[✓] Satya dan 67 hari

By penaaputihk

1.4M 227K 57.2K

[ SUDAH DIBUKUKAN ] ❝ aku masih mau berjuang, Al. tapi Tuhan pengen aku pulang.❞ -Satya Langit Aksara Pernah... More

ini mereka: cast
Prolog: ditakdirkan bertemu
01: satu malam bersamanya
02: dia orang yang tepat
03: perasaan iba
04: kincir angin
05: kita orang ganteng
06: bertemu kembali
07: Satya atau Mahesa?
08: cemburu?
09: penjelasan Alya
10: Tervonis
11: koma
12: satya kembali
13: malam yang dingin
14: dia juga penting
15: senyuman yang indah
16: 67 hari
17: superhero
18: taman sakura
19: Satya, "aku butuh kamu."
20: Egois
21: aku disini
22: ice cream
23: untuk orang tersayangnya
24: demi Satya
25: harus menjauh
26: karena sayang
27: rumah sakit kanker anak
28: bintang dan sinarnya
29: 20 hari lagi
30: tidak punya hati
31: rela berkorban
32. malaikat penyelamat
33: McLeod
34: karena dia
35: Aku merindukan mu, Satya.
36: kembali bertemu
38: stadium akhir
39: berhak bahagia
40: rahasia yang terungkap
41: Satya Langit Aksara
42: penyemangat dan gambaran lucu
43: selamat ulangtahun, Satya
44: ucapan terakhir
45: untuk Reyhan dan Azka
46: kincir angin terakhir
47: Selamat malam, Satya
48: untuk Alya, dari Satya
49: akhir yang diinginkan
50: bintang terakhir dan kebahagiaan
51: [Epilog] akhir dari 67 hari
PENUTUP: [ THE END ]
INFO PEMBELIAN NOVEL
SEASON 2: sudah dirilis

37: pesan ibu Alya

13.5K 2.7K 495
By penaaputihk

jangan lupa untuk memberikan vote dan komentar disetiap part cerita ini, terimakasih ❤️❤️

****

****




3 tahun yang lalu...


"Syukurlah, kerjaan hari ini selesai."

"Banyak pelanggan hari ini, Alya pasti udah nunggu dirumah dari tadi."

Seorang wanita berusia sekitar 40 tahunan keluar dari sebuah restorant tempatnya bekerja, ia pulang cukup malam sekali. Jalanan sudah begitu sepi, tidak ada siapapun dan kendaraan apapun yang berlalu lalang melewati tempat ini.

Dengan rasa letih dan penat akibat bekerja seharian, cinta berjalan menelusuri jalan raya ini untuk pulang kerumahnya. Jarak rumahnya dan tempatnya bekerja lumayan dekat, jadi ia bisa pulang-pergi dengan berjalan kaki saja. Itung-itung bisa menghemat uang juga 'kan.

Sudah bisa terbayang dipikirannya saat tiba dirumahnya ia akan disambut dengan hangat oleh anak gadisnya. Cinta terus tersenyum sepanjang perjalanan, dengan membayangkan putrinya saja rasa lelahnya seketika hilang. Ia tidak sabar untuk segera tiba dirumah untuk segera menemui putri tersayanganya itu.

Namun, tanpa di sadari, sebuah mobil melaju dengan kecepatan penuh dari arah belakangnya. Mobil tersebut nampak oleng tidak terkendali.

Sementara Cintaa tetap berjalan seperti biasa ditrotoar jalan khusus para pejalan kaki, sampai ia tidak sadar sebuah mobil dari arah belakangnya melajut dengan kecepatan yang begitu tinggi dan tak terkendali.

Tiinn!!

Bunyi nyaring klakson mobil itu berhasil membuat cinta tersadar, ia menoleh kebelakang, jarak dirinya dan mobil itu lumayan dekat. Cinta terkejut bukan main, ia berniat ingin menghindar secepatnya namun sayangnya...

Brak!

Tabrakan tidak bisa terhindari, mobil tersebut melaju dengan kecepatan penuh, membuat Cinta tidak bisa untuk menghindar lagi. Tubuhnya terpental beberapa jarak dari lokasi tabrakan tersebut karena tabrakan keras yang menghantam dirinya.

Dimalam ini, malam yang menjadi malapetaka dan malam tersial dalam hidupnya.

Tubuh dan kepalanya terbentur kuat dijalanan aspal ini, membuat darahnya bercucuran keluar dari kepala dan hidungnya. Ia masih setengah sadar, dirinya dapat merasakan tabrakan barusan. Tubuhnya yang penuh darah itu tergeletak beberapa meter dengan begitu banyak darah yang keluar bahkan membanjiri jalanan ini.

Dengan tidak berperasaan, sang pengemudi dan sang penambrak itu langsung pergi begitu saja tanpa menolong wanita yang semula ia tabrak sedang dalam kondisi sekarat.

Jalanan sudah begitu sepi, karena sekarang sudah menunjukkan pukul 23.35 malam, wanita itu masih terbaring setengah sadar diaspal jalanan dengan begitu banyak darah yang bercucuran memenuhi wajahnya keluar dari kepalanya. Tapi naasnya, tidak ada siapapun yang melihat kejadian tersebut, bahkan menolong ibu itu.

"To-tolong..." Wanita itu bersuara dengan sisa tenaga yang ia punya.

Pandangannya perlahan-lahan mulai memudar, tapi seketika, dirinya terbayang sosok wajah gadis kesayangan, gadis tercintanya.

"Ibu, hari ini pulang cepet 'kan? Alya tunggu dirumah, ya. ibu hati-hati."

Wanita itu teringat sosok sang putri yang sudah menunggu kepulangannya dirumah, tapi mau bagaimana lagi? ia rasa sekarang tubuhnya sudah tidak tahan dan tidak sanggup lagi. Bahkan untuk membuat dirinya mempertahankan kesadarannya saja sulit. Perlahan tubuhnya mulai terasa mati rasa dan kaku, tenaganya terkuras lemas.

"Alya..." Lirihnya.

Pandangannya perlahan benar-benar kabur, sudah tidak bisa melihat dengan jelas lagi keadaan dan suasana sekitarnya.

Rasanya, ia sangat ingin sekali bisa menemui putrinya. menemui sang putri yang sudah menunggu kepulangannya. Tapi sepertinya nasib buruk sedang menimpanya malam ini, ia tidak bisa membayangkan, jika anaknya tau dengan kondisi ibunya sekarang.

Cinta berusaha mengambil ponselnya yang ikut terpental juga, dengan sisa tenaga, ia berusaha untuk mengambil ponsel tersebut yang jaraknya agak jauh dari dirinya. Menggenggam ponsel itu dengan kondisi tangan yang sudah lemas dan penuh dengan darah. Ia tidak mau menyia-nyiakan sisa tenaga yang ia miliki saat ini. Meski sekarang tubuhnya rasanya sudah tidak bisa menahan rasa sakit lagi, tapi cinta sekuat tenaga berusaha untuk tetap bertahan sedikit lagi demi putrinya.

Napasnya perlahan mulai menurun, kesadarannya pun perlahan mulai memudar. Rasa sakit dikepalanya begitu hebat dan luar biasa, darah juga terus menerus keluar dari kepala, hidung bahkan telinga wanita ini.

Cinta sedang menghubungi seseorang dari ponselnya, mungkin ini adalah panggilan telpon terakhirnya. Jika memang Tuhan tidak memberi kesempatan untuknya bertahan hidup setelah insiden tabrakan ini, maka izinkanlah Cinta untuk dapat mendengar suara putrinya untuk yang terakhir kalinya, serta mengucapkan salam perpisahan pada sang putri.

"Halo? ibu, Kok belum pulang? ibu nggak kenapa-napa 'kan?"

"Sayang...ma-maafin ibu, ibu...mungkin nggak bisa ada disamping kamu lagi...Alya, jaga diri baik-baik, ya...sayang. ibu... ibu sayang sama kamu."

"Maafin ibu.... Alya."

"I-ibu? ibu ngomong apa? ibu kenapa? Bu?"

"Ibu? dimana sekarang? ibu?"

"Ibuuu!"

Tut!....

Setelahnya, cinta tidak bisa lagi menjawab ucapan sang putri, wanita itu mematikan ponselnya. Kemudian meneteskan air matanya. Pandangannya perlahan benar-benar memudar, tapi cinta bisa merasa lega karena sudah mendengarkan suara putrinya untuk yang terakhir kalinya.

Cinta memang sengaja tidak mau membuat putrinya tau dengan keadaannya saat ini, itu akan membuat gadis itu menjadi histeris melihatnya. Sekarang ia merasa, bahwa dirinya benar-benar tidak akan pernah bisa menemui dan berada disamping putrinya lagi. Cinta tidak bisa menepati janji pada putrinya untuk selalu ada disampingnya. Ia benar-benar menyesal dan meminta maaf.

Cinta sangat menyayangi putri semata wayangnya, ia bahkan rela bekerja keras demi untuk membantu keluarga kecil mereka mendapatkan uang tambahan setiap harinya. Alya adalah segalanya, putrinya adalah segalanya untuknya. Kebahagiaan putrinya, kebahagiaan dirinya juga. Tapi sepertinya sekarang takdir sedang tidak perpihak pada mereka.

"Maafin ibu, Alya..." ( Batin cinta. )

Entah ini mukjizat, ataupun anugerah dari Tuhan, tiba-tiba saja ada seorang pemuda berlari menghampiri ibu tersebut dengan langkah tergesa-gesa. Pemuda itu menghampiri ibu ini yang sedang dalam keadaan sekarat dengan perasaan paniknya.

Pemuda ini-lah satu-satunya yang melihat kondisi cinta dijalanan yang sepi, awalnya ia tidak sengaja lewat jalanan sini dan hendak pulang dari rumah sakit, tetapi ia tak sengaja melihat seseorang terbaring dengan lemah dijalanan aspal ini dengan luka dan darah yang begitu banyak. Pemuda itu mendekat untuk menghampiri wanita tersebut.

"Bu," ucap pemuda tersebut begitu panik.

Dirinya sangat panik saat melihat kondisi memprihatinkan wanita yang ia temui sekarang. Lelaki itu menoleh kearah sekitarnya untuk mencari bantuan, tapi ia tidak bisa menemui siapapun dijalanan ini.

Lelaki itu memegang tangan ibu tersebut untuk memberi kekuatan. Tetapi, jika dilihat, wanita itu benar-benar sudah lemah tak berdaya.

"Ibu bertahan sedikit lagi, saya cari bantuan sekarang. Saya telpon ambulans sekarang juga."

"Ibu tolong bertahan, saya mohon."

Lelaki itu segera mengambil ponselnya, lengannya bergetar hebat dengan situasi sekarang, seseorang sedang sekarat didepannya. Ia harus tetap berusaha untuk menolong nyawanya sebisa mungkin.

Melihat kondisi sekarat ibu ini, dan begitu banyak luka serta darah membuat lelaki itu berpikir bahwa wanita ini adalah korban tabrak lari. Melihat keadaannya yang tergeletak tanpa ada pertolongan juga.

Lelaki itu berusaha untuk membuat sang ibu tersebut bertahan sedikit lagi. Pemuda itu telah menelpon ambulans untuk menolong nyawa wanita itu secepatnya dan kini ia berharap bantuan ambulans segera tiba.

Ia menatap dengan pandangan tidak tega kearah ibu ini, Cinta sudah memejamkan matanya, namun masih dalam keadaan setengah sadar.

"Bu, saya mohon. ibu bertahan sedikit lagi."

"Saya janji, saya akan nyelamatin nyawa ibu."

Samar-samar Cinta bisa mendengar sedikit suara pemuda tersebut. Tapi pandangannya buram tidak bisa melihat dengan jelas wajahnya.

"Jangan...jangan selamatin saya..." Lirih cinta.

Lelaki itu nampak terkejut mendengarnya, "nggak, saya akan tetep nyelamatin ibu."

Ia bersikeras akan tetap menolong wanita sekarat ini, dirinya tidak bisa membiarkan begitu saja nyawa seseorang hilang didepan matanya. Ia akan menyelamatkan nyawa ibu ini sebisa mungkin.

Jika melihat ibu ini, pemuda itu jadi teringat dan terbayang dengan sosok mamahnya. Jika ia jadi anaknya pun pasti akan sedih jika mengetahui orangtua mereka sedang dalam keadaan seperti ini. Ia juga memiliki seorang ibu.

Selama menunggu ambulans datang, lelaki itu tetap setia menunggu dan menemani wanita ini, ia terus mengenggam tangan ibu ini untuk memberi kekuatan. Ia tidak memperdulikan lagi dengan darah-darah yang ikut mengotori tangan dan pakaiannya.

Sialnya, dalam keadaan dan kondisi darurat seperti ini kenapa sama sekali tidak ada siapapun yang lewat. Entah itu orang, bahkan kendaraan sekalipun. Memang jalan ini cukup dibilang sepi dan terpencil. Apalagi sekarang sudah malam hari, sudah jarang sekali pengendara yang lewat dijalan ini.

Keadaan cinta dan kesadaran cinta perlahan menurun, darahnya pun terus keluar. Tapi pemuda ini tetap terus menemani ibu ini meski ada rasa ngilu saat ia melihat begitu banyak darah yang mengelilingi dirinya. Kakinya melemas.

Lelaki itu bukannya tidak mau mengangkat tubuh ibu ini untuk membawanya mencari bantuan, tapi memang ketika seseorang habis mengalami kecelakaan, dilarang keras untuk langsung diangkat dari jalanan. Karena bisa menyebabkan kematian cepat, atau tulang patah dibagian leher korban. Maka dari itu ia tidak mau mengambil resiko terlalu besar dalam hal itu.

Tangan pemuda itu tetap bertengker dijari ibu ini, menggenggam dengan erat meski ia rasa tangannya bergetar begitu hebat karena rasa panik dan takut menjadi satu. Jaket, lengan, semua sudah ikut terkena oleh darah dari ibu ini.

Kepala cinta mengalami pendarahan hebat akibat benturan diaspal saat kejadian tabrakan tadi. Cinta juga sekarang sudah merasa bahwa dirinya benar-benar lemah tak berdaya dan tidak kuat lagi terlalu lama bertahan. Darahnya sudah keluar terlalu banyak, mungkin wanita ini sudah mengalami pendarahan hebat.

"Bu, saya mohon ibu bertahan sedikit lagi. Ambulans dikit lagi tiba, Bu. jadi tolong bertahan sedikit lagi." Pinta pemuda tersebut.

Napas cinta mulai berkurang juga, matanya sudah tidak bisa dibuka lagi, rasanya begitu berat sekali. Tapi cinta berusaha untuk tetap tersadar dengan sisa tenaga dan sedikit kesadaran yang ia punya.

"Saya...saya mungkin...nggak akan selamat...." Tutur cinta, meski tubuhnya sudah tidak berdaya lagi sekarang, namun cinta masih berusaha untuk bisa berbicara sedikit disisa kesadarannya.

"Nggak, ibu pasti bisa selamat."

"Saya akan nolong ibu, sampe ibu bener-bener selamat."

Cinta mengembangkan senyum tipis dibibirnya mendengar perkataan pemuda itu barusan. Entah siapa dia, Cinta merasa bersyukur sekali ia telah datang menemaninya didetika-detik ajalnya.

"Te-terimakasih banyak, kamu anak yang baik."

"Kamu berada disini...untuk menemani detik terakhir saya pun, saya sudah senang dan berterima kasih...."

"Setidaknya, kematian saya...detik terakhir saya...ada seseorang yang menemani....saya..." Cinta berucap dengan nafas yang terputus-putus.

Mata pemuda itu memanas, menahan tangisannya sendiri. Meski dirinya tidak mengenal ibu ini, tapi hatinya tersentuh dengan perkataan dan keadaan sang ibu ini.

"Saya...saya udah nggak sanggup...saya...nggak kuat..." Lirihnya.

Lelaki itu menangis, ia masih setia mendengarkan dan menggenggam tangan ibu ini dan tetap berada disampingnya.

"Sebelum saya pergi...saya punya pesan yang ingin saya titipkan sama kamu, nak..." Tutur cinta.

"A-apa, Bu?" Tanya lelaki itu bergetar.

Cinta menarik napas panjang sejenak, untuk memberi kekuatan pada dirinya supaya bisa bertahan sedikit lagi. Ia ingin mengatakan pesan terakhirnya sebelum ia pergi.

"Nak, Kamu laki-laki yang baik...saya percaya sama kamu..."

"Saya punya seorang putri, saya ingin kamu bisa menjaga dia... sebagai pengganti...saya..."

"Saya sekarang mungkin nggak akan bisa ada disamping dia lagi, jadi saya mohon, kamu tolong jaga dia..."

Lelaki itu memejamkan matanya tidak sanggup untuk mendengarkan setiap perkataannya lagi. Hatinya rasanya ikut hancur, ia bisa membayangkan betapa sedihnya putrinya jika tau sekarang ini ibunya tengah sekarat.

"Tolong kabulkan pesan saya, bi-bisa ya..." Lirih cinta.

Lelaki itu memangguk menyetujui ucapan dan permintaan ibu tersebut dengan air mata yang terus mengalir dari kedua matanya.

"Saya akan ngelakuin permintaan ibu, tapi asalkan ibu tolong bertahan. Putri ibu pasti sekarang lagi nunggu dirumah, dan bakal sedih banget kalo tau ibu dalem keadaan seperti ini."

"Tolong bertahan, demi Putri ibu..."

Cinta menggeleng lemah, "saya nggak bisa bertahan lagi, nak..."

Hancur, sedih, hati pemuda itu benar-benar sakit mendengarnya.

Cinta memaksakan dirinya untuk membuka matanya yang terasa begitu berat sekali, berusaha untuk melihat dengan jelas wajah pemuda baik hati disampingnya ini.

Mata cinta sudah benar-benar sayu, matanya terus menatap wajah lelaki ini. Kemudian tangannya mengelus wajah pemuda itu dengan darah yang memenuhi setiap jarinya.

"Si-siapa nama kamu?" Tanya cinta.

"Saya Satya."

Cinta masih mengelus dengan lembut wajah satya, wanita itu mengulas simpul senyuman di wajahnya untuk yang terakhir kalinya.

"Terimakasih banyak."

"Saya titip Alya sama kamu Satya."

Deg!

Tangan cinta jatuh kembali ke aspal dengan begitu lemah, setelah berkata seperti tadi, Matanya kembali tertutup, rapat sekali. Napas wanita itu juga sudah tidak terdengar lagi.

"Bu? Ibu?" Satya berusaha untuk menggoyahkan perlahan tubuh wanita ini.

Tapi nampaknya, cinta sudah tidak bisa mendengarkan suaranya lagi. Matanya juga sudah tertutup rapat. Bahkan tubuhnya sudah tidak lagi bergerak.

"Bu...."

Ninuninu!

Sirene ambulans terdengar mendekat, nampaknya ambulans sudah tiba dan akan segera menghampiri Satya dan cinta ditengah jalan ini.

Satya menoleh kearah ibu itu, tapi wanita ini sudah benar-benar menutup matanya. Satya makin mengeratkan genggaman tangannya pada ibu ini.

"Bertahan, Bu. saya mohon, bantuan sekarang tiba."

Mobil ambulans benar-benar tiba didepan mereka, dengan segera beberapa awak medis berlari menuju korban untuk segera diberi pertolongan. Tubuh cinta perlahan dipindahkan keranjang darurat, kemudian dibawa kedalam mobil ambulans.

Bukan hanya sekedar ambulans saja, tetapi Satya juga tadi sudah menelpon polisi untuk menyelidiki kasus tabrak lari yang sudah menimpa Bu cinta malam ini.

Selama diperjalanan rumah sakit, Satya masih setia berada disamping cinta. Menemani ibu ini hingga dipastikan bahwa wanita ini bisa selamat. Satya terus berharap bahwa ibu ini masih bisa tertolong meski kemungkinannya kecil.

Beberapa awak medis yang ikut berada didalam mobil ambulans ini juga sibuk memasang beberapa alat medis dan kantung darah untuk bisa membantu ibu ini selama diperjalanan menuju rumah sakit.

"Detak jantungnya masih ada, tapi sangat lemah. Cepat bantu dia agar detak jantungnya bisa bertahan lebih lama lagi." Terdengar suara titahan dari salah satu awak medis yang sedang menangani kondisi cinta.

"Pendarahannya begitu hebat, bagaimana ini?"

"Tetap bertahan! Bantu dia agar tetap bertahan detak jantungnya!"

"Baik!"

Satya memejamkan matanya, dirinya sudah begitu lemas sekali dengan keadaan seperti ini. ditambah lagi ia harus melihat banyaknya darah didepan matanya sendiri.

Akhirnya, mobil ambulans tiba dirumah sakit. Dengan segera ranjang darurat rumah itu didorong menuju ruang operasi untuk segera ditangani. Satya pun ikut mendorong ranjang ini.

"Dokter, saya mohon. Tolong selamatkan ibu ini apapun yang terjadi." Pinta Satya.

Dokter itu memangguk, setelahnya mereka tiba diruang operasi, tapi Satya tidak diperbolehkan untuk masuk kedalam. Alhasil, Lelaki itu hanya dapat menunggu diluar ruangan sambil terus berharap demi keselamatan ibu ini.

Satya bingung sendiri, bagaimana caranya mengabari keluarga ibu ini? sedangkan dirinya saja tidak tau siapa keluarga ibu tersebut. Biarlah urusan ini, urusan keluarganya diurus oleh pihak polisi, sekarang Satya hanya akan menunggu kabar dan kondisi dari ibu tadi.

Satya duduk dikursi tunggu, penampilannya sudah benar-benar kacau. Seluruh pakaiannya sudah terkena darah juga. Lelaki itu mengusap wajahnya. Ia tidak membayangkan sama sekali bahwa malam ini ia akan menemui kejadian seperti sekarang bahkan didepan matanya sendiri.

Bagaimanapun Satya merupakan manusia normal yang memiliki rasa kemanusiaan, ia tidak mungkin tega membiarkan begitu saja korban kecelakaan tanpa menolongnya.

Satya kembali teringat perkataan terakhir yang ibu itu katakan padanya sebelum beliau tidak sadarkan diri.

"Saya titip Alya sama kamu Satya."

Pesan itu, wanita itu sudah menitipkan sebuah pesan padanya. Sebuah pesan yang begitu dalam, seolah dirinya harus melakukan pesan tersebut. Satya akan tetap melakukan pesan yang ibu itu titipan, selamat atau tidaknya beliau, Satya akan tetap melakukan pesan itu.

Beberapa saat kemudian, setelah menunggu diluar ruangan dengan perasaan cemas, akhirnya seorang dokter keluar dari ruang operasi tersebut.

Dari wajah sang dokter nampaknya tidak begitu meyakinkan. Membuat perasaan Satya semakin cemas.

"Dokter gimana keadaan ibu tadi?" Tanya Satya cemas.

Dokter tersebut menundukan kepalanya, menghembuskan napas pasrahnya.

"Dok?"

Dokter tersebut belum juga berbicara, membuat rasa khawatir Satya semakin besar.

"Saya minta maaf yang sebesar-besarnya." Lirih dokter itu.

Baru saja dokter itu meminta maaf, pikiran Satya sudah benar-benar dibuat kacau. Satya menggelengkan kepalanya, enggan mendengar lanjutan dari ucapkan dokter tersebut.

"Kami tim medis sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi pendarah dikepala yang korban alami begitu hebat, sehingga menyebabkan korban kehilangan banyak darah."

"Saya menyesal harus berkata ini, tapi..."

"Korban tidak bisa tertolong."

Deg!

Lutut kaki Satya seketika menjadi lemas mendengar perkataan tersebut, dugaannya benar. Satya tidak bisa berkata apa-apa lagi sekarang, rasanya mulutnya terbungkam.

"Kami akan segera urus jenazah korban, dan akan segera kami serahkan kepada pihak keluarga."

"Kami mohon maaf, dan turut berduka cita yang sedalam-dalamnya."

Dokter tersebut membungkukan tubuhnya sejenak untuk memberi salam permintaan maaf karena tidak bisa menyelamatkan nyawa wanita tersebut.

Satya sudah terduduk lemas didepan pintu ruang operasi ini dengan rasa penyesalan yang begitu luar biasa.

Lelaki itu meneteskan air mata kesedihannya, ia memukul kepalanya frustasi. Satya sudah gagal menyelamatkan nyawa seseorang. Kalau saja saat itu ia bisa datang lebih awal untuk membantu ibu tersebut, pasti beliau sekarang masih bisa diselamatkan.

Satya merasa dirinya benar-benar gagal untuk menolong dan menyelamatkan seseorang. Ia tidak bisa menolong ibu itu.

Ia sangat ingin sekali ibu tersebut bisa terselamatkan, meski dirinya tidak mengenal siapa ibu itu sebelumnya. Tapi Satya gagal menolong ibu tersebut sehingga beliau harus menghembuskan napas terakhirnya pada malam ini.

Satya memandang tangan kanannya yang semula ia gunakan untuk menggenggam tangan bu cinta, Tangan Satya pun masih banyak bekas dan bercak darahnya. Lelaki itu mengepalkan tangannya kesal.

"Argh!" Satya berteriak frustrasi.

Seseorang telah kehilangan nyawanya didepan matanya sendiri, ia begitu menyesal karena tidak bisa menyelamatkan nyawa ibu tersebut. Satya begitu menyesal sekali.

Lelaki itu menangis, menutup wajahnya menggunakan tangannya yang masih penuh dengan darah.

Malam ini, seorang ibu telah kehilangan nyawanya, dan seorang anak telah kehilangan ibunya.

Satya bisa merasakan bagaimana sedih dan berdukanya anak beliau nanti, bagaimana sakit hatinya ia harus kehilangan sosok ibunya.

Seketika pesan terakhir dan ucapan ibu itu terbayang-bayang dipikiran Satya, pesan yang sudah beliau titipkan padanya.

"Saya punya seorang putri, saya ingin kamu bisa menjaga dia... sebagai pengganti...saya..."

"Saya titip Alya sama kamu Satya."

Pesan itu begitu bermakna dan dalam, pesan yang begitu berarti.

Untuk saat ini, Satya tidak akan menyia-nyiakan lagi kesempatan ini. Pesan tersebut bagaimanapun juga harus Satya pegang dan harus Satya kabulkan.

Ia sudah gagal untuk menolong nyawa ibu ini, maka sekarang ia tidak boleh mengabaikan pesan terakhir yang sudah beliau titipkan padanya. Satya akan terus memegang pesan ini, dan mengambulkannya suatu saat nanti.

Bertemu dengan anak beliau, yang bernama Alya serta menjalankan pesan terakhirnya. Sekarang itu adalah tujuannya sebagai penembus rasa bersalahnya karena telah gagal menyelamatkan beliau.

Meski satya tidak tau siapa itu anak ibu itu, tapi Satya akan terus mencari tau seluk beluk anak beliau. Tuhan pasti akan mengatur dan merencanakan semuanya.

"Tunggu, Alya, gue akan cari lo sebisa mungkin. dan menjalankan pesan yang telah beliau titipkan untuk gue."

Satya memejamkan matanya, perasaan sedih dan bersalah masih menghantuinya. Rasanya ia begitu tertekan sekarang. Meski ini bukan kesalahannya, tapi Satya hanya merasa ia gagal untuk menolong.

"Bu, maaf. Saya nggak bisa nyelamatin nyawa ibu."

"Tapi, saya janji saya akan nempatin dan ngelakuin pesan terakhir ibu untuk saya."






****

23 Februari 2018, tepatnya 3 tahun yang lalu.

Insiden tabrak lari, yang menewaskan seorang wanita.

"Malam itu, seorang ibu kehilangan nyawanya, dan seorang anak kehilangan ibunya."
-satya langit aksara

insiden tabrak lari 3 tahun yang lalu di jalan Cempaka putih, tragedi berdarah.

****




to be continued...

gimana part ini? plot twist banget ya xixixi. ternyata Satya ketemu sama ibu Alya didetik terakhir beliau.

satya orang yang berusaha nolongin bu cinta saat itu gess. tapi sayangnya nyawa Bu cinta ga tertolong :(( makanya bu cinta nitip pesan buat Satya.

jadi bisa dibilang, Satya ini selain pernah nolongin Alya, ternyata dia juga pernah berusaha untuk nolongin ibunya Alya. bener-bener definisi malaikat ga si 😭

sekarang Satya bisa kenal dan ketemu Alya juga karena titipan pesan mendiang ibunya si Alya.

buset, aku yang nyiptain karakter satya aku juga yang jatuh cinta sama dia T_T

btw, kasian ya Alya :(

Continue Reading

You'll Also Like

35.7K 5.3K 45
"semesta, tolong katakan kepada bumi, bahwa langit nya ini sedang rindu." -ft. na jaemin note: walaupun cerita ini sudah tamat, tapi tolong tetap tek...
98 JUNI✓ By tata

Teen Fiction

24K 3.2K 23
[C O M P L E T E D | ft. Lee Haechan] ❝Hidup bersenang-senang, mati untuk dikenang.❞ Perjalanan seru Geng ERA meramaikan Kampung Buju yang suram. ©ta...
2.1M 125K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...
2.8M 158K 40
DILARANG PLAGIAT, IDE ITU MAHAL!!! "gue transmigrasi karena jatuh dari tangga!!?" Nora Karalyn , Gadis SMA yang memiliki sifat yang berubah ubah, kad...