The Village : Secrets Of Past...

By DellaNopyta

9.5K 2.1K 9.8K

Amazing cover by @hayylaaa Kehidupan masa lalu masih belumlah berakhir. Malah kini menghampiri dalam wujud mi... More

Opening
Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51
Chapter 52
Chapter 53
Chapter 54
Chapter 55
Chapter 56
Chapter 57
Chapter 58
Chapter 59
Chapter 60
Chapter 61
Chapter 62
Chapter 63
Chapter 64
Chapter 65
Chapter 66
Chapter 67
Chapter 68
Chapter 69
Epilog

Chapter 28

69 21 117
By DellaNopyta

"Terlalu kejam menjadikan nyawa sebagai bayaran tinggal di sini." Xia Chia menyudahi sesi tertunduknya, memerhatikan setiap orang dalam rumah ini termasuk pula Yue Ming, kekasihnya. "Terus saja aku menyangkal selama ini, membohongi diri sendiri. Pada akhirnya ... tak lagi bisa disangkali."

Benar, bukti telah ada di depan mata. Kwan Mei dan Tang Yuan sendiri adalah korban yang telah melalui semua hal itu. Lantas bagaimana bisa lagi menyangkali, bukan? Pun tak mengherankan jikalau Xia Chia dan Yue Ming selama ini taklah menikah, taklah pula memiliki anak. Hanya karena semata mereka khawatir dan telah tahu, tapi belum memiliki bukti pastinya. Oleh karena itu, menahan lebih baik ketimbang mengalami pahitnya kehilangan buah hati.

Tiap bulan, satu nyawa. Topik anak-anak pun tabu diperbincangkan. Bagi warga baru yang bergabung, tak tahu-menahu akan segelap apa desa ini pada akhirnya akan menganggap desa ini tempat kedua untuk memulai kembali hidup, membina keluarga dan menjalani hari-hari dengan penuh senyuman. Pun akhirnya apa, kehadiran anak hanya dipergunakan sebagai santapan makhluk penghuni Hutan Malam Abadi. Membayangkannya saja sudahlah cukup menyesakkan, apa jadinya jikalau dialami sendiri? Kala Yue Ming mulai melampiaskan kekesalan, memukul keras meja kayu yang hampir saja memadamkan api lilin. "Ini ... sungguh tidak lagi bisa diteruskan. Apa yang akan kalian lakukan sekarang?"

"Purnama adalah saat di mana kekuatan dari perisai pelindung area hutan terlarang melemah, karena itu ... aku menyimpulkan bahwa makhluk dalam gua itu mungkin saja juga melemah, butuh jiwa murni untuk memulihkan kekuataannya." Namun, Ji Yu tak paham. Jikalau memang seperti yang dikatakan Tang Yuan, lantas kenapa perisai yang mengelilingi seluruh area desa tidak ikut melemah? "Mungkin, ada hubungannya dengan penjaga desa, tentu ini hanya tebakanku saja," timpal Kwan Mei.

"Kenapa berpikir seperti itu?" sela Hui Yan, tidak mungkin tebakan itu ada jikalau tidak ada hal yang dicurigai atau diketahui sebelumnya, bukan? Dan Hui Yan terus mendesak untuk diberitahukan, lagian semua sudah seperti ini. Lantas, buat apa menutup-nutupi apalagi enggan mengatakan, bukan? Kala Xia Chia sendiri mendukung.

Akan tetapi, Kwan Mei malah melemparkan pandangan pada suaminya, Tang Yuan. Semacam meminta pria ini saja yang menerangkan, ataukah barangkali tebakan yang Kwan Mei utarakan tadi memanglah datang dari Tang Yuan?

"Penjaga desa memiliki tanda berupa kuncup bunga merah pada masing-masing tengkuk leher mereka. Tiap kali purnama, kuncup tersebut akan mekar, membentuk bunga dengan lima mahkota. Yang mana efek dari mekaran tersebut akan sangat menyakitkan, semacam api sedang menggerogoti tubuh bahkan hingga ke tulang-tulang. Setelahnya, sejumlah besar energi tubuh terkuras. Sementara perisai yang mengurung desa akan kian menguat."

Selain Kwan Mei, seluruh pasang mata berfokus pada Tang Yuan. Bertanya-tanya, bagaimana bisa pria ini tahu begitu jelas seakan ia sendiri yang merasakan pengalaman tersebut? Apa mungkin Tang Yuan pernah menyaksikan langsung? Karena tidak mungkin penjaga desa yang memberitahukan. Kecuali ... kecuali ... tidak mungkin, bukan?

"Benar ... aku salah satu dari penjaga desa," ucapnya kemudian, seraya menjatuhkan pandangan pada sepasang kekasih pemilik rumah ini, Ji Yu dan Hui Yan. "Itu aku, yang menghadang dua penjaga desa di malam kalian membuntuti dengan cerobohnya," lanjutnya, tak mengherankan kenapa ada ada satu penjaga desa yang begitulah bermurah hati melindungi, rupanya karena alasan ini. Pun Hui Yan dan Ji Yu tak bisa berucap apa-apa lagi, malu juga tak menyangka. Namun, setidaknya sekarang menjadi jelas. "Posisi ini, aku pun tak tahu bagaimana dan kenapa aku orangnya. Hanya, aku menebak kalau penjaga desa haruslah terdiri dari lima orang, mungkin saja aku pengganti dari yang sebelumnya."

"Kau tidak ingat, bagaimana kejadiannya?" tanya Ji Yu, karena tidak mungkin tidak ada semacam peresmian atau apalah itu yang setara dengan hal tersebut. Atau setidaknya barangkali, alasan yang mendasari kenapa harus Tang Yuan bukannya orang lain. Sungguhkah tidak ada hal-hal demikian?

"Malam itu, tak lama setelah kehilangan buah hati kami. Tidak ada alasan untuk kami tetap tinggal di sini, pada akhirnya kabur menjadi pilihan," ucap Kwan Mei, melirih. "Waktu itu, kami tidaklah tahu mengenai perisai pengurung yang terpasang di desa ini. Oleh karenanya, kami pun tertangkap dan dibuat tak sadarkan diri. Ketika bangun ... tahu-tahu kami telah berada di rumah seolah semua proses melarikan diri itu hanyalah sebuah mimpi. Pun Tang Yuan, telah memperoleh tanda kuncup bunga itu."

Lagi dan lagi, teka-teki buntu. Keterdiaman kembali memenuhi rumah, kali ini tak tahu akan berapa lama kala masing-masing dari mereka tenggelam dalam pikiran yang entah apa itu. Namun, berbeda dengan Hui Yan. Ia malah bergumam, meskipun begitu kecil gumamannya, tapi cukuplah terdengar jelas setidaknya oleh Ji Yu yang duduk di sebelahnya. Dan hal itu membangkitkan kembali ingatan Ji Yu ke masa di mana mereka dulu melompati jurang abadi. "Saat aku dan Hui Yan melompat dari jurang ... itu juga saat malam purnama. Menurut kalian, apa purnama itu ada hubungannya kenapa kami datang ke desa ini?"

"Tunggu!" sergah Yue Ming, wajah memucat pun pandangan dilekatkan pada Ji Yu. "Kurasa aku juga mengalami hal yang sama denganmu, purnama."

Lantas bagaimana dengan Xia Chia sendiri, apa mungkin ia tidak mengalami hal ini? Bahkan Yue Ming sendiri tampak tidaklah tahu, menjadikan Hui Yan dengan beraninya memanggil Xia Chia, menyadarkan wanita ini dari lamunan. Alhasil, anggukan diberikan Xia Chia. "Aku sangat ingat saat-saat diriku melompat kala itu, pemandangannya sangatlah indah dan menyejukkan ... bulan bersinar terang, terasa melompat pun tidak akan menyesal."

Yang mana hanya Kwan Mei dan Tang Yuan saja yang tak terkejut, tak mengherankan mereka berempat mulai menanti penjelasan lebih jauh lagi pada pasangan suami-istri ini. Meskipun sebenarnya jawaban itu sendiri telah ada dalam pikiran, tetap saja mereka ingin jawaban pastinya akan seperti apa. Siapa yang tahu, jikalau semua hanya kebetulan belaka, bukan? Biar kata kebetulan itu sebenarnya hal mustahil ada di dunia ini.

"Apa yang ada di kepala kalian saat ini ... adalah benar," ucap Kwan Mei singkat, tapi singkat yang berefek kuat bagi mereka yang mendengar. Biar kata sudah menduga dari awal. Lucu, bukan? "Jika tidak melompati jurang saat malam purnama, sudah dipastikan kita semua tewas bukannya terkurung di sini," tambah Tang Yuan.

"Setelah melompat, saat tubuh kalian terjatuh ... saat itu, saat itu apa mungkin kalian melihat sesuatu yang janggal? Seperti ... seperti ...."

"Seperti bayangan hitam bermata merah menerobos tubuh? Setelahnya kehilangan kesadaran. Apa itu maksudmu, Hui Yan?" potong Kwan Mei, dan dijawab dengan sebuah anggukan oleh Hui Yan sendiri. "Benar, apa yang kau alami dan saksikan sewaktu di jurang abadi adalah apa yang kita semua alami pula. Percayalah, semua warga desa ini pun mengalaminya."

Kali ini, sungguhlah bukan main terkejutnya. Bahkan tanpa embusan angin malam saja, rambut-rambut halus di sekujur tubuh sukses berdiri ketakutan. Belum lagi, tak ada siapa pun yang bersedia memecahkan kesunyian. Semacam waktu telah berhenti, atau alangkah lebih baiknya jikalau memang berhenti saja barangkali.

"Berhentilah menjadi lemah dan terlarut dalam pikiran. Sekarang, kita harus memikirkan cara untuk terbebas dari desa ini. Namun, penjaga desa itu tidak bisa dianggap remeh. Diriku saja mereka belumlah bisa terima, apalagi menganggapku bagian dari mereka, selalu mengucilkanku dalam segala hal penting."

Akan tetapi, apa ini? Apa yang terjadi pada Tang Yuan? Baru saja ia begitulah yakin dan tegas akan ucapan, lantas kini ia seketika membangunkan diri dari duduk sembari telinga berkedut-kedut, sepasang netra membulat bahkan dengan cepat pula mematikan lilin yang merupakan satu-satunya sumber penerangan dalam rumah ini. Dalam diam, Tang Yuan juga memberi syarat untuk semuanya tak bersuara.

Beberapa detik awal, tidak ada apa pun yang terjadi. Bahkan saat semenit berlalu, masih tidak terjadi apa pun. Namun, detik berikutnya, mata setiap orang yang diam mulai bergetar, mengarah ke arah pintu dan jendela rumah yang tertutup. Entah kenapa, deruan angin terdengar tak biasa, suara gemeresak pepohonan dari berbagai arah terdengar seakan sedang ribut akan suatu hal. Memunculkan pula kabut tebal, beringsak masuk melalui celah-celah jendela ataupun pintu, tampak pula kabut menyelimuti setiap tubuh dari masing-masing mereka, kecuali Tang Yuan sendiri.

Namun, hal itu tak berlangsung lama, kabut kembali tertarik keluar semacam dimintai demikian. Bahkan angin tak lagi ribut. Justru yang tertangkap pendengaran adalah langkahan demi langkahan kaki, mungkin dari dua orang? Dan seharusnya tak perlu lagi mempertanyakan siapa orang tersebut, bukan? Kala hari telah lewat tengah malam begini. Dirasa aman, Tang Yuan pun hendak menyalakan lilin kembali. Akan tetapi, sejadinya Xia Chia menghentikan, biar kata Tang Yuan tidak memedulikan hentian tersebut.

Mungkinkah, sebagai bagian dari penjaga desa, Tang Yuan memiliki semacam kemampuan dalam menangkap suatu jenis sinyal? Semacam, kapan penjaga desa datang ataupun pergi? Entahlah, karena hal itu tidaklah terlalu penting untuk dibahas. Apa yang penting adalah apa yang ditanyakan Ji Yu saat ini, mengenai ... kabut aneh apa tadi yang menyusup masuk pun menyelimuti sekujur tubuh masing-masing dari mereka semua, tentu harus mengecualikan Tang Yuan.

"Pemeriksaan rutin, mencari tahu adakah bibit anggota baru yang akan menghuni desa ini, singkatnya kehamilan. Sekaligus memutuskan siapa yang akan menjadi korban di purnama yang akan tiba dalam beberapa hari lagi," jelas singkat Tang Yuan. Mendudukkan diri kembali, bersebelahan dengan istrinya, Kwan Mei, sembari mendengarkan pertanyaan Hui Yan terkait apa yang menjadi tandanya jikalau seseorang telah terpilih. Pun Kwan Mei-lah yang menjawab, "kabut akan menyesap dalam tubuh kita, tidak keluar seperti yang kalian saksikan tadi. Jika wanita sedang hamil, maka perut akan menjadi tempat bernaungnya."

"Kalian jangan khawatir, selama penjaga desa tidak tahu kalian telah mengetahui rahasia kelam tempat terkutuk ini, setidaknya kalian akan lebih aman. Dengan kata lain, orang yang berpotensi membocorkan rahasia akan lebih diutamakan untuk ditumbalkan terlebih dahulu, karena itu ... berhati-hatilah," beritahu Tang Yuan.

Hanya saja, pertanyaan yang diutarakan Yue Ming setelahnya sukses menjadikan Tang Yuan bergeming. Semacam ... lidah telah keluh, tidak tahu pula apakah karena topik pertanyaan yang diangkat adalah hal sensitif ataukah memang Tang Yuan sendiri tidak ingin menjawab dikarenakan tak enak hati pada istrinya, Kwan Mei, yang kini menjadi perhatian Tang Yuan sendiri.

"Semua orang yakin Tuan Meng hanyalah pria tua gila, tidak ada yang melihatnya sebagai ancaman. Jadi ... tidak tahu pasti apa alasan kematiannya, mungkin ...." Kwan Mei menggantungkan ucapan, tak bisa dipungkiri pula hadirnya kesedihan dari balik binar sepasang netra yang berair tersebut. "Memang benar karena hanya sakit," lanjutnya, berusaha menyunggingkan senyuman dari balik wajah putih memucatnya itu. Namun, siapa pula yang tak tahu maksud dari senyuman itu hanyalah berupa senyuman palsu untuk menutupi kesedihan saja. Kala di mana tidak ada yang menyangkal kemungkinan yang diucapkan Kwan Mei.

Akan tetapi, berbeda dengan Ji Yu sendiri, alih-alih percaya, pria yang pernah menjadi pelayan rumah Hui Yan dulunya ini malah menjatuhkan pandangan pada Tang Yuan. Yang mana Tang Yuan sendiri tak sadar telah menjadi bahan perhatian, bahkan ketika Yue Ming ikut serta di dalamnya. Pun di antara dua pria pemerhati ini, tidak ada yang berani membuka suara lagi. Hingga rumah kini tak lagi terlihat keberadaan siapa pun, kecuali pemilik rumah, Hui Yan dan Ji Yu.

Tak banyak hal yang sepasang kekasih ini bicarakan, Ji Yu pun tak juga berinisiatif memulai. Mungkin, diam memang pilihan terbaik setidaknya untuk saat ini. Yang mana Hui Yan sendiri terus saja membasuh wajahnya secara sembarangan, cucuran air dari dagu pun terus saja menetes. Bahkan jikalau ada air mata sekalipun, Ji Yu pasti akan tahu. Kala pria ini mulai menyeka lembut keseluruhan wajah wanitanya ini dengan sepotong kain. "Kita harus istirahat, beberapa jam lagi hari akan segera terang."

Alih-alih menuruti, Hui Yan menghentikan usapan pria ini. "Apa menurutmu kita benar bisa bebas dari sini ...? Tanpa terluka."

Butuh waktu beberapa saat bagi Ji Yu berpikir, lagian bagaimana bisa ia tahu apa yang akan terjadi. Jikalau membenarkan pertanyaan, bukankah itu artinya berbohong? Yang mana Ji Yu tidak ingin ada kebohongan barang sekecil apa pun dalam hubungan yang susah-susah didapatkan dan dibangunkannya ini. Oleh karena itu, dengan berani Ji Yu lekat memandang sepasang netra penuh harap cemas wanitanya ini. "Aku memang tidak bisa menjamin hal itu sepenuhnya, tapi ... aku akan berusaha melindungimu semampuku. Jika kau tersakiti, aku akan mengurangi sakitnya meskipun hanya sedikit saja."

Mendengar hal demikian tulusnya, siapa yang tidak akan meluruhkan sejumlah air mata, bukan? Meskipun dengan keras Hui Yan tak ingin, tetap saja tak mampu menahan. "Jika hari itu memang datang ... kumohon utamakan dirimu sendiri sebelum diriku, Ji Yu. Apa kau mengerti?"

"Mari tidur, kau pasti lelah."

"Kenapa tidak menjawab?"

"Aku tidak akan menyetujui apa pun jika aku tidak bisa melakukannya, Hui Yan. Jika kau ingin mendengarku berbohong, baik ...! Akan kulakukan."

Amarah ... hal yang jelas sekali tertangkap oleh Hui Yan. Hanya saja, haruskah diam atau bahkan senang mendengar penuturan Ji Yu yang sangatlah setia ini? Membayangkan pria ini terluka dikarenakan dirinya sendiri saja sudahlah sangat menyakitkan, lantas bagaimana jika hari itu sungguhlah terjadi? Masih bisakah akal ini berpikir jernih? Itu nyawa yang dibicarakan, bukan harta atau apa pun.

Namun, begitu mendapati pria ini meluruhkan sejumlah air mata, niatan bersikeras Hui Yan untuk memaksa pun sontak runtuh. Sadar betul keengganan yang pria ini rasakan sangatlah besar, kala Ji Yu mulai memberikan pelukan sembari memohon untuk tidak memaksanya berucap sesuatu yang tidak ingin diucapkan. Menyiksa, itulah kata yang Ji Yu ucapkan setelahnya. Pun Hui Yan membalas pelukan, tak lagi mampu berucap apa pun selain ikut tenggelam dalam tangisan.

"Hubungan kalian sungguh akan membuat iri siapa pun yang melihat, kukira jenis hubungan sesetia dan sedalam ini hanya ada dalam cerita-cerita fiksi saja. Ternyata ... tidaklah demikian. He Ting ... bagaimana menurutmu?"

Continue Reading

You'll Also Like

1.8K 402 30
Berawal dari aku yang menemukan tempat misterius di dalam rumah baru karena mendengar suara-suara indah, membawaku menuju dunia peri yang mengerikan...
103K 8.5K 47
Dena, seorang gadis lugu yang berparas cantik dapat memikat hati seorang Kim Taehyung dan tanpa sadar telah membuatnya menjadi ter'obsesi padanya. ap...
273K 32.1K 48
VERSI LENGKAP BISA DIBELI DI GOOGLE BOOK/PLAY Lan Hua, seorang putri dari Kerajaan Yuan Ming terkenal karena kebodohannya. Namun, tidak banyak yang t...
143K 6.4K 67
Dua perempuan yang menyukai satu laki-laki yang sama, Ayana dan juga Ella. Mereka bersahabat, namun persahabatan itu tidak berlangsung lama setelah m...