A or A [New Version]

By fairytls

1.4M 137K 2.6K

[PRIVAT, FOLLOW UNTUK BACA LENGKAP] Aku menemukan kehidupan baru setelah mengalami kecelakaan yang tidak pern... More

P R O L O G U E
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
New Story

Chapter 8

35.6K 3.9K 23
By fairytls

+62 812389925**

Jl. Ponorogo jam 8
Gue Dion

Aku menyugingkan senyum mendapatkan pesan dari Dion. Aku Melempar ponsel ke atas kasur dan masuk ke dalam walk in closet, meraih jaket leather yang ada di dalam lemari kaca milik Leta lalu memasangnya ke tubuhku.

"Baby girl!"

Langkahku tercekat mendengar suara baritone tersebut, perlahan tapi pasti kepalaku menoleh kepada pemilik suara. "Daddy." Aku membawa tungkaiku mendekat ke arah sofa di mana pria berbalut setelan formal itu tengah duduk di sana. "Kapan Daddy pulang?"

"Baru aja." Daddy menjawab seraya melirikku sekilas lalu kembali fokus pada layar ipadnya.

"Daddy lagi apa? Kenapa nggak istirahat."

"Daddy lagi ngecek beberapa data dan laporan keuangan perusahaan yang keluar di bulan lalu." Daddy menjawab sembari mengalihkan seluruh atensinya padaku disertai senyum yang merekah.

"Kan bisa dilanjut besok, Dad. Aku nggak mau nanti Daddy sakit karena kurang istirahat."

"Apa putri Daddy ini menginginkan sesuatu?" tanya Daddy seraya menyelipkan anak rambut ke belakang telingaku.

"Nggak, Dad. Aku nggak mau apa-apa. Aku cuma mau Daddy selalu sehat dan sayang sama aku. Pokoknya aku sayang Daddy banyak-banyak." Aku memeluk lengan kekar Daddy, bersandar di sana.

"Daddy sayang kamu banyak-banyak juga." Daddy membalas perkataanku, tangannya mengelus rambutku lembut.

"Daddy," panggilku masih setia bersandar pada bahunya yang kokoh.

"Em, kenapa sayang?"

Aku mengurai pelukan dilengan Daddy lalu menatap wajah Daddy. "Aku mau izin keluar boleh?"

"Memangnya putri Daddy mau kemana? Biar Daddy suruh Pak Willy yang nganter."

Aku menggeleng pelan. "Nggak mau dianterin sama Pak Willy, aku mau pergi sendiri."

"No! Kamu nggak boleh pergi sendiri-"

"Janji satu jam aja, habis itu aku langsung pulang ke rumah," ujarku membunjuk Daddy seraya mengacungkan jari kelingking.

Melihat mata tajam Daddy memincing sejenak, aku memasang puppy eyes agar Daddy luluh dan mengizinkan aku pergi. Setelah lima detik terdengar helaan napas pelan dari hidung mancung Daddy.

"Okay, fine. Cuma satu jam." Daddy membalas sembari menautkan jari kelingkingnya dengan jari mungil milikku.

"Yeay! Makasih, Daddy." Aku semakin mengeratkan pelukan pada lengan kekar Daddy, sebelum akhirnya berdiri lalu membawa ragaku keluar dari dalam rumah.

Di bawah bentangan langit malam motorku melesat kencang di atas hamparan aspal membuat rambut panjang milikku yang tidak tertutupi oleh helm terbang tak tentu arah.

Menemukan perempatan aku belok ke kanan hingga akhirnya sampai di lokasi yang telah Dion tentukan. Motor yang aku bawa telah berhenti di tengah jalan yang sepi, setelahnya Dion berdiri di hadapanku.

"Dateng juga lo," seru Dion.

Aku membuka helm, merapikan rambutku dengan tangan, lalu menatap Dion. "Gue bukan pengecut." Aku turun dari motor dan berhenti dengan jarak satu langkah di hadapan Dion. "Mau balapan atau berantem?" Waktuku tak banyak jadi aku tidak perlu basa-basi dengan Dion.

"Lo bukan Leta yang gue kenal."

Aku mengerutkan kening. "Maksud lo?"

"Leta yang gue kenal itu cewek manja yang nggak akan mungkin berani datang ke sini sendirian."

"Karena Leta yang lo kenal udah mati," pungkasku sehingga menciptakan dua kerutan diantara alis Dion. Aku tahu pasti Dion bingung mengartikan perkataanku barusan. "Lupain. Gue nggak punya waktu buat bahas hal yang nggak penting. Gue mau masalah kita selesai malam ini, jadi lo mau apa?"

"Gue mau ngajak lo makan. Gue masih punya hati kali, masa gue ngajak lo balapan atau berantem."

"Lo ngeremehin gue?" tanyaku datar.

"Nggak gitu, gue ngajak lo makan sebagai permintaan maaf gue karena udah ngejek lo tadi siang," jelas Dion.

Aku menimang sejenak sebelum akhirnya menyetujui ajakan Dion. Dion menjauh dariku untuk mengambil motornya, laki-laki itu berjalan menuju sisi jalan yang gelap. Tak lama terdengar beberapa deru motor mendekatiku.

"Lo nggak masalah kan, kalau gue ngajak mereka?" lontar Dion.

Aku menatap tanpa minat pada dua laki-laki yang wajahnya tertutup helm. Bisa ku tebak, dia adalah Gara dan Rey. "Okay, nggak masalah."

***

Aku segera masuk ke dalam restoran, Dion menuntunku menuju meja bundar dengan empat kursi serta tertera angka nomor tujuh di atas meja tersebut.

Saat kami telah duduk, seorang pelayan pria menghampiri sambil membawa buku menu. Ia memberikan buku menu tersebut masing-masing kepadaku dan ketiga laki-laki yang duduk satu meja denganku.

Setelah memilih menu, atensiku beralih menatap lurus ke depan dan tak sengaja mataku dan Gara bertemu. "Karin bilang lo udah nggak suka sama gue," ucap Gara membuka percakapan.

Tak ku sangka ternyata Karin benar-benar menyampaikan pesanku kepada Gara. "Iya."

"Oh ya? Gue nggak percaya," tutur Gara disertai senyum tipisnya.

Aku rasa wajar kalau Gara tidak percaya dengan apa yang disampaikan Karin. Aku membaca buku diary milik Leta sebelum Dion mengirimku pesan. Dibuku itu 80% isinya menceritakan tentang Gara, bahkan Leta menulis dirinya dibanting oleh Gara karena memaksa memeluk tubuh laki-laki itu. Jadi bisa ditebak sebulol apa Leta dengan laki-laki bernama Sagaras.

Ada sepenggal kalimat dari buku diary Leta yang teringat jelas di otak ku.

"Gara itu ibarat jantung gue, kalau Gara pergi gue kehilangan sumber kehidupan gue. Gue cinta mati sama Gara, sedetik nggak liat Gara rasanya jantung gue berhenti berdetak."

Mengingat kalimat itu membuatku bergidik ngeri.

"Lo ngomong gitu seakan lo nggak terima kalo gue udah nggak suka sama lo .... " Aku menggantung kalimatku sejenak. "Harusnya lo seneng gue udah nggak ngejar lo."

"Perlu gue tegasin di sini. Gue nggak suka sama lo, Gara!" pungkasku penuh penekanan.

Gara menatapku diringi dengan kilatan tajam pada maniknya. Namun tak lama senyum misterius tersungging dibibirnya.

Kedatangan pelayan yang membawa pesanan kami menjadi penutup percakapan antara aku dan Gara. Kami mulai makan setelah pelayan menata makanan ke atas meja.

"Pelan-pelan aja, Let. Nanti keselek," lontar Rey melirikku.

Aku menghentikan suapan ku sejenak. "Gue cuma diizinin keluar satu jam sama Daddy."

Aku memerlukan waktu 20 menit untuk menghabiskan makananku. "Dion, makasih ya buat makanannya. Gue harus balik." Melihat Dion mengangguk sebagai balasan, aku segera meninggalkan meja.

Aku yang akan naik ke atas motor menghentikan gerakanku saat mendengar suara Dion, terlihat Dion berlari pelan menghampiriku. "Ada apa?"

"Lo udah maafin gue, kan?" tanya Dion.

"Udah kok."

"Okay, thanks ya."

"Ada lagi yang mau lo omongin?"

"Eh ... bukan gue yang kempesin ban motor lo. Gue cuma niat ngejek lo aja, tapi bukan gue pelakunya."

Aku mangut-mangut. "Oke, gue paham. Kalo gitu gue balik dulu."

***

Aku menunduk menatap ponsel yang aku pegang dengan tungkai berjalan memasuki rumah.

Kakiku berhenti berjalan ketika membran timpani menangkap suara air dari arah kolam berenang, suara itu mengundangku mendekati sisi kolam dengan pencahayaan remang-remang. Tidak ada siapa-siapa. Namun lima detik setelahnya aku dikejutkan dengan kemunculan sebuah kepala dari dalam air membuatku berteriak.

"Lo kenapa teriak?"

Sean, batinku. Aku mengintip dari sela-sela jari yang menutupi wajahku, setelah itu menurunkannya. Bernapas lega karena yang berdiri dihadapanku saat ini adalah Sean bukan hantu.

"Gue kira lo hantu. Lagian kenapa coba berenang malem-malem?"

"Zaman sekarang masih percaya hantu." Sean berjalan melewatiku.

"Lo mau masuk rumah basah kuyup gitu?" tegurku.

"Lupa bawa handuk," sahutnya tanpa menoleh.

Aku segera menjauh dari sisi kolam, menyusul Sean. Sean masuk ke dalam kamarnya, saat Sean akan menuntup pintu, aku menahannya.

"Apa sih, minggir nggak!" ketus Sean dengan matanya menyorotku tak suka.

"Nggak mau." Aku mendorong kuat pintu kamar Sean lalu ikut masuk ke dalam.

"Mau lo apa?"

"Gue cuma mau liat kamar lo." Aku menyapu pandangan ke setiap sudut kamar Sean. Kamarnya rapi dan bersih. Dari ekor mataku terlihat Sean masuk ke dalam kamar mandi. Setelah melihat-lihat isi kamar Sean. Aku menjatuhkan diri ke atas kasur.

Ceklek

Sean keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit dibagian pinggangnya. Ketika di kolam aku tidak melihat jelas tubuh Sean karena kurang pencahayaan. Aku yakin Sean rajin olahraga serta pandai merawat tubuhnya, terlihat enam kotak terbentuk sempurna diperutnya.

Aku mengubah posisiku menjadi duduk, melihat Sean berjalan ke arahku.

"Keluar dari kamar gue."

"Kalo gue nggak mau."

"Jangan buat gue marah, pindah ke kamar lo!"

"Gue masih mau di sini," balasku, sengaja memancing emosi Sean.

Sean menarik pergelangan tanganku kuat, sehingga tubuhku secara paksa berdiri. "Kasar banget sih!" Aku memegang tanganku yang sakit.

"Keluar!"

Aku terdiam sejemang berpikir untuk membalas perbuatan Sean, setelahnya aku mendorong dada Sean agar dia terjatuh namun sialnya Sean malah menggapai lenganku sebelum jatuh ke atas kasur. Kami jatuh dengan posisi Sean berada di bawahku.

"Lo gila!" hardik Sean. "Menyingkir dari atas gue!"

Aku bangkit, duduk di atas paha Sean. Kemudian beranjak dengan lutut yang tak sengaja menyenggol aset miliknya menyebabkan suara ringisan keluar dari bibir Sean.

"Sorry, gue nggak sengaja." Aku melirik Sean yang tengah memejamkan mata lalu beralih melihat tonjolan dibalik handuk putih yang Sean kenakan.

Sean segera bangkit. "Jaga mata lo!" ketusnya sebelum pergi menuju ruang ganti.

"It's so big," gumamku.

Continue Reading

You'll Also Like

246K 16K 25
[Sequel Antagonis yang Terbuang] 🥀 Wajib membaca 'Antagonis yang Terbuang' sebelum membaca cerita ini🥀 Zora lelah dengan semua yang menimpanya. Apa...
3.6M 176K 30
Chapter Sudah tidak lengkap 🙏 Warning! ⚠️ [Membaca ini akan banyak mengeluarkan tenaga untuk mengumpat, buat kalian yang sedang ingin memaki disara...
1.3M 157K 51
MULAI REVISI PELAN-PELAN ************* Alicia menyukai semua bacaan fiksi. Mulai dari novel sampai komik. Menyukai semua genre mulai dari horror samp...
3.6M 358K 53
𝙳𝚄𝙰 𝙰𝙽𝚃𝙰𝙶𝙾𝙽𝙸𝚂 𝚈𝙰𝙽𝙶 𝙱𝙴𝚁𝚄𝙹𝚄𝙽𝙶 𝚃𝚁𝙰𝙶𝙸𝚂. ... Dheleana Vreya, gadis cantik dengan seribu topeng licik di wajahnya. Mungkin o...