MarvelMeira [END]

Par selvimeliana

184K 9.9K 968

Rank #1 in MOS (01/12/2020) Rank #1 in OSIS (21/07/2019) Rank #1 in junior (25/06/2019) Rank #1 in toleransi... Plus

PROLOG
BAB 01 [Terlambat]
BAB 02 [Hukuman]
BAB 03 [Pesona Korea]
BAB 04 [Pacar Meira]
BAB 05 [Ruang Ketua OSIS]
BAB 06 [Pulang Bersama]
BAB 07 [Dekat]
BAB 08 [Amplop]
BAB 09 [Malam Ini]
BAB 10 [Penginta]
BAB 11 [Hari Pertama]
BAB 12 [Hari Sial]
BAB 13 [Kalung Berbandul]
BAB 14 [Cemburu]
BAB 15 [Tempat yang Salah]
BAB 16 [Setan Kesayangan]
BAB 17 [Ancaman]
BAB 18 [Surat Biru]
BAB 19 [Hampir]
BAB 20 [Teror]
BAB 21 [Kebersamaan Ini]
BAB 22 [Satu Nama]
BAB 23 [Pemilik Hati]
BAB 24 [Backstreet]
BAB 25 [Teror Lagi]
BAB 26 [Untuk Meira]
BAB 27 [Lay dan Angel]
BAB 28 [Aku Masih Cinta]
BAB 29 [Beda Kisah]
BAB 30 [Tidak Mungkin]
TRAILER MarvelMeira
BAB 32 [After]
BAB 33 [Drama]
BAB 35 [Peneror Gila]
BAB 36 [Dia Pelakunya]
BAB 37 [Instagram]
BAB 38 [Akhir Dari Mereka]
CERITA BARU
PEMBERITAHUAN ! ! !

BAB 31 [Go Public]

1.1K 91 28
Par selvimeliana

Apa yang di katakan Meira kemarin, ternyata bisa menghantui Marvel sampai sekarang. Bahkan, Marvel sampai tidak henti-hentinya mengamati gerak gerik Agatha sejak meeting OSIS dimulai. Tapi tetap saja, Marvel tidak menemukan hal yang mencurigakan dari Agatha. Jika saja yang mencurigai Agatha hanya satu orang, mungkin Marvel tidak akan sampai seperti ini. Masalahnya, sudah dua orang yang mencurigai gadis itu. Yang pertama, Daniel dan sekarang Meira.

Sebelumnya, Daniel memang sudah mengutarakan kecurigaannya tentang Agatha kepada Marvel. Lelaki itu juga memberikan beberapa alasan kenapa ia mencurigai Agatha. Salah satu alasan besarnya adalah kemungkinan Agatha yang mencintai Marvel. Mungkin Agatha sudah tahu jika gadis yang di cintai bahkan yang menjadi pacar Marvel saat ini adalah Meira. Oleh karena itu Agatha meneror Meira untuk putus dengan Marvel, begitupun sebaliknya. Yang memperkuat dugaan tersebut adalah Daniel melihat sebagian tulisan besar di buku Agatha yang terbaca 'EL' yang kemungkinan dari kata 'MARVEL'. Daniel juga melihat wallpaper ponsel Agatha itu foto seorang lelaki yang membelakangi kamera sedang duduk di kursi ketua OSIS dengan almamater OSIS yang begitu jelas. Daniel kata, postur tubuhnya sama dengan Marvel.

Memikirkannya lagi membuat Marvel mengurut pangkal hidungnya karena pusing. Ia tidak tahu harus bagaimana agar pelaku teror itu cepat tertangkap. Siapapun pelakunya, walaupun ternyata memang Agatha.

"Vel."

Marvel tersentak mendapati bahunya di pukul pelan. Lelaki itu menatap Agatha yang sedang menatapnya bingung. Bukan hanya Agatha, tapi juga seluruh anggota OSIS yang ada di ruang ini.

"Sorry. Gimana?"

"Kita udah bahas semuanya. Sekarang kita boleh bubar, apa ada lagi yang mau di bahas?" Rizky yang duduk paling ujung, mengeluarkan suaranya.

Marvel menatap lembar demi lembar kertas yang berserakan didepannya. Kertas itu adalah formulir siswa siswi yang akan ikut seleksi OSIS untuk tahun ini, dan beberapa kertas penting lainnya.

Marvel mendongakan kepalanya. "Gue rasa cukup. Meeting kita cukup sampai disini. Terimakasih." Marvel sedikit menundukan kepalanya sebagai salam penutup.

"Argh, akhirnya bebas." Daniel merenggangkan otot-otot tangannya ketika kebanyakan dari mereka memilih segera keluar dari ruang rapat OSIS.

Rizky yang duduk disampingnya, memukul tangan Daniel yang terangkat tinggi. "Bebas gundulmu. Habis jam pelajaran sekarang, kita ada ulangan matematika."

Daniel menatap horor kearah Rizky. Tubuh tinggi lelaki itu mulai lemas sampai membuat tubuhnya terjatuh keatas meja. "Seriusan?" nada suaranya benar-benar tidak semangat. "Astagfirullah, cobaan lagi," lanjut Daniel sesaat setelah Rizky mengangguk.

"Sekalian aja lo baca syahadat, Dan!" itu komentar Marvel yang masih duduk di singga sananya. Lelaki itu sedang membereskan kertas-kertas didepannya.

"Nah, bener. Biar gak bisa makan daging babi lagi lo. Hahaha, kasian."

Daniel menatap sengit kearah Rizky yang masih tertawa. "Enak aja. Hidup, dan mati gue itu, mah." Daniel terlihat sewot.

Daniel adalah salah satu umat kristiani yang mengonsumsi daging babi. Dari banyaknya daging, Daniel paling menyukai daging babi karena menurutnya daging babi adalah daging paling enak.

"Vel, mending panggil anak-anak lagi. Kita rapat lagi aja. Ya, ya, ya?" dengan tatapan memohonnya, Daniel menatap Marvel yang kini sudah menatapnya dari kejauhan. Dalam pikirannya sekarang hanya di penuhi oleh cara menghindari ulangan matematika hari ini.

Agatha yang juga masih disana, mulai berjalan menghampiri Daniel dengan sebuah buku di tangannya. "Gak baik hindarin sesuatu. Mending di jalanin aja."

Mata Daniel beralih menatap Agatha. Dari sorot matanya, Daniel terlihat tidak suka. "Suka-suka gue. Gak ada urusannya sama lo," ketusnya.

Marvel, dan Rizky saling beradu pandang. Mereka sama-sama merasakan ada perubahan drastis dari sikap Daniel kepada Agatha. Padahal dulu, mereka terbilang dekat. Lebih tepatnya, Agatha memang terkenal dekat dengan tiga lelaki itu sampai banyak yang mengira jika Agatha memiliki hubungan yang spesial dengan salah satunya.

"Gue gak tau salah apa sampai lo jadi kaya gini banget ke gue," masih sempat-sempatnya Agatha tersenyum. "Tapi kalo emang gue ada salah, gue minta maaf."

Daniel memalingkan wajahnya membuat Rizky geram sendiri sampai memukul pipi Daniel cukup keras. Daniel saja sampai menggerang kesakitan.

"Apaan, sih lo?"

Rizky tidak menjawab. Lelaki itu hanya melirik-lirik Agatha dengan sedikit melotot. Bukannya mengerti maksud terselubung dari tatapan Rizky, Daniel justru semakin tidak peduli. Membuat Rizky mengumpat pelan. "Emang dasarnya goblog."

"Nih, kemarin buku lo jatuh. Maaf baru sempet balikin ini. Gue selalu gak nemu waktu yang tepat setelah sadar kalo sikap lo ke gue udah berubah." Agatha meletakan buku dengan nama Daniel keatas meja. "Gue ke kelas duluan, ya," gadis itu memandangi tiga lelaki yang tersisa di ruangan ini.

"Bego lo, Dan. Curiga sama orang boleh, tapi jangan keliatan banget juga. Lo kaya gini malah jatuhnya kaya pacar lagi ngambek."

"Sabodo amat."

Daniel tidak peduli dengan apa yang di katakan Rizky.

"Lo kaya gini gara-gara curiga kalo yang neror Meira itu Agatha?" Marvel bertanya untuk memastikan saja.

"Lo pikir apa lagi, Vel?"

"Aneh aja karna lo sampai begini."

"Gue gak suka orang munafik kaya dia."

Rizky merangkul Daniel sambil mendekatkan bibirnya ke telinga Daniel. "Awas, entar malah jadi demen."

"Ogah banget demen sama orang yang begituan."

Marvel menghela napasnya. Punggung tegaknya ia sandarkan pada sandaran kursinya. Lelaki itu menopang dagu menggunakan tangan kirinya dengan jari-jari yang mencubit pelan bibirnya. "Kita belum ada bukti kalo Agatha yang lakuin itu." Marvel menatap kedua sahabatnya.

"Emang belum ada bukti nyatanya, tapi kita kan juga harus tetep waspada."

Rizky menatap Daniel dengan tatapan yang sulit diartikan. "Iya waspada, tapi gak harus kaya lo juga," ujarnya. "Kalo kaya lo itu malah bikin dia makin curiga. Kita harus main cantik dong, kaya si peneror."

"Gimanapun caranya, dan siapapun pelakunya, gue harus cepet temuin dia," mata sipit Marvel menerawang jauh. "Tapi_" Marvel menjeda kalimatnya. "Meira juga curiga sama Agatha."

"Nah, kan!" seru Daniel sampai berdiri dari duduknya. Lelaki itu menunjuk Marvel dengan bola mata membesar.

Mereka tidak tahu, jika Agatha masih berdiri dibalik pintu. Mendengar semua percakapan mereka dari awal.

•••••

Adek ipar 🧟‍♂️ :
Buruan kantin!

Meira menghela napas kasar setelah membaca pesan dari Lay yang mengganggunya lagi. Tanpa membalas pesan itu, Meira kembali menaruh ponselnya keatas meja. Ia lebih memilih melanjutkan membaca novel yang ada di tangannya.

Istirahat kali ini, Meira benar-benar malas beranjak dari kelas. Ia sampai minta tolong untuk di belikan roti, dan air mineral kepada Qia yang sedang istirahat di kantin bersama dengan Angel. Karena semalas apapun, perutnya harus tetap di isi makanan.

"Mei, ada yang cari elo."

Meira mendongakan kepalanya menatap teman kelasnya yang bernama Bella. "Siapa?" tanyanya sedikit malas. "Si Lay?" lanjutnya menduga itu ga.

Bella tampak berpikir setelah mendengar nama Lay. Dari raut wajahnya, sepertinya Bella tidak mengenal Lay. "Lay siapa?"

Ternyata Bella memang tidak mengenal Lay.

Beberapa detik setelahnya, Bella menggeleng pelan dengan begitu lucu. Gadis itu memang masih polos seperti anak kecil. "Bukan," ujarnya. "Yang cari elo itu, ketua OSIS."

Meira menggebrak meja menggunakan novelnya.  Gadis itu langsung berdiri dari duduknya setelah mendengar kata 'Ketua OSIS'. Matanya mendelik menatap Bella yang terlihat bingung karena tingkah Meira. "Serius, demi apa?"

"Gue serius. Kak Marvel nunggu lo di luar kelas." Bella menunjuk dengan ibu jari kearah samping kanan yang dimana disana lah pintu kelas berada.

Meira berlari pelan meninggalkan tempat duduknya. Gadis itu sempat loncat-loncat tidak jelas hanya untuk mengintip dari jendela kelas yang tinggi. Ia ingin memastikan apa Marvel benar-benar ada disana. Wajah Meira semakin panik setelah ia melihat kepala Marvel yang terlihat dari jendela karena tinggi lelaki itu.

"Mampu, mampus," panik Meira. "Itu orang ngapain cari gue?"

Bella mengangkat bahunya karena tidak tahu. "Lo ada masalah sama kak Marvel, sampai kak Marvel nyari lo kaya gini?"

"Iya, masalah rumah tangga."

"Huh?"

Meira segera berlari keluar kelas tanpa memperdulikan Bella. Saat sampai di ambang pintu, Meira menghentikan aksi larinya dengan cara berpegangan pada ambang pintu. "Ngapain?" Meira bertanya setelah mata Marvel mendapati dirinya.

Melihat respon Marvel yang terkekeh pelan, Meira semakin melotot tajam. Gadis itu sempat menatap siswa siswi yang ternyata sedang menatap bingung kearahnya. Karena menyadari tatapan itu, Meira segera berdiri tegak, dan berjalan menghampiri Marvel. "Kakak ngapain cari aku?" sekarang Meira hanya berharap jika kecemasannya sekarang tidak benar.

"Nih, pilih makan di kelas apa kita ke kantin?" Marvel menunjukan satu kantung plastik hitam berisi penuh. Sepertinya itu bersisi makanan, dan minuman untuk Meira.

Melihatnya, Meira semakin melotot kearah Marvel. Gadis itu sedang meminta Marvel untuk menghentikan aksinya yang sepertinya benar-benar ingin mempublikasikan hubungan mereka. Semalam, setelah perdebatan antara mereka berdua karena Marvel tidak juga percaya jika pelaku teror itu adalah Agatha, Marvel mengatakan jika hari ini ia akan mempublikasikan hubungan mereka. Meira pikir itu hanya sekedar ucapan, tapi melihat Marvel sekarang membuat Meira yakin jika dugaannya salah.

"Belum makan, kan?"

"Vel."

"Semalam, aku udah ngomong masalah ini. Dan aku harap gak ada lagi penolakan dari kamu." Marvel berusaha berucap selembut mungkin. Ia ingin Meira mengerti akan keputusannya. "Maaf, Mei tapi kali ini aku harus egois."

Sekarang semakin banyak yang memperhatikan mereka berdua. Meira juga mulai mendengar beberapa siswi di dekatnya sedang berbisik membicarakan dirinya, dan Marvel.

"Udah cukup kita backstreet-nya, Mei. Biar aku lebih leluasa jagain kamu, dan juga biar dia cepet keluar dari persembunyiannya. Aku gak mau kamu kenapa-kenapa lagi."

Meira memejamkan matanya saat tangan lembut Marvel mengusap pipinya sampai mengundang pekikan dari beberapa siswi yang melihatnya.

"Kita makan di kantin aja, ya?" Marvel mengulurkan tangannya meminta Meira untuk meraihnya.

Meira justru menghentakan kakinya pelan dengan bibir mengerucut, dan matanya yang sudah menatap sayu kearah Marvel. "Jangan bikin anak orang pada baper." Meira melirikan mata kearah semua siswi yang masih senyum-senyum sendiri. "Cukup aku yang di buat baper." Meira memang sudah tidak punya alasan kuat untuk terus menyembunyikan hubungan mereka.

Marvel tersenyum lebar mendapat lampu hijau seperti ini dari Meira. Merasa gemas, Marvel mengacak pelan rambut Meira. Setelahnya, lelaki itu mengambil alih salah satu tangan Meira. Ia membawa Meira pergi meninggalkan siswa siswi yang menatapnya tidak percaya.

Didalam kantin, Meira menemukan keberadaan kedua sahabatnya yang sudah duduk bersama dengan sahabat Marvel. Sepertinya, setelah ini mereka akan sering berkumpul seperti sekarang. Itu dugaan Meira.

"Go public, nih. Wanjay."

Daniel yang sudah berdiri, bersorak kencang sambil bertepuk tangan. Hal ini menarik perhatian seisi kantin, apalagi setelah mereka semua mendapati Marvel yang menggandeng Meira. Tidak lama setelahnya, suara gunjingan mereka mulai masuk kedalam telinga Meira. Sama persis dengan berbagai gunjingan yang ia dapat disepanjang jalan tadi.

"Duduk!" Marvel menarik satu kursi kosong untuk Meira.

Rizky yang melihat Daniel masih berdiri, menarik kencang celana sekolah lelaki itu sampai kembali duduk seperti semula.

"Untung celana gue gak merosot sampai bawah, njing." Daniel menatap kesal kearah Rizky yang terlihat tidak peduli. Membuat Daniel berdecak kesal sambil membenarkan celananya.

"Makan-makan, gak nih?" Lay menarik turunkan alisnya menatap Meira, dan Marvel. Hidungnya sudah mencium bau makanan gratis.

"Dulu udah, kan?" Meira menjawabnya dengan enteng. "Gak usah morotin dompet abang lo terus, deh!" kesal Meira yang hampir menjitak kepala Lay jika saja Marvel tidak menghentikannya.

"Gak papa, kok," yang dapat Marvel tangkap dari wajah Lay adalah senyum lebar, dan juga tatapan mengejek kearah Meira yang membuat Meira mengerang kesal. "Gak papa, nanti aku tinggal ngomong ke bunda suruh ngurangin uang sakunya."

Dan semuanya tertawa kecuali Lay, dan juga Angel yang duduk disampingnya.

"Syukur, deh akhirnya gak backstreet lagi. Jadi nanti kalo lagi ribut, bisa maki-maki didepan orangnya langsung, gak usah dibelakangnya lagi."

Meira meringis sambil menggigit bibir bawahnya. Tatapannya menajam saat menatap Qia yang baru saja berucap. "Gak usah buka aib deh, Qi!"

Qia yang baru saja menyantap ciloknya, menatap Meira dengan dahi berkerut, sedikit acuh. "Gue bener."

"Minum dulu!" Rizky meletakan botol air kedepan Qia. Lelaki itu tahu jika Qia kepedasan. "Gue belum minum itu, lagian minum lo udah abis," lanjutnya saat melihat Qia yang hanya menatap botol air pemberiannya.

"Gak usah, kak. Gue bisa beli sendiri."

Rizky tidak menjawab. Lelaki itu meraih botol air mineral yang sudah ada didepan Qia. Membuka tutup botol tersebut, lalu menyodorkannya tepat didepan wajah Qia. "Kali ini gue gak mau di tolak."

Rizky sempat tersenyum kecil karena akhirnya Qia mau menerima botol air pemberiannya walau terpaksa.

"Trobos aja udah, jadian." Daniel mengompor. "Kasian sahabat gue kalo lo tolak terus, Qi."

"Brisik," maki Rizky yang merasa risih.

Meira terkekeh pelan di tempat duduknya. Gadis itu mulai meraih roti yang sudah di bukakan oleh Marvel. "Qia keras kepala, kak. Mulut gue aja sampai berbusa, ngomonginnya," dan ketika mendapatkan tatapan kesal dari Qia, Meira menjulurkan lidahnya.

"Hmm, terus adek Angel udah punya pacar belum?"

Angel yang sejak tadi hanya mendengarkan, terlonjak kaget saat mendengar pertanyaan Daniel. Gadis itu sedikit ragu untuk menatap Daniel yang tersenyum manis kearahnya.

"Em, itu kak." Angel tidak tahu harus menjawab apa, padahal jawabannya sudah jelas kalau dia itu tidak sedang menjalin hubungan.

Dan mereka semua di buat terkejut oleh kelakuan Lay yang tiba-tiba menusuk bakso milik Daniel dengan gerakan yang tidak santai. Bunyi garpu yang bergesekan dengan mangkuk bakso sampai terdengar dengan jelas. "Lo pengin gue makan, kak." Lay mengedipkan kelopak matanya satu kali saat melihat ekspresi Daniel yang tidak mengerti. "Baksonya," ralat Lay yang langsung memakan bakso berukuran sedang dalam satu suapan.

Marvel, dan Meira kompak memperhatikan Lay yang kembali sibuk makan batagornya.

"Aku cium sesuatu dari Lay, Mei."

Meira terkekeh pelan. Gadis itu menatap Marvel yang juga mengalihkan matanya untuk menatap Meira. "Aku udah nyium dari awal."

"Kamu makan juga, dong." Meira baru sadar jika sejak tadi Marvel tidak makan apapun. "Ini," roti yang sudah di gigit oleh Meira, ia sodorkan kearah bibir Marvel yang langsung mendapatkan sambutan dari Marvel.

"Manis," senyum kecil Marvel itu, menular kepada Meira.

"Eh, Vel. Setelah publish, langkah selanjutnya apa buat mancing si peneror itu?"

Mereka semua, Terutama Marvel menatap Daniel yang baru saja bertanya.

"Kalian serius gak backstreet lagi gara-gara ini?" Qia bertanya walaupun sedikit ragu.

Meira menggeleng pelan. "Ini, cuma sebagian kecil alasan, kok. Ya kan, Vel?"

"Iya."

"Awas aja kalo enggak. Putus kita. Berasa ngambil kesempatan dalam kesempitan aja."

"Enggak, Mei. Tau sendiri kalo dari awal, aku gak mau sembunyi-sembunyi gini," tangan lembut, dan besar milik Marvel mengusap rambut Meira. "Kita liat nanti. Gue masih susun rencana," kali ini Marvel menjawab pertanyaan Daniel tadi sambil menatap lelaki itu.

"Sebelumnya, maaf."

Mereka beralih menatap Angel yang sedang menatap mereka semua. "Apa kak Marvel kepikiran kalo dengan publish hubungan kalian, si peneror itu bisa makin menjadi?" Angel memperhatikan mereka semua yang terdiam. "Gue takutnya dia makin gencar celakain Meira gara-gara ini."

"Gue sepemikiran sama Angel." Lay berpendapat.

Marvel menatap Meira, begitupun sebaliknya. Sepasang kekasih itu entah sedang memikirkan apa.

•••••

"Vel, gue ngerasa repotin lo banget."

Marvel membuka helm hitam yang tadi di pakainya. "Gak, kok. Lagian rumah kita searah." Marvel tersenyum kecil kearah Agatha yang sudah berdiri disampingnya.

"Tapi tetep aja, lo harus muter komplek ini dulu."

"Lo ngomong gini malah jadi buat gue ngerasa lo itu gak ikhlas gue anterin."

"Enggak. Bukan gitu maksud gue."

Marvel tersenyum lebar, bahkan sampai terkekeh pelan melihat wajah Agatha yang terlihat mulai panik. "Makannya, gak usah ngomong repotin-repotin terus!"

Pulang sekolah tadi, Marvel tidak sengaja melihat Agatha di jalan dekat sekolah. Gadis itu sedang berdiri disamping mobil abu-abu miliknya sambil menatap kesembarang arah seperti sedang mencari sesuatu. Setelah Marvel, menghampirinya ternyata ban mobil Agatha pecah. Karena bengkel terdekat tidak ada, ban cadangan pun tidak Agatha bawa, akhirnya Marvel memberi tumpangan kepada Agatha. Meninggalkan mobil gadis itu yang akan di berbaik, dan di bawa pulang oleh orang suruhan Agatha.

"Makasih ya, Vel."

"Iya, sama-sama."

Marvel melihat sebuah keraguan di mata Agatha. Selain itu, Marvel juga melihat tatapan cemas dari mata itu.

"Lo, mau mampir dulu?"

Suara Agatha itu terdengar lirih, dan ragu. Sepertinya, Agatha tidak benar-benar menawarinya untuk mampir. Entah lah, tapi itu yang Marvel rasakan sampai membuat Marvel tersenyum kecil dan menggeleng pelan. "Enggak, deh. Lain kali aja."

Benar saja, Agatha segera membuang napasnya lega. Marvel merasa aneh dengan sikap Agatha kali ini.

"Kak Marvel, ya?"

Marvel melihat seorang gadis dengan pakaian rumahan, baru saja keluar dari rumah Agatha. Wajah gadis itu seperti tidak asing di mata Marvel. Sepertinya mereka sempat bertemu beberapa kali.

"Ternyata kak Marvel. Aku pikir siapa."

"Oh, Cinta." Marvel sekarang ingat dengan gadis itu. Gadis itu bernama Cinta, adik kelasnya yang mencalonkan diri menjadi anggota OSIS, sekaligus gadis yang sempat membuat Meira cemburu beberapa minggu yang lalu.

Cinta tersenyum lebar melihat Marvel. Gadis itu menghampiri Marvel, dan Agatha.

"Kak Agatha pulang di anterin kak Marvel?"

Marvel melihat kearah Agatha yang hanya terdiam. Ada perubahan besar di wajah Agatha setelah kehadiran Cinta.

"Gak sengaja ketemu di jalan," Marvel yang menjawab pertanyaan Cinta tadi.

"Loh, bukanya kak Agatha bawa mobil, ya?"

"Banyak mobilnya bocor," dan kali ini Marvel lagi yang menjawabnya. "Lo kenapa_"

"Oh, kayanya kita harus kenalan ulang lagi deh, kak." Cinta tersenyum sambil mengulurkan tangannya kearah Marvel. "Aku cinta, adik kandungnya kak Agatha."

Raut bingung Marvel hilang seketika. Sekarang lelaki itu tersenyum kecil. "Gue baru tau kalo Agatha punya adik," balas Marvel sambil menjabat tangan Cinta.

"Sekali lagi makasih, Vel." Agatha yang sejak tadi diam, kini berucap lagi. "Lo hati-hati di jalan, ya. Gue masuk duluan, Vel." Agatha tersenyum paksa kearah Marvel. Gadis itu langsung beranjak pergi setelah meraih tangan Cinta untuk ikut masuk ke rumah bersamanya.

"Lain kali mampir, kak."

Marvel tersenyum. Tangan kanannya ikut melambai kearah Cinta yang sedang melambaikan tangan kearahnya.

Melihat dua gadis itu sudah masuk kedalam rumah, membuat Marvel menghela napas berat. Matanya masih menatap pintu rumah Agatha yang sudah tertutup rapat dengan perasaan aneh yang ia rasakan.

Kenapa tiba-tiba, Marvel merasa ada yang tidak benar?

Drettt...

Marvel merogoh saku jaket yang di pakainya. Ternyata ada pesan masuk dari Agatha yang justru membuat Marvel bingung karena baru saja dirinya berpisah dengan Agatha tapi Agatha langsung mengirimnya pesan.

Agatha :
Gue baru tau, Vel kalo lo udah kenal Cinta.

Agatha :
Tapi, Vel. Gue harap lo gak terlalu deket sama Cinta lagi.

Agatha :
Gue gak suka.

Kali ini pikiran Marvel traveling kemana-mana. Banyak pertanyaan yang singgah di benaknya. Dan dia benar-benar mulai curiga kepada Agatha.

•••••

GAK TAU INI CERITA MASIH SERU APA ENGGAK.

GAK TAU JUGA MASIH ADA YANG MAU BEETAHAN NUNGGU CERITA INI, DAN CERITA KU YANG LAIN APA ENGGAK.

GAK TAU JUGA MASIH BANYAK YANG DUKUNG KARYA-KARYA AKU APA ENGGAK.

TAPI TETEP, JIWA BARBAR KU TERUS BERKOBAR. PANTANG MUNDUR SEBELUM END 🌈 HEHEHE...

OH YA, EMM SEKEDAR PEMBERITAHUAN. KALIAN KALO MAU MANGGIL AKU CUKUP PANGGIL MELL AJA, YA 🌼 GAK MAU YANG LAIN, HUHU 😭

SEMOGA KITA DI PERTEMUKAN DI PART SELANJUTNYA 🖤

BYE 🖐🏻👻

TBC

Continuer la Lecture

Vous Aimerez Aussi

39.4K 2.1K 42
[COMPLETED] [Di private acak, follow agar bisa membaca] Alvin Saputra, cowok pertama yang bisa meluluhkan hati model cantik di sekolahnya, Jessica. M...
Everything ✔ Par Ken

Roman pour Adolescents

66.1K 5.2K 40
[ REVISI ] Kata orang Deven itu dingin, tapi bagi Anneth, Deven itu Cerewet. Dan untuk Deven. Anneth itu Segalanya. Trust me, You will always be my E...
2.4M 181K 59
SEQUEL 'VELLA' Bagi yang belum membacanya harap membaca dulu lebih awal supaya mudah mengerti alur ceritanya. Terimakasih.
1.4M 89.3K 43
"Apa lo beneran hamil?" "Dan itu anak gue?" "Dan apa lo pikir, gue bakal minta pertanggungjawaban dari orang yang nggak bersalah, iya?" "Kalau itu be...