Park Jaehyung : Not Mine? (Ja...

By asyhwi13

13.1K 1.7K 70

Bagaimana jika pernikahan yang diimpikan selama ini malah berakhir kacau dan tak memiliki arah akan kemana ru... More

Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38 (END)
Bonus Chapter

Chapter 35

266 32 0
By asyhwi13

Happy reading gais...


***


“Vanka,” Pemilik nama itu langsung berbalik ketika suara berat milik kakak-nya menghiasi gendang telinganya, ia mendapati langkah gontai Dowoon yang menandakan dirinya sedang bosan berada di rumah.

“Apa?” tanya Divanka.

“Jalan yuk,” ajak Dowoon.


Kening Divanka mengernyit, tangan kiri Divanka meraih remote TV untuk mengecilkan volumenya. Ia pun melempari Dowoon menggunakan bantal sofa yang sedaritadi ia berada dalam pelukannya, sedangkan sang korban hanya meringis dan hendak protes namun batal karena Jae tiba-tiba muncul dengan pakaian santainya.

Maklum, hari ini lagi weekend jadilah semua orang rumah berkumpul tanpa kemana-mana. Mau keluar pun pasti bingung akan kemana jika bukan ke mall, atau sekedar jalan kosong, nongkrong di café dan sebagainya.


“Rame aja, lagi ngapain?” tanya Jae.

“Kak Dowoon ajakin aku jalan, malas banget. Mana pinggang aku sering sakit,” gerutu Divanka.

“Mau kemana emangnya?” tanya Jae pada Dowoon.


Spontan kedua mata Dowoon berbinar mendengar pertanyaan tersebut, dengan cepat ia mengambil posisi duduk disebelah Jae berharap iparnya itu akan mengiyakan ajakan jalan-jalan itu. Jika boleh jujur, Dowoon sudah hampir gila berdiam diri seharian tanpa melakukan apa-apa selain mengupil.


“Dufan, seru banget pasti!” seru Dowoon.

“Enggak!” sanggah Divanka.

“Kok enggak sih?” protes Dowoon.

“Lo enggak lihat perut gue buncit gini? Lo mau lihat gue lahiran disana atau gimana?” omel Divanka.


Salah satu hal yang menjadi pertimbangan Divanka untuk keluar bermain adalah karena kehamilannya, sebenarnya ia sangat ingin keluar rumah sekedar refreshing atau apalah, tapi bergerak sedikit saja membuatnya lelah terlebih lagi si calon bayi sering menendang dari arah dalam perut dan Divanka merasakan nyerinya bagaikan menstruasi di hari pertama. Ia tak bisa membayangkan jika persalinan tiba, mungkin Divanka akan pingsan detik itu juga kalau ia berhasil mengeluarkan manusia dari dalam perutnya.


“Enggak usah banyak alasan, ayo pergi. Kamu katanya bosan juga di rumah, ‘kan?” ajak Jae.


Bertambahlah satu pihak Dowoon, posisi Divanka benar-benar dikelilingi orang-orang yang ingin keluar rumah terlebih lagi dibenak dalam dirinya sendiripun menyuruhnya untuk menikmati akhir pekan ini dengan baik.


“Aku capek nanti, Jae,” lirih Divanka.

“Kamu enggak usah jalan kemana-mana kalau gitu, aku enggak mau pergi kalau kamu enggak ikut.” ucap Jae.


Divanka menggaruk kepalanya yang tak gatal sama sekali, rasanya ia ingin menjambak rambut Dowoon yang tersenyum puas karena merasa dirinya telah menang dari kemalasan Divanka. Dengan sangat terpaksa Divanka bangkit dari posisi duduknya, ia melipat tangan didadanya lalu memberikan tatapan sinis pada sang kakak.


“Gue enggak mau tahu, sampai sana lo jajanin gue es krim.” ucap Divanka.

“Siap! Lo mau beli sama standnya sekalian enggak masalah buat gue, blackcard punya gue? Lo yang pegang, nih!” ujar Dowoon yang diakhiri memberikan blackcardnya sendiri pada Divanka.


Divanka tersenyum puas melihatnya, dengan cepat Divanka meraih kartu berharga tersebut dan menciumnya berkali-kali. Jarang sekali sosok Yoon Dowoon itu mentraktirnya, jadi ini adalah kesempatan langka untuknya agar ia gunakan dengan baik.


“Ya udah, gue sama Divanka siap-siap dulu. Oh iya, kalau mau makin rame, kabarin aja teman-teman kamu, Van,” ucap Jae.

“Siapa? Brian sama Jane?” tanya Divanka.

Baru saja Jae hendak angkat bicara, namun Dowoon malah memotongnya, “PLEASE, AJAK JANE. GUE LAMA ENGGAK KETEMU DIA!” teriak Dowoon.


Senyum jahil Divanka langsung keluar ketika mengingat kalau Dowoon itu menaruh perasaan pada Jane, dan anehnya dia tak berani mengutarakan perasaannya itu pada Jane. Aneh, ‘kan? Alasannya karena takut ditolak katanya.


“Oh, masih berharap rupanya.” ejek Divanka.

“Oalah setan, mati lo, Van!” sentak Dowoon.


---


Disinilah Divanka dan Jae berakhir, yaitu di Dufan. Divanka tak pernah menyangka jika weekend kali ini tanpa ada planning apapun, langsung main gas saja. Ya, seharusnya Divanka tak perlu heran, kakak-nya dan juga suami-nya itu kaya, wajar kalau tanpa aba-aba, bahkan biasanya Dowoon siangnya ada di rumah, pas sore dia ada di Malaysia.


“Gebetan gue mana? Mana, mana, mana?” Sangat terpaksa Divanka melayangkan sebuah jitakan di kepala Doowon, karena pria itu terus membual tanpa memikirkan apa-apa. Sedangkan Jane, tersenyum malu-malu melihat Dowoon yang masih menyukainya.


Ya, siapa sih yang tak suka dengan sosok Dowoon? Hanya saja, Jane ingin melihat keseriusan Dowoon padanya maka dari itu ia belum menerima ajakan kencan Dowoon. Anggap saja Jane jual mahal, karena sebuah jawaban dari wanita itu memang mahal dan berharga, ‘kan?

Tak lama kemudian, muncul Sungjin dan juga Brian yang baru saja selesai memarkirkan mobil dengan rapih. Cuaca hari ini cukup mendukung, cerah dan lumayan bisa membuat berkeringat jika mengelilingi dufan selama dua jam.


“Silau banget, untung gue pakai sunscreen, kalau enggak bisa luntur keputihan gue.” gerutu Brian.

“Emang sejak kapan lo putih?” tanya Dowoon yang terkesan mengejek di telinga Brian.

“Enggak usah diperjelas kampret!” omel Brian.

“Udah, jangan pada fight. Enggak baik, let’s go kita masuk.” ajak Sungjin lalu mendahului kerumunan heboh itu tanpa memperdulikan tatapan Jae dan Divanka yang terheran-heran dengan English language Sungjin.

“Kok bisa kamu terima dia jadi Sekretaris kamu?” tanya Divanka dengan kening berkerutnya.

“Ya, mau gimana lagi, cuma dia kriteria yang cocok di kantor.” balas Jae.


Divanka menggeleng-gelengkan kepalanya lalu menyusul Sungjin yang sudah berjalan didepan, disampingnya ada Jane yang terus-terusan memeluk lengan Divanka, karena Jane bertugas untuk menjaga Ibu hamil ini. Itu pesan dari Jae.


“Gue baru tahu kalau ada cogan lagi, gue jadi suka,” bisik Jane.

“Siapa maksud lo?” tanya Divanka.

“Sekretaris suami lo.” balas Jane.


Otomatis Divanka menganga dan tak percaya kalau Jane jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Sungjin. Ya, tidak heran, Sungjin itu tampan bahkan sangat, tubuhnya ideal sekali. Kepintarannya jangan ditanyakan lagi, selain di giat bekerja, dia juga bisa memimpin rumah tangga dengan baik.


“Kalau lo suka sama Sungjin, gimana nasib kakak gue?” tanya Divanka.


PLAK


Jane tersadar, ia cengengesan kearah Divanka lalu berucap, “Sorry, tapi Sungjin beneran tipe gue banget. Ya Tuhan, kok bisa sih ada manusia yang benar-benar tipe gue banget?” ungkap Jane.


Sudah hal wajar kalau Jane jatuh hati pada pria tampan, bahkan di kampus dia dikenal sebagai gadis mata keranjang. Tampan sedikit saja langsung ia kejar, tapi berakhir ditolak tentunya. Disinilah Divanka heran, kenapa Jane ditolak? Padahal visual Jane tak main-main, sangat cantik.


“Enggak usah lebay. By the way, lo enggak pernah naksir gue gitu?” timbrung Brian.

“Dih, lo emang apaan? Kentang basi kek lo, mana mau gue. Oh, atau lo kali yang suka sama gue, betul enggak?” terka Jane.

“Itu mulut sembarangan kalau ngomong. Lo enggak lihat siapa disamping lo?” tanya Brian.

Jane mengerucutkan bibirnya, tampak berpikir lalu menunjuk Divanka. “Vanka maksud lo?” tanya Jane.

“Itu lo udah tahu. Tapi gue mundur, karena kalau gue maju yang ada entar gue ditinju suami-nya.” gerutu Brian.


Divanka terkekeh pelan mendengarnya, lalu dengan cepat meraih tangan kanan Brian untuk ia genggam. Jadilah ia ditengah diantara kedua sahabatnya ini, Divanka tak lagi kaget kalau Brian tiba-tiba berucap seperti tadi, itu sudah biasa untuknya.


“Masa lo takut sama Jae? Dia kurus gitu,” bisik Jane.

“Gue enggak takut sama dia, tapi kalau dia mukul tuh pasti tulang doang yang bikin gue sakit.” balas Brian.

Divanka mengangguk setuju, lalu berucap, “Kalau ngomong suka jujur.”

“By the way, aku dengar loh disini.” timpal Jae.


Detik itu pula, Jane dan Brian lari menjauh demi menghindari amukan Jae.


***


Bersambung...

Gaje? Maafkan diriku gais, gak ada ide huhu..

Maaf jika ada salah kata atau cerita tydak menarik

Jadilah pembaca yang menghargai penulis dengan cara Vote+Komentarnya ditunggu

Terima kasih dan sampai jumpa 🙏❤️❤️


Continue Reading

You'll Also Like

325K 35.2K 71
⚠️BXB, MISGENDERING, MPREG⚠️ Kisah tentang Jungkook yang berteleportasi ke zaman Dinasti Versailles. Bagaimana kisahnya? Baca saja. Taekook : Top Tae...
A.M.O.R ✔ By syei

Teen Fiction

36.3K 2.9K 48
Mantan. Manis di ingatan, itulah kata Nathan. Nyatanya memang benar, meski benci telah merasuk namun hati justru menyangkal segala perkara kebencian...
Terlalu Manis By M

Short Story

44.5K 2.8K 22
❞And I'm stuck in friendzone again and again.❞ || Copyright 2016, by mgytr.
1.7M 65.3K 96
Highrank 🥇 #1 Literasi (24 November 2023) #1 Literasi (30 Januari 2024) #3 Artis (31 Januari 2024) #1 Literasi (14 Februari 2024) #3 Artis (14 Fe...