The Village : Secrets Of Past...

بواسطة DellaNopyta

9K 2K 9.8K

Amazing cover by @hayylaaa Kehidupan masa lalu masih belumlah berakhir. Malah kini menghampiri dalam wujud mi... المزيد

Opening
Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51
Chapter 52
Chapter 53
Chapter 54
Chapter 55
Chapter 56
Chapter 57
Chapter 58
Chapter 59
Chapter 60
Chapter 61
Chapter 62
Chapter 63
Chapter 64
Chapter 65
Chapter 66
Chapter 67
Chapter 68
Chapter 69
Epilog

Chapter 35

57 21 106
بواسطة DellaNopyta

Mendiamkan diri, sama sekali tak melawan. Gerombolan gagak yang mengerumuni, membola mengelilingi ini pun tak banyak bereaksi selain mengurung dan memutuskan pandangannya dari Yue Ming yang yakinlah berseru memanggil. Namun, Ji Yu tak mampu menangkap seruan tersebut. Kehampaan dan juga dengungan, hanya itu yang memenuhi sepasang indra pendengaran, kala suara hati berucap.

Inikah akhirnya? Akhir dari hidup melelahkan dari sejak dilahirkan sebagai budak. Terkurung dalam tempat yang jauh sekali dari bayangan jikalau akan menewaskan diri sedemikian rupanya, menjadi santapan dari roh jahat. Apakah mungkin inilah hukumannya? Telah menyukai bahkan membawa kabur seseorang yang tak seharusnya ia sukai, membuat kehidupan wanita itu terjerat ketidakberuntungan pula.

"Berhenti berpikir demikian dan cepatlah keluar. Jika terjebak di sini, justru itulah kesialan sesungguhnya dalam hidup Hui Yan, Ji Yu. Apa kau sungguh ingin melihat Hui Yan hidup dan berakhir seperti Xiao Zhi?!"

Air mata seketika meluruh, tapi sesuatu jelas saja bergejolak dalam diri Ji Yu yang menyeka pergi luruhan tersebut. Benar, aku tidak bisa berakhir begitu saja. Jikalau ingin mati, maka aku harus pastikan dahulu Hui Yan keluar dari desa terkutuk ini." Netra terpejam, otak berputar keras. Jika harus menerobos kerumunan gagak, maka tampaknya mustahil. Lihatlah betapa padat dan kokohnya burung-burung ini mengurung, kian pula mempersempit area kosong yang ada.

Namun, jika dipikirkan dan diperhatikan lebih lagi. Asal gagak-gagak ini jelas datang dari cakupan area Hutan Malam Abadi. Lantas, adakah melihat hadirnya burung tersebut dalam hutan tadi? Bukankah hanya suara koakan belaka yang terdengar? Selain itu, burung-burung ini sama sekali tidak menyerang, mencakar apalagi mematuk seperti biasanya. Kala di mana .... Semua pasang mata mereka berkedip pada waktu yang bersamaan, mungkinkah ...? Benar tidaknya, Ji Yu hanya bisa bertaruh. Palsu ... ratusan gagak ini adalah palsu.

Tangan dikepalkan erat, sedangkan sepasang tungkai dibawanya bergerak. Hanya untuk setelahnya memperlihatkan kemustahilan, yang mana dengan mudahnya ia melalui lingkaran kurungan gagak untuk kemudian berlari menggapai uluran tangan Yue Ming, melewati perisai penghalang tepat pada detik-detik terakhir proses penyelesaian penebalan. Menyaksikan pula bagaimana ratusan gagak tersebut menghilang secara ajaibnya, berubah menjadi asap hitam bergabung dalam kepingan udara area terlarang sana.

Pun Ji Yu berusaha mengatur napas, mengontrol pula rasa sakit yang menjalar di sekujur tubuhnya. Yang mana Yue Ming, pria ini malahan tertawa-tawa kecil seraya menepuk-nepuk pundak Ji Yu yang kian mengerang kesakitan. Namun, tak membuat kekasih Hui Yan ini marah, melainkan ikutan tertawa tanpa lupa pula mengucapkan terima kasih pastinya.

"Apa setelah ini kau masih berani masuk ke sana?" Alih-alih menjawab, Ji Yu kembali menjatuhkan pandangan pada hutan terlarang tersebut. Mendapati betapa indahnya sinar kemerahan yang terpasang itu, apalagi sinar purnama nan terang saat ini kian mempercantiknya. Hanya saja, kenapa harus yang mendiami hutan tersebut malah makhluk kegelapan. Menghilangkan segala keindahan, terutama keindahan dari malam purnama itu sendiri menjadi suatu mimpi buruk.

"Ji Yu," panggil Yue Ming, membangunkan diri dari duduknya sembari diikuti pula Ji Yu yang barang sejenak saja tak mampu, atau tepatnya tak ingin melepaskan pandangan dari hutan terlarang yang kini bereaksi aneh. "Yue Ming, apa kau tahu situasi apa ini?"

Yue Ming pun menggeleng, sedangkan reaksi berupa percikan cahaya kemerahan dari perisai penghalang kian menguat. Menyilaukan, sukses pula memundurkan langkah dari mereka berdua yang masihlah lekat memerhatikan untuk kemudian terbelalak, membawa langkahan yang ada menjadi larian menjauh.

Namun, terlambat,'kah? Kala sepasang tungkai memaku, napas memberat pun bertingkah seakan baru saja mendapat suatu pukulan keras tepat pada dada. Tak mengherankan pula tungkai yang kokoh tersebut berakhir melemah, bertekuk lutut hanya untuk kemudian menyaksikan pendaran cahaya kemerahan menyelimuti sekujur tubuh, terserap sampai titik di mana gumpalan kehitaman menguasai sepenuhnya pusat dari detak kehidupan mereka yang sontak saja berefek memuntahkan sejumlah cairan merah, hangat nan kental, kala langit sendiri dipenuhi kawanan gagak berkoak-koak riang.

Sungguh berbanding terbalik dengan apa yang ada di area pemukiman, semacam gema koakan tersebut tak mampu tertembus. Ataukah barangkali ada semacam perisai tak kasatmata lainnya yang juga terpasang?

Jikalau bukan karena itu, maka apa mungkin ... suara keributan koakan tersebut hanya mampu didengarkan oleh dua pria yang entah bagaimana bisa terkena serangan aneh itu. Yang mana sampai saat ini belum juga mereka kembali pulang, sukses membuat pasangan mereka menanti sembari menengadahkan pandangan pada purnama yang menggantung santai di sana.

"Azhuang dan Jing Shin, mereka pasti akan percaya sepenuhnya pada kita, bukan?" Menurunkan tengadahan, mengalihkan pandangan pada rumah pasangan suami-istri itu dalam kesenduan. "Besok ... akan menjadi hari panjang bagi mereka, dan mungkin juga kita," lanjut Hui Yan, sejumlah uap putih turut serta hadir dari balik mulutnya, membebaskan diri untuk berbaur dalam udara bebas tanpa kabut. Kala bertepatan dengan itu pula, Xia Chia mulai menunjuk ke satu arah. Mendapati akan dua sosok yang saling memapah, tertatih-tatih pula.

Bergegas, kedua wanita ini menghampiri. Melihat lebih jelas lagi akan bagaimana kacau, pucat ... terlebih, terdapat noda darah pada sudur bibir pasangan mereka yang bahkan agak kesusahan bernapas layaknya normal. Lantas masih bisakah bersikap santai? Selain buru-buru membawa masuk pasangan masing-masing ke dalam rumah tanpa melupakan kewaspadaan sedikit pun. Ingin membawa ke tabib saja haruslah dipikirkan kembali, bukan? Kala tabib bagaimana bisa dibohongi jika itu menyangkut dari mana asal kondisi terluka seperti ini didapatkan.

Oleh karena itu, Ji Yu dengan sangat meminta Hui Yan untuk menenangkan diri terlebih dahulu. Mengatakan pula sejumlah kata-kata menenangkan jikalau ia baik-baik saja dan hanya kelelahan.

Haruskah percaya? Karena Hui Yan jelas tak percaya, tapi bersikap seolah-olah percaya sembari menarik selimut agar prianya tenang. Setidaknya kebohongan ini mampu membuat Ji Yu sungguhlah mengistirahatkan tubuh, ataukah sebenarnya pria ini tak lagi kuat mempertahankan kesadarannya? Bergabung dalam pandangan penuh kegelapan sembari menanti akan datangnya cahaya.

Namun, di mana dan tempat seperti apa ini? Di dalam ataukah di luar ruangan pula sebenarnya? Dan kenapa pula terasa hampa, seperti area dari hutan terlarang saja. Tidak mungkin ia kembali ke sana, bukan? Karena seingatnya ia belumlah lama keluar dari area tersebut, bahkan Yue Ming saja tidaklah bersamanya kini. Belum lagi apa pula ini yang memenuhi permukaan pijakan? Berupa genangan air sedalam semata kaki, memantulkan pula bayangan dari gemerlapnya langit berbintang.

Meskipun benar penglihatan taklah begitu mampu menangkap jelas apa yang ada di hadapan sana, tapi pendengaran cukuplah berfungsi baik untuk setidaknya menangkap suara akan adanya pergerakan dari permukaan air bergelombang ini, terlebih ... penglihatan mulai menangkap sesosok orang. Berharap saja demikian.

Juga, jangan tanyakan siapa, karena Ji Yu sendiri tak berani bergerak dari posisinya. Memilih menanti, sembari menyaksikan pula purnama merah muncul bersamaan dengan sosok yang bersiluet itu kian dan kian mendekat. Apakah wanita? Ataukah justru pria? Dan seiring dengan pikiran menebaknya itu, Ji Yu berakhir terkesiap. Yang mana tanpa sadar ia mengikis jarak, tak lagi ada keraguan.

"Siapa kau?"

"Aku ... adalah kau dari masa depan."

Tak paham, tak mengerti, pun Ji Yu menggeleng-geleng tak percaya. Sesekali ia akan bergumam jikalau semua ini hanyalah ilusi, efek dari serangan yang belum lama ini ia dan Yue Ming dapatkan. Hanya saja, sosok dalam balutan pakaian aneh ini memanglah sangat serupa dengannya, seakan sedang bercermin saja.

"Bangunlah!"

Terkesiap, apa mungkin pria berpakaian dan berpenampilan aneh ini memiliki semacam sihir? Lihatlah bagaimana purnama merah itu merubah warna menjadi hitam, menghisap bahkan menyedot apa pun yang ada. Termasuk Ji Yu yang berusaha menjauh, berlarian sekuat dan sekencang mungkin.

Akan tetapi, sepasang kaki seakan terikat, tertarik kemudian yang berakhir terjatuh, wajah menghantam keras genangan air, tenggelam kian dalam seakan genangan air bukanlah genangan lagi melainkan kedalaman dari suatu sungai. Pun Ji Yu, kembali dihadapkan dengan pria berpakaian aneh berwajah sama itu, menggabungkan diri menjadi satu orang. Ji Yu.

"TIDAK!"

Melihat sekitaran layaknya orang kehilangan kewarasan, butuh waktu beberapa saat baginya untuk kembali tenang menormalkan napas memburu yang dipenuhi pula peluh di wajah memucatnya itu. Jelas saja ini ruang kamarnya dan Hui Yan, bahkan tak lagi gelap melainkan hari jelas saja sudah dikuasai sang surya. Memerhatikan lekat akan cahaya hangat yang masuk melalui celah jendela tertutup yang ada.

PRAKK!

Sontak Ji Yu mengalihkan pandangan ke asal suara, mendapati hamburan dari cairan putih nan kental ditemani pula dengan kepingan dari mangkuk tanah liat berserakan pada lantai. "Hui Yan," panggil Ji Yu, mengernyitkan pula keningnya. "Kau ... kenapa?"

Namun, wanita ini masihlah tak berucap. Melainkan luruhan air mata-lah yang dikeluarkan, begitulah fokus memandang ke satu arah ... dada Ji Yu yang tersingkap. "Tanda hitam aneh apa itu?" tanyanya sembari menunjuk. Yang mana kali ini Ji Yu-lah yang tak menjawab, menurunkan pandangan untuk kemudian menutup kembali dada yang terekspos itu.

Akan tetapi, bagaimana bisa membiarkan pria ini menyembunyikannya semudah itu, bukan? Kala Hui Yan menghentikan, menyingkap kembali pakaian Ji Yu yang jelas saja enggan akan perlakuan ini. Memerhatikan secara lebih detail lagi, jikalau tanda hitam yang tercetak di bawah kulit prianya ini tak lain berbentuk layaknya sulur tanaman yang merambat ke sebagian besar area dada yang dimiliki.

"In-ini ... apa?" Ji Yu masih saja bungkam, memberikan pelukan. Hanya saja, Hui Yan tak butuh pelukan untuk saat ini melainkan penjelasanlah yang ia inginkan. "Katakan, apa yang terjadi?" tanyanya lagi.

"Mungkin hanya efek karena sudah memasuki area terlarang," jawabnya, meraih dan menggenggam kedua tangan wanitanya. "Jangan khawatir, aku sungguh merasa baik-baik saja, tidak ada yang sakit, tidak ada pula yang aneh. Sungguh, aku tidaklah berbohong."

"Bagaimana mungkin ini baik-baik saja? Lihatlah tanda itu telah mengakar dalam tubuhmu! Tidak, aku harus menanyakan ini pada Tang Yuan dan Kwan Mei." Bangun dari posisi duduknya, bergegas melangkah pergi. Yang mana segera pula Ji Yu menghentikan, menghalangi. "Hari masih pagi, jangan biarkan penjaga desa curiga." Dan kali ini, Hui Yan-lah yang mendaratkan pelukan, terisak-isak sembari kian mengeratkan pelukan. Pun Ji Yu hanya bisa memeluk kembali, tak pula mampu berucap banyak selain mengatakan ia baik-baik saja.

Ingin sekali, jelas Hui Yan ingin sekali percaya akan ucapan Ji Yu. Namun, lagi dan lagi, Hui Yan dihantui pertanyaan, 'benarkah harus percaya? Benarkah ... harus demikian?' Karena lagi dan lagi, Hui Yan pun berani berucap .... Aku taklah percaya.

واصل القراءة

ستعجبك أيضاً

489K 105K 83
[Fantasy & Minor Romance] Setelah mati, Stella malah terbangun sebagai karakter di cerita terakhir yang dibacanya. "The F...
TABITHA بواسطة Shiskakay

الخيال (فانتازيا)

1.1M 80.6K 35
Apa yang kamu lakukan jika mengulang waktu kembali? Tabitha Veronika Miller sosok gadis yang diberi kesempatan untuk mengulang waktu kembali, kematia...
561K 40.1K 46
Pemenang Wattys Award 2016 @WattysID kategori Cerita Unik / Trailblazers. ROMANCE - FANTASY - ACTION - ADVENTURE *** Ziella dan kakaknya, Georg...
20K 1.5K 19
Namanya Ice, lahir pada musim dingin, dan rambutnya nyaris sewarna salju. Seharusnya dia hanya gadis biasa, tapi garis keturunannya membuktikan bahwa...