What Is Love? [ On Going ]

By graciasimamora09

13.4K 10.4K 25K

Gracia Ardville adalah seorang wanita yang telah mati rasa karena kehidupan yang dia jalankan. Dia menjadi se... More

prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
18
19
20
21
22
23
24
25

17

117 99 438
By graciasimamora09

Happy reading part 17 🎉🎉🎉
Vote + komen nya jangan lupa
Makasih ♡
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Sudah diam saja, bagaimana pun dia tetap teman kita." jawabku.

"Bintang kamu maju ke depan, biar Kayla di sampingku." sambungku menyuruh Bintang.

# # #

Setelah mobil berhenti di hadapan Kayla, aku langsung keluar menemuinnya.

"Ayo masuk, sebelum hujan nya makin deras nanti." ucapku mencoba mengajaknya lagi.

"Gak perlu, makasih." tolak nya kembali.

"Yaudah kalau mau kenak hujan dan demam, terserah." Setelah itu aku pergi dari sana, dan benar saja hujan semakin lebat saja.

"Tunggu." ucap Kayla. Aku menoleh ke belakang melihatnya.

"Aku akan ikut bersamamu, tapi bukan berarti kau baik terhadapku." ucapnya.

"Terserah," jawabku.

Aku dan Kayla pun masuk ke dalam mobil. Setelah itu mobil berjalan kembali menelusuri jalanan. Tidak ada yang membuka pembicaraan kami hening dalam keadaan diam. Hingga tibalah saatnya sampai di rumah.

Aku turun dari rumah dan begitu juga dengan Kayla dan Bintang. Kami memasuki rumah kediaman keluarga Ardville. Aku langsung naik ke kamar untuk mengambil baju, agar diberikan kepada Kayla. Sebelum itu aku terlebih dahulu mengganti mandi.

Setelah selesai mandi, aku mengambil pakaianku dari dalam lemari, dan menggenakan pakaian baju tidur. Aku memakai baju panjang tangan yang bermotif kelinci. Setelah itu aku juga tak lupa mengambil baju untuk dikenakan Kayla juga. Aku memberikannya baju tidur berwarna pink begitu juga dengan celananya yang bermotifkan kotak-kotak.

Setelah itu aku turun ke bawah untuk menemuin Kayla yang ada di ruang tegah.

"Pergilah mandi, dan bersihkan luka yang ada di kaki mu. Aku sudah menyiapkan pakaian untukmu di kamar ku, kau bisa memakainnya." ucapku.

"Tidak perlu, aku sudah menyuruh seseorang untuk menjemputku." jawabnya.

"Tapi setidaknya cobalah untuk ganti pakaianmu, menunggu hujan redah." sahutku menyarankannya.

"Di mana kamar mu?"

"Di lantai 2, kamar awal yang kau temui setelah melewati tangga." jawabku menjelaskan dimana letak kamarku.

Setelah itu Kayla pergi dari sana menuju kamar ku. Sambil menunggunya, aku menghidupkan televisi dan memutar siaran kartun Upin & Ipin. Entah kenapa, walaupun kartun nyah sudah lama, tapi aku selalu menyukai kartun Upin & Ipin itu, apalagi kalau Spogebob. Sambil menunggu iklan, aku mengambil beberapa makanan dari dalam kulkas.
Aku mengambil beberapa snack dari dalam kulkas, lalu membawanya bersamaku menuju ruang tegah.

Sambil menonton, aku memakan snack-ku. Menikmati suasana ketenangan yang kubuat sendiri. Tak berapa lama, Bintang datang dan duduk di sampingku sambil mengambil Pocky milikku.

"Bintang itu makananku, ambil yang lain saja sana." ucapku sambil merampas makananku kembali.

"Yaelah bagi dikit kenapa Ci, pelit banget sama makanan." jawab Bintang, sambil menjauhkan Pocky nya dariku.

"Bintang baliki, ambil yang lain." ucapku tak mau kalah merebut Pockynya.

"Gak,"

"Ihh baliki, ambil yang lain saja." tolakku gusar. Aku semakin gencar untuk merebut makanan ku kembali.

"Kalian kenapa?" tanya Papa yang baru saja pulang kerja. Aku langsung melihat ke sumber suara dan menghentikan perampokan makananku pada Bintang.

"Ini Om, Cia nya gak mau bagi makanannya sama Bintang." ucap Bintang mengadu pada Papa.

"Bukannya gak mau kasih Pah, dia nya saja yang ngambil makanan Cia. Padahalkan masih ada yang lain," jawabku membenarkan diriku.

"Sudah-sudah, kalian seperti anak kecil saja. Kek gak ada saja makanan di rumah ini lagi, jangan berebut. Saling berbagi saja," sahut Papa.

"Tuh dengari Ci," ucap Bintang kepadaku.

"Kan kau yang seharusnya dengarin, jangan suka rampok makanan orang." jawabku.

"Papa," ucap Kayla yang baru saja turun.

Deg

Entah apa maksud Kayla dengan mengatakan Papa adalah Papa nya juga. Aku tidak mengerti sama sekali, aku langsung melihat Kayla yang tampak berlari dan memeluk Papa. Aku sedikut terkejut, bagaimana bisa hubungan mereka bisa sedekat itu?

"Ternyata ini rumah Papa?" tanya Kayla kepada Papa.

"I-iya sayang, ini rumah Papa." jawab Papa dengan ragu.

Aku tidak mengerti maksud mereka sekarang, ditambah lagi Papa tadi mengatakan kepada Kayla dengan sebutan sayang.

"Itu berarti dia adalah saudara tiriku dong Pah?" tanya Kayla kembali sambil menunjukku.

Saudara tiri? batinku tak percaya.

Jangan bilang kalau Kayla adalah anak dari Mama tiri yang dimaksud Papa untuk dia nikahin. Tapi tunggu kapan Papa menikah? Papa menikah tanpa ada aku di sana? Di acara pernikahan nya?

"I-iya, Cia kenalkan ini adalah saudara tiri kamu, Kayla. Dan Kayla, Cia adalah saudara tiri kamu." jelas Papa.

"Saudara tiri?" tanyaku.

"I-iya Cia,"

"Kapan Papa menikah?" tanyaku mengintrogasi. Aku mencoba menahan air mataku.

"Papa belum nikah. Hanya saja minggu depan sepertinya Papa akan nikah." jawab Papa.

Cukup, hatiku sudah sakit mendengar semua perkataan Papa. Gak Papa gak Mama, kenapa mereka tidak pernah memikirkan ku? Aku berdiri dari sana dan ingin lergi menuju kamar.

"Sampai kapan pun, aku tidak akan setuju Papa nikah sama wanita mana pun. Itu sudah keputusan bulatku." jawabku dengan suara getir mencoba untuk tidak menangis dihadapan Papa.

Setelah mengatakan itu, aku masuk ke kamar dan membanting pintunya sekuat mungkin. Menjadikannya pelampiasan amarahku. Aku mengunci pintunya, agar tidak seorangpun dapat menggangguku. Aku menidurkan tubuhku di atas ranjang, lalu menyelimutinya dengan selimut. Aku menangis sekencang mungkin, mengeluarkan rasa sakit yang sudah lama kupendam. Untung saja kamar ini memiliki kedap suara, sehingga tidak ada seorang pun yang akan mendengarkan tangisku.

Aku merutuki diriku sendiri, seharusnya aku tidak pernah lahir di muka bumi ini. Jika aku tidak lahir, mungkin aku tidak merasakan sakitnya dunia. Aku selalu menyalahkan diriku. Aku berharap, saat ini Tuhan mencabut nyawaku saja. Aku menanggisi rasa sakit yang selama ini kupendam. Hingga tanpa kusadari, aku terlelap di saat tagisku. Aku rasa aku sangat lelah untuk menangis lagi, akhirnya aku memutuskan untuk tidur dengan air mata yang masih tersisa di sana.

# # #

Aku terbangun dari tidurku, karena merasa lapar. Aku membuka pintu dan berjalan menelusuri dapur untuk mencari makanan. Aku mengambil 1 bungkus mie, dan memasaknya. Setelah makanan siap, aku menyajikan nya di atas meja makan.

Aku memakan mie yang kumasak dengan habis. Aku menghabiskan nya dengan cepat, karena merasa kepedasan aku meminun air lebih banyak, untuk menghilangkan rasa pedas. Setelah selesai makan, aku tak lupa membawa piring kotor ke dapur untuk di cuci. Setelah selesai mencuci piring, aku mengambil beberapa cemilan dari dalam kulkas dan membawanya ke kamar.

Sesampainya di kamar, aku mengambil laptop dan mencari film di aplikasi netflix. Setelah mendapatkan film yang akan ku tonton, aku memakan cemilan yang kubawa tadi. Seperti ini lah hidupku, aku selalu mendapatkan masalah di malam hari. Dan menangisinya, lalu kembali tidur dan berniat untuk makan. Setelah pagi hari, barulah aku memutuskan untuk makan dan tidak kembali tidur lagi.

Aku masih tidak menyangkah kalau Kayla adalah saudara tiriku nantinya. Jika Kayla saja sudah terlihat seperti itu, bagaimana juga dengan Ibunya? Apakah nasibku akan sama dengan putri cinderella nanti? Yang memiliki Ibu tiri dan saudara tiri yang jahat. Dan menghabiskan waktuku dengan hidup suram di rumah ini.

Aku harus memikirkan sesuatu untuk hidupku. ucapku dalam hati.

"Apa aku melarikan diri saja dari rumah?" ucapku berpikir keras.

"Tapi tunggu, kalau aku melarikan diri, nanti aku bakalan tinggal dimana? Dan aku juga tidak memiliki uang yang banyak untuk memenuhi hidupku," jawabku kembali.

"Atau jangan-jangan mereka nikahin Papa karena harta Papa? Dan lebih parahnya lagi, kalau aku nanti kabur dari rumah. Dengan begitu mereka bakalan berbuat sesuka hati di rumah ini, dan akan mengusir Bintang juga dari rumah. Atau lebih parahnya, mereka bakalan meracuni Papa, ketika mereka telah mendapatkan harta Papa? Ah siap, kenapa aku berpikir seperti itu? Tapi bagaimana kalau itu memang betul? Ah sudahlah, aku tidak tau. Semakin lama, pikiranku mulai kacau."

Aku akhirnya memutuskan untuk mengakhiri hal buruk yang akan terjadi di kehidupanku selanjutnya. Aku kembali fokus pada film yang ditayangkan di layar laptop ku, sambil memasukan cemilan.

Ini sudah jam 4 subuh, aku mulai merasa bosan. Dan film yang kutontonpun tidak dapat menarik perhatianku. Aku sangat bosan sekali rasanya, rasanya aku butuh hiburan saat ini. Aku mematikan laptop milikku dan menyimpannya pada tempatnya. Aku membuka jendela kamar, melihat bagaimana suasana hari di pagi hari ini. Sepertinya aku sudah lama tidak berolahraga. Aku rasa aku memiliki ide untuk hari ini.

Aku berjalan ke luar kamar, untuk membangunkan Bintang. Aku rasa saat ini tidak boleh ada rasa malas di pagi hari. Setelah sampai di depan pintu kamar milik Bintang, aku membuka nya. Pintunya tidak terkunci, kebiasaan sekali. Aku masuk ke dalam kamar nya dan membangunkan Bintang.

"Tang bangun," ucapku menyuruhnya bagun.

"Hm apa sih," jawabnya yang masih dalam keadaan tidak sadar.

"Bangun temanin aku lari pagi yuk,"

"Gak ah, aku mau tidur." tolaknya.

"Bagun gak? Atau aku seret nih," ancamku.

"Kamu saja sana pergi." sambil membalikkan badannya ke samping.

"Ih temanin aku."

Aku tak nyerah untuk membangunkan nya, aku menarik selimut yang dia kenakan dan mematikan ac kamar. Aku juga mengambil sedikit air yang diberikan di gayung yang ada di kamar mandi kamarnya. Aku memercikkan sedikit air pada wajah Bintang, berharap dia bangun.

"Cia," ucapnya yang masih menutup matanya. Aku menahan tawaku, yang merasa lucu. Aku kembali membersihkan sedikit air pada wajah Bintang kembali.

"Apa sih?" tanyanya yang sudah bangun.

"Temanin aku lari pagi yuk,"

"Gak. Aku ngantuk," tolaknya.

"Ihh ayo," Aku menyeret kakinya dari atas kasur.

"Cia." amuknya.

"Makanya ayo,"

"Iya-iya, minggir." Akhirnya Bintang mengalah dan mengiyakan permintaanku.

"Ngapain masih di situ?" tanyaknya padaku.

"Keluar sana, aku mau ganti baju." suruh Bintang.

"Awas saja yah, kalau kau kembali tidur lagi." jawabku, lalu keluar dari dalam kamar Bintang.

Setelah selesai membangunkan Bintang, aku pergi ke dalam kamarku, untuk bersiap-siap juga. Aku mengganti pakaianku, lalu memakai bedak sedikit. Setelah selesai berganti, aku men-charger handphone-ku di kamar. Lalu keluar dari sana menuju ke kamar Bintang kembali.

"Kok belum berganti sih?" tanyaku yang melihat Bintang belum menganti bajunya.

"Iya bentar lagi, tadi masih ngumpulin nyawa bentar." jawab Bintang memberikan alasan.

"Yaudah buruan, aku tunggu di bawah."

Lalu aku keluar dari kamar Bintang menuju ke bawah. Sesampainya di bawah, aku memakai sepatu dan meminum air minum. Tak berapa lama, Bintang juga datang.

"Sudah siap?" tanyanya.

"Udahlah, yaudah ayo." ajakku.

"Tunggu,"

"Apa lagi?" tanyaku.

"Kau mau lari kan?" tanya Bintang kepadaku.

"Iya."

"Kau lari saja, aku mau naik sepeda." jawabnya.

"Sepeda? Kenapa gak lari?"

"Capek, nanti kalau aku lari, perempuan yang ada di sana terkagum-kagum samaku." jawabnya mempede.

"Dih, sok ganteng" jawabku.

"Emang ganteng kok,"

"Gak." tolakku.

"Ganteng,"

"Ini nih, kalau udah bergaul sama Satria, rasa pedenya juga sudah nular juga." ucapku.

"Lah gak papa, tapi lebih gantengan aku kan dari pada Satria?" tanyanya.

"Lebih gantengan orang gila." jawabku. Setelah itu Satria pergi ke dalam garasi untuk mengeluarkan sepeda gunung.

"Jangan lupa sepedaku juga keluarin," jawabku.

Setelah selesai bersiap, kami pergi dari kediaman rumah Ardville menuju taman. Bintang dengan semangat mengayunkan sepedanya menelusuri jalanan. Hari masih terlihat gelap, dan jalanan juga masih kosong. Hanya penyapu jalanan yang ada di jalan, untuk membersihkan jalanan. Aku menikmati udara di pagi hari yang menyegarkan. Aku juga mengamati langit yang tampak indah, dan nyaman untuk di lihat.

"Cia, balapan yuk. Siapa yang duluan sampai bakalan menang," ucap Bintang menantang aku.

"Memangnya kau tau dimana taman?"

"Nanti dipersimpangan, siap itu belok kiri. Iyakan?" Dia memang benar, tapi aku ingin menjahilinya sekali-kali.

"Salah, yang benar itu. Setelah di persimpangan belok kanan, bukan kiri." jawabku.

"Yaelah cuma salah kanan nya doang, yaudah jadikan balapan nya?" tanya Bintang.

"Ayo siapa takut, kalau kalah harus bandarin aku makan pagi yah." sahutku.

"Iya-iya, jadi kan?" Aku hanya mengangguk sebagai petanda iya.

Setelah mendapatkan persetujuan, Bintang semakin mengayunkan sepedana meninggalkan aku. Aku tidak memperdulikan menang atau kalahnya, walaupun aku lambat, yang bakalan jadi menang itu tetap aku. Aku hanya mengayunkan sepedaku dengan santai, menikmati udara segar.

Hingga tibalah di taman, seperti pemikiranku yang tadi. Bintang belum sampai juga di sini. Karena merasa capek, aku menghentikan sepedaku di tempat duduk yang ada di taman. Aku meluruskan kakiku, karena merasa pegal. Aku melihat kesekitarku yang lumayan ramai. Ada yang sedang melakukan push up, atau bisa di bilang pembentukan otot. Dan selebihnya lari mengelilingi taman.

Aku mulai khawatir, karena Bintang tak kunjung datang. Apa mungkin dia memang tersesat? Tapikan di sana jalan nya hanya sampai di perumahan. Masa dia gak tau kalau dia nyasar sih? Aku mulai cemas, dan aku baru sadar kalau aku tidak membawa handphone-ku.

Akhirnya aku memutuskan untuk ke tempat Bintang. Aku berharap dia masih ada di sana dan tidak pergi kemana pun. Aku mengayunkan sepedaku mencari-cari Bintang, hingga pada akhirnya aku menemukannya. Bintang sedang duduk ditrotoar dengan seekor anjing? Aku menyusulnya dan melihat apa yang terjadi.

"Kau membuatku cemas saja," keluhku. Aku melihat anak anjing yang dipegang Bintang sedang terluka.

"Anjingnya kenapa bisa kek gitu?" tanyaku.

"Tadi aku tidak melihatnya di jalan, dan tanpa segaja aku menabrak kakinya." jelas Bintang.

"Kau menabrak nya?" tanyaku tak percaya.

"Yah kan gak sengaja," ucap Bintang.

Aku langsung melihat keadaan kaki anak anjing tersebut, dan benar dia terluka. Aku menggendongnya.

"Kita bawa ke dokter hewan saja," ucapku pada Bintang.

"Emang ada yah dokter anjing hari minggu yang buka?" tanya Bintang.

"Gak tau juga, tapi kasihan. Kita bawa ke rumah saja buat dikasih perban dulu." jawabku.

"Pasankan gojek," suruhku pada Bintang.

Setelah menunggu lumayan lama, gojeknya pun datang. Aku langsung naik ke atas motor, dan pergi menuju rumah. Sesampainya di sana, aku mengambil kota p3k untuk memperban kaki nya. Setelah selesai mengobati luka anak anjingnya, aku langsung bergegas mandi karena kepanasan.

Aku masuk ke dalam kamar, mengambil anduk dan berendam di bathtub. Menyegarkan tubuhku dari keringat. Setelah selesai mandi dan memakai pakaian, aku langsung turun ke bawah, melihat keadaan anak anjing yang terluka tadi. Aku melihatnya sedang tertidur dipangkuan Papa. Papa yang melihatku langsung berkata.

"Apa ini anak anjing milik mu?" tanya Papa sambil mengelus anak anjing tersebut.

"Bukan, tadi Bintang menabraknya hingga kaki nya terluka. Jadi kami memutuskan untuk membawanya ke sini, menunggu di obatin." jelasku. Lalu mendekat ke arah Papa, dan mengelus anak anjing yang malang itu.

"Papa sudah menelepon dokter hewan untuk datang ke sini." jawab Papa.

"Benarkah?" tanyaku tak percaya.

"Iyah, kau ingin menamain nya dengan nama apa?" tanya Papa kembali.

"Nama? Aku rasa dia memiliki pemilik Pah, gak mungkin kita ambil anak anjing yang sudah punya tuannya." jawabku.

"Tapikan sekarang kalian gak tau siapa pemilik nya, jadi untuk saat ini pasti bisalah di jaga. Sampai tuannya ketemu," ucap Papa memberi saran.

"Kita bakalan rawat anak anjingnya?" tanya Bintang yang baru saja datang.

"Wah bagus dong, namanya siapa kita buat Om?" tanya Bintang.

"Bintang saja," jawabku memakai nama Bintang sebagai nama anak anjing tersebut.

"Anjir, kok aku sih? Bagusan Cia saja namanya," jawab Bintang tak mau kalah.

"Kok aku? Gak pokoknya namanya Bintang." ucapku tak mau kalah.

"Sudah-sudah kalian jangan berkelahi. Papa mau ke atas dulu," pamit Papa kepada kami.

Aku membawa anak anjing tersebut ke dalam kamarku. Aku meletakannya di atas kasur, lalu melihatnya. Dia memang anak anjing yang penurut dan baik, aku suka dengan nya. Tidak terlalu sering menggonggong, jadi sangat cocok sekali dipelihara menjadi anak anjing rumahan.

"Kira-kira namanya siapa yah?" ucapku lalu mendekat ke arah anak anjing tersebut sambil mengelus tubuhnya.

"Bagaimana dengan Xero? Apa kau menyukainya?" tanyaku pada anak anjing tersebut yang dibalas dengan menjilatin tanganku.

"Ahh kau suka yah, baiklah mulai sekarang namamu Xero." ucapku memutuskan namanya

"Cia," ucap Bintang yang memanggilku.

"Ada apa?" jawabku.

"Dokter hewan nya sudah datang. Apa dia akan diperiksa di sini?" tanya Bintang sambil melihat Xero.

"Diruang tamu sajalah," Aku mengendong Xero ke dalam pelukanku, lalu membawanya ke ruang tengah untuk diperiksa.

Setelah sampainya di ruang tegah, Papa dan dokter sedang berbincang-bincang. Aku meletakan Xero di atas kursi untuk diperiksa dokter hewan. Aku memperhatikan bagaimana cara dokter itu membalut luka Xero yang tidak terlalu parah.

"Nama anjingnya siapa?" tanya Doketer kepadaku yang membuat Papa menoleh ke arahku juga.

"Xero Dok," jawabku.

"Nama yang unik. Xero baik-baik saja, dia hanya perlu beristirahat saja, agar lukanya bisa kembali pulih. Dan untuk makanannya, kalian bisa beri dia makanan anak anjing pada umumnya. Kalau ada keluhan, bisa tanyakan saja kepada saya." jelas Dokter.

Setelah itu Dokter tersebut langsung memasukan perlengakpannya tadi dan pergi keluar yang diantar Papa. Aku menyentuh luka Xero yang kena perban.

"Apa rasanya sangat sakit sekali hm?" tanyaku sambil mengelus nya.

"Bicara kok sama hewan? Udah kayak dora saja," ejek Bintang.

"Resek," jawabku.

"Bentar lagi bakalan nangis nih." ejek Bintang menjadi-jadi.

"BINTANG...." teriakku.

"Kaburr," ucap Bintang sambil pergi dari sana.

Aku membawa Xero ke dapur, untuk diberi makan. Tapi aku ingat kalau makanan anjing tidak ada di dapur. Aku bergegas mencari Bintang untuk menemaniku pergi ke Swalayan, berbelanja.

"Bintang," ucapku mencarinya di dalam kamar.

"Apa lagi Ci?" jawab Bintang yang lagi tiduran.

"Ayo," ajakku.

"Kemana?"

"Mau enggak? Kalau gak mau yaudah sih," ucapku yang tidak mau menjelaskan maksud dan tujuanku mengajaknya.

"Kemana bego?"

"Mau ikut gak?" tanyaku balik.

"Iya-iya, awas saja kalau ngerjain." jawab Bintang sambil beranjak dari atas kasur.

"Keluarin mobil sana," suruhku pada Bintang.

"Mau pergi nih?" tanya Bintang.

"Iya Bintang ganteng, sekarang keluarin mobil sama bawa Xero sekalian." pintaku.

"Xero? Xero siapa?" tanya Bintang yang tampak kebigungan.

"Ini anak anjing, namanya Xero." jelasku.

"Kau kasih namanya Xero? Anjir,"

"Kenapa? Ada yang salah sama namanya?" tanyaku.

"Yah enggak sih, hanya lucu saja."

"Yaudah pegang Xero, jangan sampai lukanya kena pegang sama tangan jelekmu." ucapku.

"Dih, anjing kok diperhatiin?" jawab Bintang yang tidak terima.

"Udah sana, aku mau ngambil uang dulu."

Setelah itu aku masuk ke dalam kamar untuk mengambil ransel dan uang. Setelah selesai bersiap, aku masuk ke dalam mobil untuk pergi.

"Udah?" tanya Bintang yang melihatku.

"Udah dong, mana Xero nya?" tanyaku balik yang melihat Xero tidak ada di sini.

"Di belakang, yakali hewan sama manusia sama derajat duduk nya." jelas Bintang, aku langsung melihat ke belakang untuk memastikan keadaan Xero. Dan benar saja, Xero ada di belakang.

Mobil berjalan keluar dari pekarangan rumah, menembus jalanan yang mulai ramai.

"Kita mau ke mana sih?" tanya Bintang.

"Ke Swalayan, buat beliin makanan Xero." jelasku.

"Lah kenapa musti dibeli? Sisa makanan kita kan bisa dimakannya, gak perlu dibeli." jawab Bintang.

"Kalau aku gak mau gimana dong?" jawabku.

"Orang kaya mah bebas mau ngapain, tapi tunggu,-" ucap Bintang terpotong.

"Kenapa?" tanyaku tak mengerti.

"Kau mau memelihara Xero?"

"Iya,"

"Gimana kalau Xero sudah punya pemilik?" tanya Bintang balik.

"Yah kita bakalan baliki ke pemiliknya juga, tapi untuk sekarang mendingan kita adopsi saja dulu. Sampai keluarganya ketemu," jelasku.

"Takutnya nanti kita dikira pencuri,"

"Yah gak lah."

"Ci, Paman emangnya sudah nikah lagi yah?" tanya Bintang.

"Gak tau, gak usah bahas itu bisa gak sih?" jawabku terus terang. Aku tidak ingin membahas masalah itu kembali.

"Yah maap, eh tapi semalam kau tau?" jawab Bintang membuka topik baru.

"Tau apa?"

"Kayla,"

"Iya Kayla kenapa? Dia kecelakaan? Atau dia putus dari Erwin?" jawabku.

"Ci, jangan benci sama orang lain." jawab Bintang mendengar jawabanku.

"Aku gak benci, hanya gak suka saja." jawabku.

"Yah aku tau kau mungkin gak suka ngelihat dia, tapi jangan bilang kek gitu juga. Ingat, perkataanmu adalah doa. Gimana kalau itu nanti benar-benar terjadi?" jelas Bintang.

"Iya bawel, jadi Kayla nya kenapa?"

"Kayla semalam dijemput sama David," jawab Bintang.

"Masalah nya sama aku apa?" tanyaku.

"Yah masa kau gak cemburu sih? David kan pacarmu,"

"David bukan pacarku."

"Udah deh ngaku saja, aku gak bakalan bilang kok sama Paman."

"Mau ngaku apa lagi sih? Aku sama David itu gak pacaran, oke." jelasku.

"Terserah sih, tapi anehnya kenapa Kayla gak nelpone Erwin saja buat jemput dia?" tanya Bintang kepadaku.

"Yah mana ku tau lah, aku bukan Tuhan yang bisa menjawab pertanyaan kek gitu."

"Gak musti Tuhan, Dukun juga bisa kok jawab pertayaan kek gitu."

"Yaudah tanya sama Dukun saja sana, jangan sama ku."

"Tapi kau kan Dukun, masa iya aku nanyak ke dukun lain. Sedangkan kau sendiri Dukun," ejek Bintang kembali.

"Aku bukan Dukun yah," jawabku yang tidak mau dikatain Dukun.

"Kamu Dukun,"

"Enggak."

"Iya,"

"Enggak Bintang, aku cubit yah, kalau kau bilang lagi." ancamku.

"Iya-iya," jawab Bintang pasrah.

"Emang perempuan paling benar dimuka bumi ini deh," sambungnya.

"Baru tau yah?"

"Enggak sih, eh kita sudah sampai." jawab Bintang sambil memarkirkan mobil di tempat parkir.

Tbc

Gracia Ardville

Kayla Ricelle

Bintang Ardville

Bagas Ardville

Continue Reading

You'll Also Like

ARSYAD DAYYAN By aLa

Teen Fiction

2.2M 120K 60
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
3.2M 264K 62
⚠️ BL Karena saking nakal, urakan, bandel, susah diatur, bangornya Sepa Abimanyu, ngebuat emaknya udah gak tahan lagi. Akhirnya dia di masukin ke sek...
RAYDEN By onel

Teen Fiction

3.6M 222K 67
[Follow dulu, agar chapter terbaru muncul] "If not with u, then not with anyone." Alora tidak menyangka jika kedatangan Alora di rumah temannya akan...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

4.2M 245K 30
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...