A or A [New Version]

By fairytls

1.4M 137K 2.6K

[PRIVAT, FOLLOW UNTUK BACA LENGKAP] Aku menemukan kehidupan baru setelah mengalami kecelakaan yang tidak pern... More

P R O L O G U E
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
New Story

Chapter 12

33.8K 4.6K 29
By fairytls

Di sebuah ruang keluarga yang luas, aku duduk di atas sofa, memangku satu toples popcorn asin sambil menonton tayangan televisi.

Sejujurnya aku sedikit tidak fokus melihat film horor pada televisi. Bagaimana tidak? Sepasang mata yang tengah duduk di sampingku menatap ke arahku sedari tadi, tatapannya terlihat dalam, aku tidak mengerti arti dari tatapan tersebut.

"Ngapain sih ngeliatin gue dari tadi, mau gue colok mata lo!" Aku mendelik sinin pada Sean.

"Mau minta ganti uang bakso di sekolah tadi?" lanjutku.

Sean menggeleng, tatapanya tak lepas dariku. "Semakin hari sikap lo semakin berubah, nggak kayak biasanya."

Suara Sean menyapa indra pendengaranku, membuatku berdecak kesal. "Ya beda lah, orang gue bukan Adek lo." Aku berharap Sean cepat pergi dari ruang keluarga. Apa dia tidak sadar jika aku tidak menginginkan kehadirannya di sini? Mengganggu waktu menontonku saja.

"Maksud lo?"

"Lupain." Aku berucap malas sambil memasukkan dua popcorn ke dalam mulut. "Ngapain masih di sini? Ganti baju sana."

"Lo sadar nggak? Lo juga masih pake seragam. Ayo ganti baju, gue anter," ucapnya.

Lihatlah, Sean tidak kehabisan ide untuk menggangguku! Ini melelahkan.

Aku meliriknya sekilas, kemudian kembali menatap ke arah televisi berukuran 60 inch. "Nganter gue ke mana?" tanyaku.

"Kamar gue."

"Ngapain ke kamar lo."

"Nemenin gue ganti baju."

Aku menaruh toples popcorn ke atas meja, lalu mengulum bibirku sejemang sebelum berkata dengan gamblang. "Nggak mau."

"Harus mau!" Sean membawa tubuhku masuk ke dalam gendongannya, sontak aku melingkarkan kedua kaki ke pinggang Sean serta memeluk erat leher Sean.

"Turunin gue!" Aku menepuk kuat bahu kokoh Sean.

"Diam. Nanti diturunin kalau udah sampai kamar." Sean mulai melangkah, naik ke atas anak tangga satu persatu.

Pintu kamar Sean telah terbuka. Ia menurunkanku dari gendongnya. "Duduk di sana, gue mau ganti baju," katanya sambil menunjuk ke arah kursi.

Aku mengangguk dan berjalan ke arah kursi yang ditunjuk oleh Sean, lalu duduk di kursinya. Aku melihat Sean yang tengah memunggungiku, tak lama ia melepas seragam sekolah dari tubuhnya. Tatapanku tepatri pada tubuhnya, Sean terlihat seksi dan menggoda.

Sejurus kemudian, Sean masuk ke dalam walk in closet. "Jangan lama, gue mau balik ke kamar gue," ucapku dengan suara yang cukup keras, nyaris berteriak.

Tak sampai sepuluh menit, Sean keluar dari walk in closet. Sean memang tampan sehingga apapun yang dipakai laki-laki itu terlihat menawan.

"Berdiri," pinta Sean dengan suara yang lembut. Aku menurut, lalu berdiri dan hendak berjalan keluar dari kamar Sean, tetapi Sean lebih dulu menarik tubuhku. Dengan kurang ajarnya, ia mengangkat tubuhku dan mendudukannya di atas meja.

Sedikit tersentak, aku berusaha bersikap sesantai mungkin. "Nggak sopan!" ucapku sambil memberi tatapan tak suka.

Sean tertawa geli. "Hari ini gue mau ngajak lo jalan."

"Tumben?" heranku.

"Gue minta maaf atas semua perlakuan kasar gue selama ini, mulai sekarang gue mau jadi Kakak yang baik buat lo."

Aku berpikir sejemang. "Okay, dimaafin." Aku mendorong pelan dada Sean, kemudian turun dari atas meja. "Lo mau ngajak gue jalan, kan? Gue mau ganti baju dulu."

Selesai berganti baju, aku menghampiri Sean di ruang tamu. "Ayo jalan."

Sean berdiri dari duduknya, kemudian kami keluar dari rumah. Sampai di luar, rasanya aku ingin mengumpat melihat empat motor sport berhenti di halaman rumah.

Aku menatap malas pada gadis yang tengah duduk di atas motor sambil memeluk erat pinggang orang di depannya. Mereka semua turun dari motor masing-masing, lalu melangkah ke depan ku dan Sean.

"Ngapain lo semua ke sini? Perasaan kita nggak ada janji main bareng hari ini," ucap Sean mengawali pembicaraan.

"Emang nggak ada, anggap aja main bareng dadakan," sosor Rey.

"Lo nggak ada acara, kan? Jadi boleh dong kita main di rumah lo," timpal Dion.

"Gue mau jalan sama Adek gue," pungkas Sean.

"Nggak biasanya lo mau jalan sama Leta?" Kali ini Liam yang membuka suara.

"Oh, Kak Sean mau jalan sama Leta, ya? Yaudah kalau gitu, kami pulang aja." Suara itu terdengar mendayu, tentu saja aku tahu siapa pemilik suara itu meskipun tanpa melihat orangnya.

"Bagus deh, kalau tahu diri."

"Maksud lo apa ngomong kayak gitu?" Gara berkata ketus, mungkin ia tidak terima dengan perkataanku.

"Kalian nggak punya tata krama? Datang bertamu ke rumah orang tanpa diundang atau ngabarin dulu."

"Leta jangan ngomong kayak gitu sama orang yang lebih tua, itu nggak sopan," lontar Karin.

Aku mendelik tak suka. Sok baik banget sih, batinku geram.

Aku melilit kedua tangan pada lengan Sean. "Bang, ayo jalan," rengekku seraya menatap wajah Sean.

"Iya, ayo," balas Sean tersenyum manis. "Sorry guys, gue pergi dulu." Sean pamit kepada teman-temannya.

***

Berkendara bersama Sean kurang dari 30 menit, motor Sean telah berhenti di parkiran toko buku. Aku turun, membuka helm dan memberikannya kepada Sean.

"Ngapain kita ke toko buku?" tanyaku. Namun setelah beberapa detik aku sadar bahwa itu pertanyaan terbodoh.

"Beli buku."

Sean menggandeng tanganku, kami masuk ke dalam toko buku. Kemudian memasuki lorong yang berisi ratusan buku tersusun rapi di atas rak.

Sean melepaskan tautan tangan kami, ia meraih buku bersampul putih dengan hiasan angka serta rumus.

"Habis ini kita ke mall, ya. Gue mau belanja, tapi lo yang bayarin."

"Iya."

"Lo udah punya pacar belum?" tanyaku asal sambil menilik novel yang tersusun di rak.

"Belum." Sean menjawab setelah terdiam beberapa detik.

"Em, tapi ada kan orang yang lo suka?"

"Iya."

Mendengar jawaban Sean yang singkat, aku tak lagi bertanya. Aku yang tidak terlalu suka membaca buku, jadinya bingung dan bosan. Hanya bisa melihat orang yang sedang pilih-pilih buku.

Bosan melihat orang berlalu lalang memilih buku, aku kembali membawa pandangan ke arah Sean. Menatap Sean yang terlihat tenang membaca buku, entah mengapa membuat perasaan tidak nyaman di dadaku bergejolak.

Dari toko buku kami langsung menuju mall. Aku menarik tangan Sean masuk ke dalam store yang cukup terkenal. Begitu masuk, seorang pelayan wanita menghampiri kami. Ia tersenyum ramah. "Ada yang bisa kami bantu, Nona?"

Membalas senyumnya, aku menjawab. "Aku mau mencoba dress dengan warna netral, apa kamu punya rekomendasi?"

"Tentu, Nona. Sebelah sini." Ia mengajakku untuk mengikuti langkahnya.

Aku dan Sean mengekori pelayan wanita itu menuju sisi lain dari store. Di saat yang bersamaan, Sean menyikut lenganku, membuat aku memperlambat langkah.

"Jangan banyak-banyak," peringat Sean.

"Kenapa? Lo nggak sanggup bayar?"

"Kita naik motor, nanti lo kesusahan bawanya."

Mengabaikan perkataan Sean, aku mempercepat langkah menghampiri pelayan tadi yang sudah berdiri di dekat sebuah dress.

"Dress simple dan elegant ini saya rasa cocok untuk, Nona."

"Apa ada warna lain?" Aku bertanya lantaran merasa kurang cocok dengan warna putih yang ditawarkan.

"Tentu ada. Kami punya banyak dress dengan warna netral. Mungkin Nona mau mencoba yang warna hitam."

"Oke, boleh," ucapku.

"Baik. Tunggu sebentar, Nona."

Pelayan itu pergi. Manikku mengabsen dress yang terpajang dengan model yang beragam. Sulit memilih karena dress yang ada di sini tidak ada yang tidak bagus. Semuanya menarik.

Tak lama pelayan itu kembali sambil membawa dress ditangannya. "Silakan di coba, Nona. Ruang ganti sebelah sana."

Aku mengulas senyum lalu berjalan menuju ruang ganti. Kini dress hitam selutut melekat pada tubuhku. Terasa pas, tidak kebesaran ataupun kekecilan. Aku langsung mendekati Sean yang sedang duduk di sofa panjang.

"Gimana, bagus nggak?" tanyaku, meminta pendapat Sean tentang dress yang aku pakai.

"Cantik."

Continue Reading

You'll Also Like

1.5M 168K 47
[BUKAN NOVEL TERJEMAH] Rubyaala, gadis manis lulusan sarjana gizi harus meninggal di usia muda, tepat di saat umur dua puluh satu tahun. "Mungkin kar...
6.9M 768K 61
{🍓𝗞𝗮𝗿𝘆𝗮 𝗔𝘀𝗹𝗶 𝗧𝗮𝗵𝗮𝗿𝗮 𝗗𝗲𝗹𝗶𝘃𝗶𝗮 🍓} 📌SUDAH DITERBITKAN 🍓𝑓𝑜𝑙𝑙𝑜𝑤 𝑎𝑘𝑢𝑛 𝑎𝑢𝑡ℎ𝑜𝑟 𝑑𝑢𝑙𝑢 𝑦𝑢𝑘, 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑚𝑎𝑡 𝑚𝑒�...
1.3M 158K 51
MULAI REVISI PELAN-PELAN ************* Alicia menyukai semua bacaan fiksi. Mulai dari novel sampai komik. Menyukai semua genre mulai dari horror samp...
26.1K 522 58
Sebenernya ini resep-resep masakan yang pernah aku buat dan aku sharing disini, semoga bisa menjadi referensi cara memasak apalagi untuk pemula-pemul...