya pulang samaku," ucap Erwin lalu menarik tanganku.

"Gak, dia pulang samaku." balas David sambil menarik tangan sebelahku.

"Bisa gak sih kalian diam?!" ucapku.

"Kalian itu Kakak beradik, jadi harus bisa akur. Dan satu hal lagi, aku gak pulang barang siapapun diantara kalian." jelasku lalu membawa Xero dari sana.

"Lihat, ini semua gara-gara mu. Dasar sialan," pekik David yang masih dapat kudengar.

"Ikut aku," ucap David yang mengejarku lalu menarik tanganku. Dia membawaku ke dalam mobilnya, dan aku hanya bisa pasrah.

"Jadi cewek gak usah kecantikan yah, aku gak suka ngelihat kamu sama Erwin, dan satu hal lagi, yang boleh bawak kamu itu kemana-mana hanya aku. Gak boleh ada yang lain selain aku, terutama bajingan itu." jelas David, lalu menjalankan mobilnya.

"Tapi kau tidak punya hak untuk melarangku bergaul dengan siapa pun." jawabku.

"Aku punya hak atas hidupmu, bahkan sebelum kau dilahirkan di dunia ini, kau sudah menjadi milikku seutuhnya." balas David.

"Ck, yang benar saja."

"Bahkan sebelum kau mengenal bajingan itu, aku yang terlebih dahulu menemukanmu. Mau tidak mau kau akan menjadi milikku seutuhnya."

"Terserah." jawabku pasrah. Percuma saja untuk melawan David, itu semuanya akan sia-sia.

David memarkirkan mobilnya di tempat parkiran dekat Pantai. Aku dapat merasakan aroma pantai khas lautan seperti biasanya.

"Aku tidak ingin datang ke pesta itu," ucapku.

"Dan kau akan membuat sahabatmu menjadi sedih karena ketidak hadiranmu di saat seperti ini?"

"Dia bukan sahabatku, aku ataupun dia tidak pernah mengklaim bahwa kami adalah sahabat." jawabku jujur.

"Hubungan itu tidak perlu harus diklaim, yang terpenting adalah merasakannya dan menikmati apa yang telah terjadi." jelas David.

"Sekarang ayo pergi, aku yakinin Elsa sedang menunggumu."

"Aku tidak,-"

"Tidak apa?" potong David cepat.

"Xero ingin pulang," jawabku memberikan alasan.

"Aku tidak jadi mengundang Kayla dan yang lainnya. Jadi hanya ada aku, kau, dan juga Bintang dan Lolita." ucap David to the point.

"Benarkah? Bahkan anak dari kelas kita tidak jadi datang?"

"Hm, jadi ayo," ucap David sambil mengulurkan tangannya kepadaku. Aku akhirnya keluar dari mobil, dan berjalan di samping David.

Kami berjalan ke arah Satria dan Elsa yang sudah ada di sana terlebih dahulu. Aku juga dapat melihat Bintang yang lagi mencari perhatian kepada Lolita, itu sangat mengelikan bagiku.

"Cia!" seru Elsa yang melihatku.

"Hi," jawabku sambil tersenyum.

"Kau datang juga? Aku pikir tadi hanya Bintang saja," ucap Elsa. Aku menoleh ke arah David yang berada di sampingku, meminta penjelasan yang lebih.

"Dia belum tau," bisik David tepat di telingaku. Mengatakan bahwa rencana kami belum diketahui oleh Elsa.

"Tentu saja aku datang," jawabku.

"Kau tau, hari ini seperti nya Satria sangat aneh sekali." bisik Elsa di sampingku.

"Kenapa?"

"Yah kau tau, dia tadi menjemputku secara tiba-tiba, dan mengajakku ke pantai." jelas Elsa.

"Aneh apanya sih?" tanyaku pura-pura.

"Aneh banget Cia, apalagi nih yah, dia dari tadi manggil aku sayang mulu, bikin baper tau." ucap Elsa. Aku dapat melihat pipi Elsa tampak memerah.

"Wkwkwk, yang penting kau senang kan?"

"Iya sih, tapi aku juga sedih." balas Elsa yang murung.

"Kenapa?"

"Hari ini, hari yang spesial bagiku, tapi yaudah deh." Aku mengerti maksud Elsa.

"Memangnya hari ini hari apa?"

"Gak jadi deh, he he he,"

"Hubungan kalian sendiri gimana?" tanya Elsa sambil melihat aku dan David.

"Kami gak punya hubungan apapun," jawabku.

"Gak usah di sembunyiin juga kali Cia, aku udah tau kok. Kata Bintang kalian itu udah jadian, dan kalau Bintang dan Lolita juga jadian, maka circle kita udah punya pawangnya masing-masing deh." jelas Elsa.

"Memangnya kau sama Satria sendiri udah jadian?"

"Yah enggak sih, tapi,-" ucap Elsa menggantung ucapannya.

"David tutup telingamu!" sambung Elsa menyuruh David untuk tidak mendengar pembicaraan kami.

"Aku gak dengar," jawab David.

"Baiklah, tapi awas saja kalau kau mendengarnya." ucap Elsa memperingati David.

"Jadi apa?" tanyaku penasaran.

"Yah tapi semoga saja Satria nya belum punya pawang." sambung Elsa menyelesaikan pembicaraannya.

"Gak bakalan kok," jawabku.

"Cia kau mau bantuin aku gak?" tanya Elsa.

"Bantuin apa?"

"Sini biar aku bisikin," jawab Elsa lalu membisikan sesuatu di dalam telingaku.

"Apa? Gak boleh pokoknya. Kau gila? Pokoknya jangan lakuin itu sekalipun Elsa, ingat harga diri wanita itu mahal." jawabku pada Elsa.

"Tapikan kalau dia nantinya keburu diambil, gimana dong?"

"Yah masih banyak cowok lain Elsa, gak musti Satria juga." jelasku.

"Gak mau, aku mau nya dia."

"Sayang kamu kemana saja sih? Aku dari tadi cariin kamu loh," ucap Satria yang baru saja datang, lalu memeluk Elsa dengan manja.

"Sat lepasin, aku malu." jawab Elsa dengan sedikit mendorong tubuh Satria.

"Ngapain malu? Orang Cia nya saja sudah punya pawang kok, iyakan cantik?" sambung Satria.

"Anjir, kau membuatku jijik." jawab David kemudian.

"Dasar sirik, sana pergi, aku sama ayang bebeb mau berduaan." usir Satria kepada David.

"Jijik tau," jawab David. David beranjak dari tempat duduk nya lalu pergi dari sana.

Aku juga merasa tidak enak berada si sana, menjadi nyamuk di antar mereka. Akhirnya aku berjalan ke arah pantai sambil mencari-cari Xero yang hilang antah kemana.

"Xero," panggilku.

"Xero, kamu dimana?" teriakku kembali.

"Bintang apa kau melihat Xero?" tanyaku pada Bintang yang sibuk memfoto Lolita.

"Oh Xero tadi ada di sana sih, kalau gak salah." jawab Bintang sambil menunjukan pohon kelapa yang ada di sana.

"Hi Kak Cia," sapa Lolita.

"Hi," jawabku. Aku kembali mencari Xero ditempat yang dikatakan Bintang tadi. Dan benar saja Xero berada di sana sambil berbaring dengan pasir.

"Xero," ucapku lalu mengangkatnya dari sana.

"Gug... gug... gug..." Xero menjilati pipiku, membuatku merasakan geli.

"Lihat sekarang kau jadi kotor, kenapa bermain pasir hm?" tanyaku.

Aku membawa Xero ke tempat yang teduh dekat pantai. Pantai di sini sangat sepi, dan hanya ada kami saja. Pantai ini di sewa Satria khusus untuk merayakan ulang tahun Elsa. Aku duduk di pondok sambil melihat pemandangan lautan yang indah di hadapanku. Dengan Xero yang berada di pangkuanku juga, kami menikmati angin sepoi-sepoi yang lumayan kencang. Aku memejamkan mataku menikmati angin sepoi-sepoi. Rasanya saat ini aku ingin tidur saja di sana.

"Mau es krim?" ucap seseorang yang aku yakini itu adalah David. Aku membuka mataku, dan benar saja itu adalah David. Aku sudah menghapal suara khas miliknya.

Aku mengambil es krim strawberry dari tangan David. David yang berada di sana langsung duduk di sampingku, yang membuatku sedikit bergidik ngeri dengan sikapnya.

"Kau suka?" tanya David membuka pembicaraan.

"Hm."

"Hm apa?"

"Yah iya," jawabku.

"Kalau dikasih es krim itu bilangnya makasih jangan cuma hm,"

"Iya makasih," jawabku.

"Hanya itu?" tanya David.

"Lalu apa lagi?" tanyaku heran padanya.

"Beri aku ciuman."

Tbc

Gracia Ardville

Elsa Oktya Margaretta

Lolita Angel

David Leonard Vernando

Satria Yoranda

Bintang Ardville

Continue Reading

You'll Also Like

2.4M 142K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...
619K 29.7K 46
selamat datang dilapak ceritaku. 🌻FOLLOW SEBELUM MEMBACA🌻 "Premannya udah pergi, sampai kapan mau gini terus?!" ujar Bintang pada gadis di hadapann...
6.1M 263K 58
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
363K 44.7K 33
Cashel, pemuda manis yang tengah duduk di bangku kelas tiga SMA itu seringkali di sebut sebagai jenius gila. dengan ingatan fotografis dan IQ di atas...