The Village : Secrets Of Past...

By DellaNopyta

9K 2K 9.8K

Amazing cover by @hayylaaa Kehidupan masa lalu masih belumlah berakhir. Malah kini menghampiri dalam wujud mi... More

Opening
Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51
Chapter 52
Chapter 53
Chapter 54
Chapter 55
Chapter 56
Chapter 57
Chapter 58
Chapter 59
Chapter 60
Chapter 61
Chapter 62
Chapter 63
Chapter 64
Chapter 65
Chapter 66
Chapter 67
Chapter 68
Chapter 69
Epilog

Chapter 32

56 21 81
By DellaNopyta

Kicauan yang ada cukuplah menenangkan, meskipun benar udara masihlah terasa lembap nan dingin, memberatkan pasang mata dari mereka yang belumlah lama jatuh tertidur, merasakan pula gelitikan angin yang datang bersamaan pancaran sinar kehangatan dari jendela terbuka. Barulah, dua insan sepasang kekasih ini mulai terbangunkan, mendapati Jing Shin serta Azhuang telah duduk pada pinggiran ranjang, memerhatikan.

Hanya saja, ke mana perginya Xia Chia dan Yue Ming? Jelas-jelas subuh tadi mereka masihlah ada dan tertidur di kursi dan meja ini. Tidak mungkin telah terjadi sesuatu pula dengan pasangan itu, bukan? Pun Hui Yan dengan segala pikiran buruknya ini sontak saja mendekati Jing Shin, menanyakan lebih pastinya ke mana perginya mereka tanpa pamit sama sekali.

"Mereka sudah pulang lebih dahulu. Selain itu, bukannya tidak pamit melainkan sama sepertiku dan Azhuang yang tak tega membangunkan kalian berdua." Bergantian memandangi dua temannya ini, menyentuh pula perutnya yang belumlah membuncit. "Apa kalian tidak bisa tidur semalam karena saking senangnya mendengar kabar ini?" tanyanya, tersenyum. Namun, bagaimana bisa Hui Yan dan Ji Yu tersenyum? Yang ada malahan kaca-kaca bening di sepasang netra mereka mulai hadir, sejadinya tertahan agar tidak sampai menjadi luruhan air mata.

"Kalian sungguhlah bersikap aneh, tak terkecuali pula Xia Chia dan Yue Ming," ucap Azhuang, memasang ekspresi penuh kecurigaan seraya bersila tangan. "Kenapa tidak ada satu pun dari kalian yang mengucapkan selamat pada kami? Apa kabar ini terlalu mengejutkan bagi kalian?"

Lantas harus bagaimana menjawab kini? Tidak mungkin memberitahukan saat ini juga, bukan? Yang ada hal itu akan membahayakan nyawa Jing Shin ataupun janinnya sendiri. Tidak, memberi tahu sekarang risikonya terlalu besar. Tidak, sungguhlah tidak bisa. Mendesah, mengalihkan pandangan pada Ji Yu yang mendekat pula.

Entah kenapa, pria ini malah mampu tersenyum seakan tidak ada hal yang mengganggu pikiran ataupun mengganjal hatinya. Sungguhlah pandai berakting, tapi sejak kapan pula? Dan ketika ia merangkul pinggang Hui Yan, saat itulah Ji Yu berucap, "hanya tidak ingin menjadi paman dan bibi di usia semuda ini, terlebih ...." Memandang balik Hui Yan. "Saat kami sendiri, bahkan Xia Chia dan Yue Ming belumlah menikah," lanjutnya, wajah memang menyunggingkan senyuman, tapi sepasang netra tidaklah demikian. Meminta dengan sangat untuk Hui Yan mengikuti sandiwara, setidaknya tersenyum ataupun mengiyakan saja sudah cukup.

Akan tetapi, Hui Yan seakan keberatan. Kala di mana Jing Shin dan Azhuang tertawa-tawa, termakan sepenuhnya akting Ji Yu. Pun tanpa sadar pula, seorang pria paruh baya berjenggot dan berkumis hadir. Tanpa basa-basi pula, pria tua yang dipanggil Azhuang sebagai tabib ini berakhir kembali memeriksa kondisi Jing Shin, memberitahukan jikalau mereka sudah dapat pulang. Di mana dari balik sepasang netra tabib ini, tak mampu disembunyikan pula akan hadirnya suatu kesenduan. Kesenduan yang dipahami jelas oleh Hui Yan dan Ji Yu mengarah ke hal apa.

Namun, apa gunanya mempertunjukkan kesenduan tersebut? Kala tak ada hal yang bisa tabib ini lakukan selain berdiam diri, menutup kenyataan. Terus saja hidup dalam bayangan rasa bersalah ataupun bayangan para penjaga desa.

Hui Yan yang tak lagi tahan berada dalam ruangan ini, tanpa ragu dan bergegas pula membantu Jing Shin pergi, pulang ke rumah. Yang mana sialnya, lima penjaga desa kini malah berada, menanti di depan rumah Azhuang dan Jing Shin dengan ditemani pula oleh Yue Ming dan Xia Chia. Memuakkan Hui Yan, begitu pula dengan Ji Yu. Akan tetapi, tidak dengan Azhuang yang malah dengan ramah menyambut.

"Selamat, atas kehadiran anggota baru. Kami kemari untuk menyerahkan ini." Menyodorkan keranjang bambu, tertutup kain putih. Tak tahu apa isinya, tapi diterima Azhuang begitu saja. "Minumlah secara rutin, kami jamin ramuan itu akan mengurangi rasa mual serta menambah energi," lanjutnya, mengarahkan pandangan pada Jing Shin.

Mengejutkannya lagi, penjaga desa taklah menunjukkan pandangan mengintimidasi seperti biasanya. Mungkinkah tersenyum? Ataukah mengejek? Ataukah parahnya lagi begitulah bahagia di atas penderitaan orang lain?

Apa pun itu alasannya, ingin rasanya menarik lepas topeng yang melekat itu, menyaksikan sendiri bagaimana rupa dan raut dari wajah yang hanya berani disembunyikan tersebut. Apakah sejelek itu? Setua itu? Sungguhlah tak tahu malu.

"Kalian sungguhlah peduli, desa ini benar-benar memberikan perawatan yang luar biasa bagi pasangan yang baru menikah dan mengandung," ucap Yue Ming, menyembunyikan kekesalan di balik senyuman ramah nan kakunya itu. Sejadinya pula, Xia Chia menggenggam sebelah tangan, jelas saja meminta berhenti kekasihnya ini untuk tak perlu berucap lebih yang akan berakhir menarik kecurigaan nantinya.

Sekiranya, akankah Yue Ming berhenti? Apalagi saat satu di antara dua penjaga desa ini kembali berkata, "itu sudah menjadi tugas kami, dan anggota baru sangat dibutuhkan demi kebahagiaan dan keberlangsungan desa ini."

Serta merta Yue Ming terkekeh, mengangguk-angguk. "Benar, kebahagiaan, tentu itu hal penting juga hal besar," sahutnya, dan dengan segera Ji Yu berdeham, menggeleng kecil. Yang mana Yue Ming mau tak mau menuruti, bukan hanya karena dehaman Ji Yu, melainkan dikarenakan penjaga desa mengikis jarak lebih lagi padanya juga Xia Chia yang membeku. "Kuharap kalian juga segera menikah, atau setidaknya miliki-lah anggota baru. Dengan begitu, hidup tidak akan lagi terasa sama."

Benar, tentu saja tidak akan sama. Siapa memangnya yang mampu hidup normal setelah kehilangan buah hati yang baru dilahirkan, tapi Jing Shin dan Azhuang yang tak tahu-menahu maksud dari ucapan penuh penekanan dan kecaman penjaga desa yang kini telah berlalu pergi ini malah dengan polosnya menyetujui. Ingin marah pun, bagaimana bisa marah, bukan? Bukan salah Jing Shin dan Azhuang pula karena tidak tahu apa-apa.

Oleh karenanya, rumah Hui Yan dan Ji Yu kembali dijadikan tempat untuk membahas akan bagaimana memberitahukan Azhuang dan Jing Shin kenyataan yang ada. Jika tidak ada kehamilan, tak perlu pula sepusing ini, bukan?

Hanya saja, Hui Yan bersikeras untuk tidak memberitahukan. "Kita masih ada waktu sekitar setengah tahun, bukan? Apa menurut kalian kita bisa kabur dari desa ini dalam kurun waktu itu?" tanyanya, tapi tak ada yang merespons. Bukan tak ingin, melainkan tak ada keyakinan. Lagian waktu setengah tahun itu sangatlah singkat, sementara untuk mengumpulkan informasi secara lebih lengkap lagi terkait musuh saja lagi dan lagi menemukan jalan buntu.

"Hui Yan, kurasa akan lebih baik jika kita memberitahukan Azhuang dan Jing Shin kenyataannya, mereka haruslah bersiap dengan semua hal yang ada." Dan Yue Ming, bahkan Xia Chia sendiri tampaklah setuju dengan ucapan Ji Yu. Hui Yan pun sadar jikalau dengan memberitahukan lebih baik ketimbang menyembunyikan, tapi ... hati terlalu tak tega bahkan membayangkannya saja sudah menjadi gambaran buruk yang menikam perasaan.

"Hui Yan, aku sungguh paham perasaanmu ini seperti apa, tapi lihatlah situasi dan kondisi saat ini. Tidak mungkin bagimu untuk menggunakan perasaan, turuti saja apa yang Ji Yu katakan."

"Kalau begitu ...." Wajah tertunduk diangkatnya, diarahkan pada dua temannya untuk kemudian menetap pada Ji Yu. "Kapan waktu tepat untuk memberitahukan?" Dan alangkah terkejutnya mereka, yang entah sejak kapan area dapur telah dihadiri pasangan Kwan Mei dan Tang Yuan. Namun, ucapan yang dikeluarkan oleh sepasang suami-istri ini sukses mengubah suasana keterkejutan menghilang begitu saja. Apalagi kala Tang Yuan, pria yang kembali dikuasai tatapan mengintimidasi itu berkata, "malam purnama, jadikan sebagai waktu yang tepat untuk menjelaskan pada dua teman kalian itu."

"Kenapa kau berpikir demikian, Tang Yuan?" tanya Yue Ming.

"Jadikan kematian Xiao Zhi sebagai bukti atas penguat perkataan kalian," jawabnya, Kejam memang, tapi hanya dengan begitu mampu meyakinkan ketidakpercayaan Jing Shin atau bahkan Azhuang sendiri tanpa harus membuang-buang waktu. "Jangan khawatir dengan janin yang dikandung, setelah meminum ramuan yang diberikan penjaga desa tadi janin itu akan kuat hingga waktu kelahirannya nanti," tambah Kwan Mei, pun Hui Yan seketika tenang yang bahkan sepasang tungkai berdirinya sontak melemah untuk kemudian terduduk. Terus saja mulut berucap 'syukurlah dan syukurlah', tanpa sadar senyuman simpul tertampilkan dari wajahnya yang juga mulai menitikkan air mata.

Pada akhirnya, air mata itu kembali pula mengantarkan pada kehidupan biasa mereka semua. Menjalankan hari demi hari dalam kepura-puraan dengan tidak melakukan pergerakan apa pun yang sekiranya mampu menarik kecurigaan penjaga desa, beraktivitas layaknya kebanyakan warga, tertawa dan tersenyum jika memang diperlukan. Menanti dengan sangat sabar akan hari di mana purnama itu sendiri tiba, dan malam ini ... adalah saatnya.

Gagak-gagak berkoak penuh kegembiraan, bergema bersamaan akan datangnya suara gemeresak pepohonan bersahutan seraya kabut pun berdatangan, menutupi hampir dari keseluruhan desa terutama area tempat tinggal warga. Yang mana embusan angin saja tak lagi mampu menyingkirkan tebalnya kabut yang seakan gumpalan awan ini, memantapkan posisi kala di mana orang-orang desa pun masuk ke rumah masing-masing, mematikan sumber pencahayaan berupa lilin semacam diperintahkan untuk demikian. Terkecuali mereka, tim pemberontak.

Namanya juga pemberontak, tentu saja melawan ataupun menentang adalah hal utama yang harus dilakukan, bukan? Menjadikan suasana mencekam, sepi nan dingin ini sebagai kesempatan terbaik untuk mulai bergerak, menerobos kabut mengikuti pendaran cahaya kekuningan yang beberapa jarak jauhnya di depan sana. Hanya saja, pengekoran yang awalnya mulus kini berakhir sudah. Mau tak mau, dua orang yang mengekor pun haruslah mengenakan tudung dari jubah hitam yang dikenakan, menengadah, menyaksikan gerombolan gagak telah menguasai langit berbulan purnama ini.

"Hati-hatilah, tidak tahu kapan gagak itu akan menyerang," ucap Ji Yu, melirih, kembali pula memerhatikan pendaran cahaya yang jelas saja menjadi satu-satunya sumber penunjuk jalan bagi ia dan Yue Ming dalam melangkah. "Fokuslah pada pengekoran, jangan sampai lepas atau kita benar-benar tak bisa berkutik dalam kabut ini, Yue Ming."

KWAK! KWAK!

"Apa-apaan ini? Kenapa tak lagi berkoak? Apa mungkin ...? JI YU!"

Langkah terhenti, pandangan diedarkan. Memang betul tidak mampu menangkap apa pun, tapi kesunyian yang mendadak ini bagaimana bisa membuat mereka tenang, bukan? Kala mulai merasakan sesuatu bergerak dalam kecepatan tak biasa, terbang berseliweran menerobos kabut hanya untuk kemudian menyerang, menghunjam dengan paruh tajam yang dimiliki dari berbagai arah secara bergantian seakan burung terkutuk ini buta.

Parahnya lagi, entah itu Ji Yu ataupun Yue Ming berusaha sejadinya untuk tak bersuara. Terus saja mereka memandangi pendaran cahaya kekuningan yang kian menjauh itu, pun suara kepakan dari serangan gagak kini mulai terdengar begitulah jelas. Mendapati jikalau gerombolan gagak memanglah mengelilingi, mengurung. Tak hentinya pula, Yue Ming, pria ini mengumpat hanya untuk setelahnya .... "Ji Yu, kau lanjutkan perjalanan, akan kusingkirkan para hewan terkutuk ini menjauh darimu."

Menggeleng, Ji Yu jelas tak setuju akan cara ini. Namun, belum sempat berucap lebih, kekasih Xia Chia yang bertekad ini telah lebih dahulu melepaskan tudung jubahnya, menerobos kabut, membawa diri menjauhi Ji Yu yang kebingungan ke mana perginya pria itu membawa kawanan gagak penyerang. Menyepikan seketika suasana ke dalam kepanikan teramat akan kekhawatiran terhadap hal buruk yang mungkin saja akan dialami Yue Ming. Ia pun tak berani berseru memanggil, atau pengekorannya akan benar-benar diketahui seketika.

Yue Ming ... Yue Ming!

Continue Reading

You'll Also Like

1M 77.8K 35
Apa yang kamu lakukan jika mengulang waktu kembali? Tabitha Veronika Miller sosok gadis yang diberi kesempatan untuk mengulang waktu kembali, kematia...
214K 15.5K 30
Micheal, pangeran dari Kerajaan yang tak pernah terkalahkan. Mereka mempertahankan reputasi sesuai dengan namanya, DeGreat. Setiap kali mereka mereka...
1.2K 397 32
-TAMAT- Eyla terkena kutukan setelah ia berniat bunuh diri di umurnya yang ke-17. Semua tidak lain karena ia berniat bunuh diri atas kematian seluruh...
839 354 27
"Kuharap hanya kisah ini yang abadi" Gumam seorang gadis pembawa buku diatas tebing dengan gaun berwarna merah hitam. Di sana, ia melompat, ditemani...