The Tease

By FlaraDeviana

1.2M 246K 16.9K

Rukma Asmarani bermimpi menemukan seorang lelaki yang baik, melahirkan anak, lalu jadi keluarga paling bahagi... More

1.1
1.2
2.1
2.2
3.1
3.2
4.1
4.2
5.1
5.2
6.1
6.2
7.1
7.2
8.1
8.2
9.1
9.2
10.2
11.1
11.2
12.1
12.2
13.1
13.2
14.1
14.2
15.1
15.2
16.1
16.2
17.1
17.2
18.1
18.2
19.1
19.2
20.1
20.2
21.1
21.2
22.1
22.2
23.1
23.2
24.1
24.2
Open PO The Tease

10.1

29.9K 6.2K 254
By FlaraDeviana

*

Selamat membaca

*

*

Jangan lupa taburan bintang dan komennya, gaes!

*

*


SEPULUH MENIT Rukma memberi waktu Ghina beramah-tamah bersama Tita dan juga Steven, lalu menarik paksa sahabatnya itu keluar dari ruang tengah. Sempat ada penahanan sedikit dari Tita yang memang sudah Tiga bulan tidak bertemu Ghina secara langsung, tetapi mainan baru yang dipamerkan Alfa berhasil menghentikan rengekan dan menarik minat Tita. Sementara Steven, awalnya lelaki itu mengawasi pergerakan Rukma dan Ghina. Seolah, ketakutan Rukma bakal mengadukan sesuatu atau membicarakan yang mungkin memburukkan citra di depan Ghina. Namun, spontan berhenti dan ikut membantu Alfa mengalihkan perhatian Tita, ketika Rukma melemparkan lirikan sengit.

Lagi pula, apa yang mau diadukan ke Ghina? Ciuman panas mereka, yang diteruskan obrolan tentang jadi teman saja? Sinting!

"Kenapa dadakan?" todong Rukma, sambil menutu pintu kamar.

Ghina sempat membuka bibir sedikit, lalu berbalik dan mengamati susunan baju yang disiapkan tetapi belum dimasukkan Rukma. Ghina Mengajak Tita pergi bukan hal baru, hanya saja kali ini terlalu tiba-tiba—terasa dibuat-buat. Seperti sudah direncanakan?

Rukma mengernyit.

Apa Steven menceritakan apa yang terjadi? Berapa persen kemungkinan itu terjadi? Dengan langkah lebar, Rukma berdiri di samping Ghina dan memperhatikan wajah tanpa make up perempuan itu.

Satu kerkurangan dari banyaknya kelebihan Ghina adalah tidak bisa menyembunyikan apa pun. Apa yang Ghina rasakan, pikirkan, selalu tergambar jelas di wajah. Lucu sebenarnya, kalau Rukma ingat betapa seringnya Ghina mengeluh tentang Alfa yang selalu berhasil menebak cepat isi pikiran Ghina. Tidak perlu jadi Alfa, Rukma juga bisa. Hanya saja, di saat-saat tertentu dia malas menunjukkan ketahuannya. Namun, hari ini ... dia sengaja memperlihatkan bahwa dia tahu di otak Ghina ada papan rencana yang dipenuhi ide-ide tak masuk akal, yang mungkin berhubungan erat dengan Steven.

"Na ...."

Seolah ingin berputar-putar lebih lama lagi, Ghina sengaja menghitung baju yang menumpuk di pinggir ranjang, dan berkata, "Tita udah benaran lepas pampers, kecuali malam? Baiklah. Nggak perlu lo bawain, gue beli aja nanti."

"Mama Ghina!" Rukma menarik kedua tangan Ghina, memaksa sahabatnya itu mempertemukan pandangan mereka. "Jangan terus-terusan muter di jalan alternatif, gue lebih suka lewat jalan gede."

Ghina tersenyum simpul, dan Rukma tersadar kemungkinan besar Ghina sudah tahu apa yang terjadi di rumah ini. Selama beberapa saat, keduanya saling pandang lalu kompak duduk bersama di pinggir ranjang.

"Kenapa tiba-tiba?" Enggan diajak Ghina berputar-putar lagi kalau langsung diarahkan ke topik utama, Rukma memilih mengulang pertanyaan. "Jangan jawab biasanya dadakan. Gue akuin lo memang sering tiba-tiba, tapi lo selalu ngabarin dua atau tiga hari sebelumnya ... nggak pernah kayak gini. Semalam sebelumnya."

"Gue kan udah kasih tahu di WhatsApp. Pengajuan cuti Alfa baru diterima, rencana liburannya juga dadakan." Ghina terlihat sengaja memasang ekpresi polos. Seakan-akan tidak mengerti alasan kecurigaan Rukma, tetapi mata perempuan itu gagal total. Dari sorot mata Ghina, Rukma menemukan keraguan sekaligus keyakinan di saat yang sama. Rukma memicing—menepis lebih banyak ide tidak masuk akal, dan Ghina melanjutkan dongeng. "Alfa juga ngabarin gue lewat Maghrib, terus gue disuruh pilih mau ke mana. Karena gue ingat udah lama banget janji ke Tita mau ajak main dia di pantai, ya, gue pilih Bali."

Rukma duduk lebih tegak, seraya mengangkat lebih tinggi kedua alisnya. Untuk beberapa detik yang berjalan sangat lambat, Ghina mempertahankan sadiwara buruk itu. Kemudian, menghela napas tanda menyerah. Ghina membisikkan permintaan maaf, dan napas Rukma tersekat.

Sejauh apa Ghina tahu kejadian di rumah ini? Apa Steven memang mendekatinya karena suruhan Ghina? Masuk akal! Bisa saja ketertarikan Steven disengaja, karena dari itu Steven menawarkan hubungan kasual. Kalau bukan Ghina menangkup dan mengurai paksa jemari kanannya, Rukma tidak bakal sadar sudah membentuk kepalan erat sampai telapak tangannya memerah.

"Kemarin sore gue sempat teleponan sama Steven. Awalnya ngomongin kerjaan, terus dia tiba-tiba tanya tentang lo—" Kalimat Ghina berhenti, dan Rukma berharap pembicaraan ini dihentikan saja. "Dia tanya semua tentang lo. Rukma bagaimana, apa yang membuat Rukma nyaman, sampai tentang Tita."

Lelah menghindari tatapan Ghina, Rukma akhirnya menunduk. Dia mencoba menyusun berbagai kata pengelakan, tetapi Ghina kembali bersuara.

"Gue minta dia cari informasi tentang lo lewat lo sendiri, bukan gue. Terus dia jawab, lo memikirkan Tita, dan dia merasa—ketakutan lo ada benarnya."

Ghina menarik satu persatu jemari Rukma, sebuah perminta agar dia mau mempertemukan pandangan mereka, tetapi Rukma masih ogah melakukannya. Dia malu setengah mati. Seolah dia ini, anak remaja yang baru ketahuan berbuat hal tidak-tidak sama sang ibu.

"Dia tanya apa ada solusi dari ini." Ghina makin keras menarik telunjuk Rukma. "Maksudnya dia mau kenal lo, tanpa melibatkan Tita dulu. Kalau memang kalian cocok, dia bakal berusaha ekstra ke Tita."

Rukma menghela napas untuk kesekian kalinya. Masalahnya, tidak semudah itu. Rukma benar-benar sedang tidak mau terlibat pada hal berbahaya. Pertemuannya dengan David kemarin siang, membuat Rukma mengingat lagi luka yang dia pikir sudah sembuh. Ternyata sakit itu masih begitu nyata. Semalaman Rukma kesusahan bernapas, kenangan di malam terakhir bertemu David semakin menakutkannya, kalau-kalau harus terjebak di stuasi yang sama.

"Rukma—" Dari cara Ghina memaksa Rukma menengadah, terlihat jelas kesabaran sahabatnya ini sedang habis. "Ini pertama kalinya gue lihat Steven tertarik sama cewek, bukan proyek ini—desain itu. Empat tahun gue kenal dia, gue belum pernah sekalipun dengar dia bahas soal cewek. Bahkan, Alfa yang tahu dia nyaris seumur hidup—juga menyimpulkan Steven tertarik sama lo."

Walau begitu, jauh di dalam hati Rukma enggan mengiyakan ide ini. Kalau ada cara mencegah Tita pergi, Rukma lakukan.

"Ma, jangan terus-terusan ngebiarin dunia lo gelap," kata Ghina, mengejutkan Rukma. "Lo, Tita, kalian berhak bahagia. Anggap gue terlalu ikut campur soal ini. Terserah. Lo mau marah sama gue, it's okay ... asal lo mau ambil kesempatan ini."

"David muncul." Rukma tidak tahu kenapa dia mengungkapkan fakta itu, tetapi ... menyadari ekpresi Ghina tidak berubah—tidak ada keterkejutan sedikit pun—Rukma tersadar lagi, Ghina juga tahu tentang itu. "Lo juga tahu?"

Ghina tersenyum tipis. "Kalau gue bilang, David datang dan berlutut di depan gue supaya boleh ketemu lo. Percaya?"

Mendadak Rukma ingin membenturkan kepala ke mana pun. Kenapa hidupnya yang damai benar-benar hilang? Dan sahabatnya terlibat? Sial!

*

*

Terima kasih sudah meluangkan waktu membaca naskah ini.

Stay healty di mana pun kalian berada.

Silakan follow
IG: Flaradeviana atau Coretanflara
Atau
Twitter : Flaradevianaa

Siapa tahu aku ngadain chit-chat online kayak sabtu minggu kmrn. Heehheeh.

Love, Fla. 💜

Continue Reading

You'll Also Like

1.2M 246K 49
Rukma Asmarani bermimpi menemukan seorang lelaki yang baik, melahirkan anak, lalu jadi keluarga paling bahagia di dunia. Namun, seperti takdir yang e...
2M 27.7K 10
[Spiritual-Romance] Assalamualaikum, Gus A story by akufani Telah terbit di Jaksa Media ⚠ Dihapus guna kepentingan penerbitan⚠ ••• Tunggu dulu, tadi...
498K 28.7K 26
(17/21+) [COMPLETE] dipublish 24 Maret 2019 - tamat 9 Juni 2019 POV 1 [ Jonathan & Dana ] Dia menelanjangiku dengan kedua matanya. Menatapku lapar s...
2.1M 235K 43
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...