Love For Eleanor

By FatimahIdris3

1.1K 807 528

Kutulis kisah ini untuk banyak orang. Untuk mereka yang pernah terluka dan ragu untuk kembali membuka hatinya... More

BAGIAN 1
BAGIAN 2
BAGIAN 3
BAGIAN 4
BAGIAN 5
BAGIAN 6
BAGIAN 7
BAGIAN 8
BAGIAN 9
BAGIAN 10
BAGIAN 11
BAGIAN 12
BAGIAN 13
BAGIAN 14
BAGIAN 16
BAGIAN 17
BAGIAN 18
BAGIAN 19
BAGIAN 20
BAGIAN 21
BAGIAN 22
BAGIAN 23
BAGIAN 24.1
BAGIAN 24.2
BAGIAN 25
BAGIAN 26
BAGIAN 27
BAGIAN 28
BAGIAN 29
BAGIAN 30
BAGIAN 31

BAGIAN 15

20 16 1
By FatimahIdris3

Fiuuuuuuuh ternyata masih panjang ya...

Ma'af ya kalo ceritanya kagak jelas heheheh.

Makasi banget yang mau baca, yang ngevote dan yang koment dicerita ini.

Sayaaaaaaang banyak2 dari author😘😘😘

🌺🌺🌺

        Sudah jam 10.43 dan El masih berdiskusi dengan beberapa karyawannya. El tidak memiliki kantor khusus. Dia menyewa sebuah ruko sederhana yang tidak jauh dari pusat kota. Hanya ada 4 pekerja pria dan 3 pekerja wanita. Pekerja pria membantu El saat harus mengatur acara di lapangan. Sementara pekerja wanita membantu El menyiapkan hal-hal penting lainnya.

        Meski kecil, El sangat bangga. Ini adalah usaha yang dirintisnya sendiri sejak memutuskan untuk keluar dari rumah. Memang tidak mudah tapi dia bisa melewatinya. Buktinya sekarang usahanya itu sudah sedikit mengalami kemajuan dan sudah banyak dilirik orang.

        Saat tengah serius-seriusnya El mendengarkan salah satu pekerjanya menjelaskan konsep pernikahan salah satu pelanggannya, pintu ruangannya diketuk. Tampak salah satu pekerja wanita membuka pintu.

"Ma'af kak El, ada yang mencarimu, dia mengatakan bahwa dia klien kita" Kata pekerja itu takut-takut karna sudah mengganggu El dan yang lain.

       Belum sempat El keluar untuk melihat siapa yang datang, seorang pria berbadan tinggi langsung menerobos masuk.

"Kau salah menyampaikan pesanku, aku memintamu mengatakan jika aku adalah klien istimewa disini" Kata Diaz memperbaiki kesalahan pekerja tadi.

      El menghela nafas dan memandang pria yang berdiri didekat pintu dengan tampang angkuhnya. Beberapa hari tidak bertemu, ternyata dia sama sekali tidak berubah.

"Kita lanjutkan lagi nanti, yang penting semua sudah siap, kalian boleh kembali bekerja" Kata El memberi perintah pada pekerjanya diruangan itu.

      Setelah pekerja El keluar, El menatap Diaz yang masih setia berdiri didekat pintu.

"Apa kau datang kesini hanya untuk berdiri disitu?" Ucap El sarkas.

      Diaz melangkah mendekati El. Duduk dikursi tepat didepan El. Tidak mengatakan apapun dan terus memperhatikan wanita itu. Ada rindu yang tertahan disorot matanya. Namun untuk menyalurkannya dia belum berani. Hanya mengagumi dalam diam.

"Apa kau mulai gila? Beberapa hari tidak terlihat sepertinya mengubahmu jadi sedikit aneh" Kata El yang sedikit risih melihat Diaz yang terus memperhatikannya tanpa mengatakan apapun.

"Kalau kau datang hanya ingin melamun, sebaiknya pergi saja, masih banyak pekerjaan yang harus kukerjakan" Lanjut El sedikit mengusir.

"Kau cantik" Tiba-tiba Diaz mengatakan hal diluar perkiraan El.

        Wanita itu mengerutkan keningnya. Sebenarnya ada apa dengan pria ini. Dia tampak berbeda dari Diaz yang dingin dan angkuh.

"Apa???"

"Kau... Cantik dengan rambut barumu, aku suka" Diaz tersenyum dan itu membuat El terpesona sesaat. El bukan orang munafik. El akui senyum Diaz sangat mempesona. Baru kali ini El melihat pria itu tersenyum.

      El menggelengkan kepalanya. Menyadarkan diri bahwa dia tidak boleh cepat terbuai dengan hal-hal yang akan menjeratnya kembali pada kesalahan yang sama.

"Terima kasih, lalu apalagi? Pasti bukan hanya itu kan tujuanmu kesini?"

"Ya... Sebenarnya aku ingin meminta bantuanmu dan Fai"

"Bantuan apa?"

"Sharga ingin membuat kejutan untuk Ahra, jadi kufikir aku tidak bisa melakukannya sendiri"

"Baiklah, akan ku katakan ini pada Fai nanti"

"Tapi aku butuh kalian hari ini"

"Apa!!??? Kenapa baru mengatakannya sekarang, kau fikir aku pengangguran yang tidak ada pekerjaan" Teriak El kesal.

"Ya ma'af" Kata Diaz dengan polosnya.

🌺🌺🌺

       Disinilah Fai, El dan Diaz berada. Ketiganya sudah selesai menyiapkan kejutan untuk Ahra dari Sharga. El menyandarkan punggungnya pada sebuah pohon. Mengistirahatkan tubuhnya yang mulai lelah. Dipejamkan matanya sebentar. Sayup dia mendengar suara Fai dan Diaz yang sepanjang hari ini memenuhi indra pendengarnya.

"Aku akan pergi membeli sesuatu, kau mau kubelikan apa?" Suara Diaz terdengar.

"Apa saja, aku bukan orang yang pemilih" Suara Fai menimpali.

      Diaz mengarahkan pandangannya pada El. Ingin menanyakan apa yang ingin dimakan wanita itu.

"Dia sama saja, apapun yang kau beli, dia akan memakannya" Kata Fai seolah bisa membaca apa yang tengah difikirkan Diaz.

Diaz tersenyum sesaat "Baiklah aku pergi dan tidak akan lama"

"Ya ya, pergilah" Sahut Fai sambil mengibaskan tangannya seolah mengusir.

      Diaz segera melangkah pergi. Meninggalkan kedua sahabat Ahra itu. Sepeninggal Diaz, Fai melangkah mendekati El. Duduk disebelah wanita itu. Mendengar deru mobil yang menjauh, El perlahan membuka matanya.

"Dia orang baik" Kata Fai tiba-tiba membuat El langsung menoleh padanya.

El mengernyitkan dahinya "Kenapa tiba-tiba mengatakan itu?"

"Entahlah, mungkin aku hanya sok tau, tapi aku melihat tatapan berbeda darinya padamu" Fai masih menatap lurus kedepan.

"Ckckck... Tentu saja berbeda, dia itu selalu dingin padaku karna terlalu meremehkan kinerjaku sebagai seorang EO, apalagi sekarang aku jadi Eo yang menangani pesta pernikahan Sharga, sudah pasti dia tidak mau sembarangan"

"Bukan... Bukan itu"

"Hah lalu?"

"Tatapannya itu seolah dia menyimpan sesuatu yang dipendamnya, kau tau seperti... Suka mungkin" Kata Fai sedikit ragu dengan perkataannya sendiri.

       El terdiam, mencerna dengan baik-baik apa yang dikatakan Fai barusan. Diaz menyukainya? Mana mungkin. Awalnya El juga berfikir begitu karna sikap Diaz yang tiba-tiba berubah. Pria itu juga sedikit lebih perhatian terhadapnya. Tapi itu tidak mungkin. Pria itu hanya menghargainya karna kebetulan dia adalah sahabat Ahra, calon istri Sharga, atasannya.

        Lagipula, El tidak ingin mengulang kesalahan yang sama. Terlalu cepat menyimpulkan bahwa pria itu menyukainya hanya karna tatapan dan perhatiannya semata. Cukup sekali El mengambil keputusan yang salah. Tidak untuk yang kedua kalinya.

       Cukup lama kedua wanita itu saling terdiam, hingga suara mobil milik Diaz terdengar dari kejauhan. Fai berdiri dari duduknya dan menghampiri Diaz yang terlihat kesulitan membawa beberapa makanan.

"Cepat sekali" Komentar Fai setelah tiba dihadapan Diaz. Tangannya terulur mengambil dua kantong plastik ditangan Diaz.

"Tempatnya tidak jauh dan kebetulan hanya aku pelanggan mereka jadi tidak perlu berlama-lama mengantri"

"Owh baguslah"

       Diaz dan Fai menghampiri El yang masih setia ditempatnya. El hanya memperhatikan Diaz dan Fai tanpa ada niat membantu. Dia masih memikirkan perkataan Fai. Benarkah Diaz menyukainya. Benarkah pria itu memberikan tatapan yang berbeda padanya. Tidak tidak, El tidak akan segampang itu terbawa perasaan. El menggelengkan kepala beberapa kali. Mencoba mengusir pemikiran tentang Diaz yang menyukainya. Itu hanya pendapat Fai saja. Belum tentu benar adanya.

"Kau kenapa? Sakit?" Tanya Diaz sambil meletakkan makanan yang dibawanya didepan El.

"Tidak, aku baik-baik saja" Jawab El berusaha tersenyum meski terlihat terpaksa.

"Ayo makan, aku sudah lapar" Kata El lagi.

"Apa tidak masalah makan disini? Apa cari tempat lain?" Tanya Diaz sambil menatap sekelilingnya.

      Mereka memang duduk direrumputan tanpa ada alas diatasnya. Mereka duduk dibawah pohon tempat El bersandar tadi. Tempatnya nyaman dan teduh.

"Apa masalahnya, sudahlah makan disini saja" Jawab Fai yang sudah mengelurkan beberapa makanan yang tadi dibeli Diaz.

       El membantu Fai menata makanan diatas rerumputan itu. Melihat hal itu, Diaz tersenyum. Ini pertama kalinya dia menikmati makanan di tengah rerumputan. Haruskah dia berterima kasih pada Sharga yang sudah memintanya ketempat ini bersama Fai dan El. Ada rasa haru yang dirasanya. Ini pengalaman pertamanya makan bersama El ditempat yang begitu tenang dan damai. Walaupun ada Fai, sepertinya wanita itu cukup peka dengan sekitarnya. Berulang kali wanita itu seolah sengaja membuat El dan Diaz berdekatan.

🌺🌺🌺

      Sekitar 2 jam usai menyantap makanan yang dibeli Diaz, Sharga dan Ahra datang. Tentu saja kejutan yang mereka siapkan berhasil membuat Ahra terharu. Diaz, El dan Fai ikut bahagia melihat pasangan itu berbahagia.

"Aku rasa tugas kita sudah selesai, ayo pulang, jangan ganggu mereka" Kata Fai.

      Tidak ada salah satu diantara Diaz dan El yang menanggapi perkataan Fai. El dan Diaz sama-sama masih memandang kearah Sharga dan Ahra. Fai menghela nafas panjang. Lalu melirik El dan Diaz bergantian.

"Heh, apa kalian sama-sama membayangkan hal serupa akan terjadi dihidup kalian?" Gumam Fai sambil menyilangkan tangannya didepan dada.

      Masih dengan posisi yang sama, Diaz dan El larut dengan fikirannya masing-masing.

"Diaaaaaaaz!!!! Eeeeeeeeeeel! Ayo pulang!!!" Teriak Fai tepat dikedua telinga El dan Diaz. Refleks keduanya menutupi kedua telinga mereka mendengar teriakan Fai.

       Tidak lagi peduli dengan Ahra dan Sharga yang tengah menikmati kebersamaan mereka, Fai dengan cepat menarik tangan El dan membawanya pergi. Diaz juga ikut menyusul dibelakang.

"Kau gila ya? Kenapa berteriak begitu?" Tanya Diaz kesal.

"Iya aku gila, gila karna kalian bersikap aneh" Jawab Fai masih menggerutu sendiri.

"Sudah sudah, tugas kita sudah selesai kan, ayo pulang" Kata El menengahi.

       El mendorong punggung Fai menuju mobilnya yang terparkir tidak jauh dari tempat itu. Sementara Diaz juga segera melangkah menuju mobilnya. Mereka bertiga berpisah setelah berpamitan satu sama lain.

       Hening. Tidak ada yang memulai pembicaraan di mobil yang dikemudikan Fai. El sibuk dengan ponselnya. Sementara Fai fokus dengan jalanan di depannya. Fai menghentikan mobilnya saat lampu merah menyala. El hanya melirik sebentar lalu kembali fokus pada ponselnya.

      Fai masih menunggu lampu merah berganti hijau. Matanya mengawasi setiap orang yang lalu lalang menyeberang didepannya. Hingga matanya menangkap sosok yang dikenalnya. Fai memicingkan matanya untuk memperjelas penglihatannya.

       Matanya tidak salah. Didepan sana berdiri Aro bersama seorang wanita paruh baya. Ada beberapa orang yang terlihat seperti bodyguard disekeliling mereka. Penampilan Aro jelas berbeda dengan penampilan biasanya saat bekerja di restoran milik Fai. Aro tampak gagah dengan jas rapi dan terlihat mahal meski dilihat dari kejauhan.

      Fai tersadar saat suara beberapa kendaraan membunyikan klakson tidak sabaran. Fai segera menjalankan mobilnya. Pikirannya masih dipenuhi rasa penasaran. Apa yang dilakukan Aro bersama wanita paruh baya dan bodyguardnya itu. El yang menyadari sikap Fai yang aneh akhirnya membuka suara.

"Ada apa? Kau memikirkan sesuatu?" Tanya El sambil meletakkan ponselnya didalam tas.

"Hmm... Aku melihat Aro" Jawab Fai berusaha memfokuskan kembali konsentrasinya pada jalanan. Walaupun setengah pikirannya masih tertuju pada Aro.

"Dimana? Kapan?" Tanya El sambil menoleh kekanan dan kekiri mencari keberadaan Aro.

"Huft tadi saat lampu merah, tapi..."

"Tapi kenapa?"

"Dia tidak sendiri, ada wanita paruh baya dan beberapa orang berpenampilan seperti bodyguard bersamanya"

"Owh... Mungkin memang ada hal penting" El tidak begitu mempermasalahkan itu. El memang tidak pernah memikirkan hal yang menurutnya tidak ada sangkut pautnya dengan dirinya. Bisa dikatakan El cari aman.

"Aku rasa kecurigaanku benar tentang pria itu" Gumam Fai.

"Hah? Maksudnya?" Tanya El tidak mengerti.

"Sejak awal dia datang ke restoran, aku sudah berfikir bahwa dia bukan orang biasa, ada sesuatu yang dia sembunyikan" Jawab Fai.

"Ah kau terlalu banyak menonton film detektif, kalau Aro bukan orang biasa, lalu kau fikir dia alien? Ada ada saja" El tertawa terbahak-bahak.

       Fai hanya diam tidak lagi menanggapi tawa kencang El. Fai yakin feelingnya tidak pernah salah. Sama seperti Ahra, Fai juga memiliki Feeling yang kuat tentang suatu hal. Mungkin nanti dia akan menceritakan hal ini pada Ahra. Menceritakan apa yang dirasakannya pada El hanya membuat wanita itu kesal sendiri. Lihat saja, El malah tertawa mendengar perkataannya.

🌺🌺🌺

       Sejak pertemuannya kembali dengan El, Diaz jadi lebih sering mampir ke restoran Fai. Bukan sekedar makan siang atau menemani Sharga menemui Ahra. Tapi berharap bertemu dengan El. Mengobrol dengan wanita itu walau sebentar. Setidaknya itu bisa membuatnya lebih dekat dengan El.

      Seperti hari ini, Diaz datang bersama Sharga. Tapi sayangnya Diaz tidak menemukan sosok El di restoran milik Fai itu.

"Cari El? Hari ini dia tidak datang. Sibuk menyiapkan pernikahan orang" Fai duduk dikursi kosong bersebelahan dengan Ahra.

      Diaz menghela nafas kecewa. Pria itu kembali menikmati minuman yang dipesannya tadi.

"Jadi benar kau menyukai El? Bagaimana bisa? Bukankah kalian tidak saling kenal sebelumnya? Pertemuan pertama juga kau memberikan kesan yang kurang baik, itu yang dikatakan El, mana mungkin tiba-tiba kau mengatakan menyukainya, aneh" Fai bertanya secara beruntun karna terlalu penasaran.

"Tidak aneh" Jawab Diaz sambil membenarkan posisi duduknya menjadi sedikit miring agar bisa berhadapan langsung dengan Fai.

"Apa kau pernah dengar kalimat tidak ada alasan untuk mencintai seseorang, aku rasa itu yang kurasakan saat ini pada El. Aku tidak memiliki alasan apapun untuk menyukai bahkan mencintainya. Yang kutau hanya karna dia adalah El, tidak ada yang lain"

"Bagaimana kau begitu yakin jika yang kau rasakan itu cinta, bagaimana kalau itu hanya rasa suka sesaat?" Tanya Fai seolah tidak percaya dengan yang dikatakan Diaz.

"Hati ini aku yang punya, aku yang bisa merasakannya dan hanya aku yang tau untuk siapa hati ini dan aku tidak pernah salah" Jawab Diaz tegas.

      Fai kagum dengan ketegasan yang ditunjukkan oleh Diaz.

"Tapi..."

"Apalagi sekarang? Sepertinya kau sangat tidak menyukai kedekatanku dengan El?" Diaz mulai kesal karna Fai terus menanyakan hal yang seolah meragukan perasaannya pada El.

"Heh bukan begitu, siapa juga yang tidak suka, aku sangat mendukung siapapun yang mendekati sahabat-sahabatku, tapi dengan tujuan yang baik"

      Diaz masih kesal. Dia hanya memutar kedua matanya malas mendengarkan perkataan Fai. Diaz memilih memainkan sedotan digelasnya.

"Oh ya, jika kau benar mencintainya dengan tulus, itu berarti kau harus menerima semua hal tentangnya, tantang keluarga dan masa lalunya, apa kau bisa menerima itu?"

"Huft Fai, sahabat El yang paling cerewet, apa menurutmu aku adalah pria yang akan pergi begitu saja saat mengetahui masa lalu El?" Diaz menatap mata Fai dengan wajah serius sambil memegang bahu Fai. Wanita itu juga membalas tatapan Diaz. Mencari kebohongan dimata itu. Tapi tidak ada kebohongan sama sekali.

"Siapa yang tau" Kata Fai cuek.

"Apapun yang terjadi dimasa lalu El, aku akan menerimanya, seperti apa keluarganya itu tidak masalah bagiku, karna setiap orang pasti memiliki masa lalu, aku menerima El apa adanya"

      Fai mengangguk seolah mengerti bahwa Diaz benar-benar menyukai El. Fai tersenyum saat dilihatnya El datang bersama Ahra. Niat jahilnyapun muncul. Tepat saat El berada dibelakang Diaz.

"Jadi benar kau menyukai El?"

"Apa kurang jelas tadi aku mengatakannya? Aku menyukai... Ah tidak lebih tepatnya aku mencintai El"

      Diaz tidak menyadari jika saat ini El sudah berdiri dibelakangnya. El tertegun mendengar perkataan Diaz. Begitu juga Sharga yang dari tadi hanya diam karna terlalu fokus dengan ponselnya. Ahra apalagi, dia malah ikut berhenti disamping El.

"Kenapa kau tidak mengatakannya langsung pada orangnya?" Tanya Fai sambil memberi kode dengan dagunya kearah belakang Diaz.

       Dengan gerakan lambat, Diaz perlahan memutar badannya. Melihat siapa yang ada dibalik badannya. Disana, sudah ada El dengan ekspresi yang sungguh sulit diartikan.

"H-hai El" Sapa Diaz salah tingkah.

      El tidak mengatakan apapun beberapa saat. Lalu senyum manisnya terbit. Dengan riang dia melanjutkan langkahnya seolah tidak mendengar apapun.

"Hahahahah apa kalian sudah lama menungguku? Ayo kita makan bersama" El duduk disamping Diaz tanpa mempedulikan wajah Diaz dan yang lain.

"El... Yang kau dengar tadi..."

"Owh... Iya aku tau kau menyukaiku, terima kasih karna tidak lagi menganggapku musuhmu heheheh" Ucap El memotong perkataan Diaz sambil menepuk punggung Diaz.

"Ayo kita makan, ini hampir lewat jam makan siang" Seru El sambil menikmati makanan yang tersedia dimeja yang memang sudah dipesan Sharga sejak tadi.

      Diaz dan yang lain hanya menurut dan tidak bisa berkata-kata. Sepertinya El tidak paham jika yang dikatakan Diaz tadi memanglah isi hati Diaz yang sebenarnya. Atau wanita itu sangat paham namun berusaha untuk tidak terlalu cepat jatuh untuk kedua kalinya. Ingat, El masih belum siap untuk menjalin sebuah hubungan dengan pria yang baru dikenalnya. El belum siap jika harus patah hati untuk kedua kalinya.

🌺🌺🌺

Jangan lupa vote and komentnya ya... 😘😘

Continue Reading

You'll Also Like

833K 31.2K 34
[KAWASAN BUCIN TINGKAT TINGGI 🚫] "Lo cuma milik gue." Reagan Kanziro Adler seorang ketua dari komplotan geng besar yang menjunjung tinggi kekuasaan...
My sekretaris (21+) By L

General Fiction

321K 3.2K 22
Penghibur untuk boss sendiri! _ Sheerin Gabriella Gavin Mahendra
8.4M 519K 33
"Tidur sama gue, dengan itu gue percaya lo beneran suka sama gue." Jeyra tidak menyangka jika rasa cintanya pada pria yang ia sukai diam-diam membuat...
15.5M 875K 28
- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru ju...