A Million Path [Taesoo] ✔️

By purpleduck97

49.4K 7.7K 611

Aku pikir bercerai berarti segalanya telah berakhir di antara aku dan dia, namun ternyata tidak semudah itu, ... More

1. Prolog "Mistake"
2. Lelah
3. New page
4. Lunch
5. Meet Again
6. Not Fine
7. Still
8. Why
9. Mixed Feeling
10. A Bright day
11. Him
12. Sahabat
13. Maaf
14. Why u come
15. Togetherness
16. Rindu
17. Ramyeon
19. Little boy
20. Mertua
21. Our path (END)

18. Try again

1.8K 303 64
By purpleduck97

"Apakah mungkin bagi kita untuk mengulangnya lagi dari awal.."

Jisoo membongkar seluruh isi lemarinya dan mengeluarkan satu persatu pakainan terbaik yang ia miliki. Hantu di pojok kamarnya mungkin sedang menertawainya saat ini karena bersikap seperti anak ABG yang baru pertama kali diajak kencan. Tapi jika dipikir-pikir, Jisoo memang tidak sempat melalui masa-masa indah itu. Jisoo tidak pernah pergi kencan, Jisoo tidak pernah sepusing ini memikirkan pakaian apa yang ia akan kenakan, Jisoo tidak pernah merasa berdebar hanya karena ajakan keluar untuk jalan-jalan. Akhirnya ia memilih dress floral yang ia padukan dengan cardigan, yang ia pikir cocok untuk dipakai jalan-jalan di sekitar pantai.

Beberapa saat kemudian terdengar deru mesin mobil yang berhenti tepat di depan gerbang rumah Jisoo. Dengan tergesa-gesa sambil menyelempangkan tas mininya, Jisoo segera keluar menghampiri. Bersamaan dengan Jisoo sampai di depan gerbang besinya yang rendah itu, Taeyong keluar dari mobilnya. Lelaki itu keluar dengan mengenakan celana denim beserta kaos putih longgar. Rambut hitamnya tersisir setengah rapi dengan model poni jatuh menutupi dahi, membuatnya tampak seperti anak kuliahan.

Sementara Jisoo membukakan gerbang, Mata Taeyong tampak terpaku padanya. Seolah ada filter blink-blink di sekitar Jisoo, gadis itu tampak bersinar. Kulit putih bersihnya dan tubuh rampingnya dibaluti dress putih motih bunga kecil-kecil dibalut cardigan cream tipis membuatnya tampak sangat ayu. Rambut hitam panjangnya yang agak bergelombang berayun-ayun membingkai wajahnya yang saat ini tersenyum malu-malu ke arah Taeyong.

"Hai..Jis." Sapa Taeyong agak kikuk, satu tangannya masuk di saku belakang celananya. Sementara Jisoo cuma balas senyum-senyum sambil menyelipkan anak rambutnya kebelakang kupingnya.

"Kita berangkat sekarang?" Tanya Taeyong."

"Ayuk." Jawab Jisoo.

Mereka berdua kemudian berjalan masuk ke dalam mobil Taeyong dan segera meluncur ke tempat tujuan.

Semalam taeyong sempat menge-chat Jisoo menanyakan kemana mereka akan pergi jalan-jalan. Lalu Jisoo menjawab, "Kemana aja boleh." Sebuah jawaban yang sebenarnya sangat sulit untuk diterjemahkan bagi para lelaki karena kalimat itu terasa sama artinya dengan kata "terserah". Namun akhirnya Taeyong mengajak Jisoo berjalan-jalan ke salah satu tempat wisata daerah sini. Sebuah pantai pasir putih dengan dermaga yang cantik. Taeyong dengar setiap sore di pantai itu akan ada kegiatan melepas anak penyu. Kemudian mereka akan menonton para tourist melakukan surfing sambil minum es kelapa, lalu melihat sunset dengan semburat jingga yang cantik sambil menghitung mundur. Setidaknya itu yang Tayeong bayangkan, mebuat dirinya tersenyum geli sendiri.

Selama di perjalanan, taeyong menghidupkan radio yang sedang memutar lagu dari IU-Secret Garden, nuansa lagunya saat cocok dengan suasana di antara mereka. Jisoo pun tanpa sadar ikut bergumam kecil menyanyikan lagu tersebut. Lagu tersebut kemudian berganti menjadi iklan susu ibu hamil. Taeyong berdehem, agak sensitif mendengar soal hamil, apalagi Jisoo. Mereka terdiam menikmati perjalanan.

Beberapa menit kemudian mereka sampai di tujuan. Taeyong memarkirkan mobilnya di dekat pos balawista. Mereka berdua turun dari mobil lalu berjalan beriringan mendekat ke arah dermaga. Jisoo berlari kecil sambil terpukau melihat gulungan ombak yang tampak berlomba-lomba dengan hiasan burung-burung kecil yang terbang di atasnya. Taeyong mengikuti dari belakang sambil tersenyum.

"Udah lama aku tinggal deket pantai, tapi nggak pernah kesini." Ujar Jisoo, matanya berbinar-binar.

Taeyong berdiri di belakang Jisoo sambil mengedarkan pandangannya.

"Jis, mau es krim, nggak?" Tanya Taeyong sambil menunjuk pedagang Ice Cream Cone. Jisoo pun mengangguk dengan antusias.

"Oke tunggu di sini ya, aku beli dulu." Taeyong kemudian melenggang menuju pedagang es krim tersebut. Jaraknya cukup jauh membuat taeyong harus sedikit berlari.

"Pak, es krimnya dua." Pesan taeyong pada si pedagang es krim yang kulitnya tampak coklat mengkilap karena keseringan terpapar panas matahari di pantai.

Sembari menunggu pesanan, Taeyong mengecek ponselnya. Matanya membelalak saat menyadari ada puluhan panggilan tidak terjawab masuk, dan belasan di antaranya adalah dari Yuta. Taeyong memang sengaja menon-aktifkan nada dering ponselnya karena tidak ingin diganggu. Ia akhirnya menelepon balik nomor yuta.

Tidak sampai dua kali berdering, teleponnya langsung diangkat dan disambut oleh seruan Yuta dari seberang sana.

"Kamu dimana?? Kenapa nggak angkat telepon dari tadi?!" Semprot Yuta dengan nada tinggi.

"Ada apa, Yut? Ada masalah di Hotel?" tanya taeyong langsung ke inti.

"Masalah besar, Yong!" Seru Yuta. Taeyong tertegun.

"Ada supervisi dari presdir. Buruan kesini!" Seru Yuta lagi.Taeyong membelalak. Tak banyak berkomentar ia langsung memutus panggilan Yuta. Taeyong menatap jauh ke dermaga. Dilihatnya Jisoo sedang memandangi lautan. Taeyong menghubungi nomor Jisoo, tidak diangkat. Dia panik.

Teleponnya berdering. Rekan kerjanya kembali menelepon. Taeyong memandangi Jisoo dan Teleponnya silih berganti. Tidak ada pilihan lain. Akhirnya Taeyeong berbalik dan berlari menuju mobilnya.

.

.

.

Taeyong tiba di hotel dengan napas ngos-ngosan. Ia langsung berlari menuju ruang manajemen. Bisa-bisanya ada supervisi dadakan disaat dia sedang libur. Ditambah lagi beberapa perkerjaan belum ia selesaikan karena sempat sakit kemarin. Taeyong sudah membayangkan kalau dia pasti akan dapat banyak teguran. Sial, batinnya.

Sementara itu di pantai.

Jisoo masih memandangi langit biru yang kini warnanya mulai redup digantikan semburat jingga. Dua buah cup es krim tampak tergelatak di samping kakinya. Pandangan gadis itu nanar tersapu oleh angin pantai yang kencang. Beberapa jam tadi, bapak-bapak penjual es krim itu menghampirinya sambil menyerahkan es krim kepadanya dan berkata, "Aku diminta untuk memberikan ini padamu."

Jisoo kemudian menatap layar ponselnya. Chat dari Taeyong masih belum ia buka, namun Jisoo sudah membaca isinya dari jendela ponselnya.

"Jis..maaf. Ada masalah di hotel. Aku harus balik. Nanti aku hubungi ya. Maaff.."

Jisoo meremas ponselnya. Ia tidak tau apakah ia kecewa dengan fakta bahwa Taeyong meninggalkannya begitu saja, atau karena kencan pertama dalam hidupnya berantakan. Jisoo masih di sana, tidak berniat untuk pulang. Meski matahari sudah mulai turun dilahap garis pantai.

Dan hari benar-benar sudah gelap. Pantai yang tadinya ramai kini tinggal segelintir orang saja. Sudah pukul 7 lewat. Taeyong berlari ke arah dermaga. Gelap. Hanya ada lampu penerangan minimal.

Setelah menyelesaikan urusan panjangnya di hotel. Taeyong berusaha menghubungi Jisoo, namun nomornya tidak aktif. Perempuan itupun tidak membalas pesannya. Taeyong khawatir Jisoo menunggunya.

Namun nampaknya Taeyong bodoh karena berpikir Jisoo akan menunggunya sampai malam begini. Taeyong berjalan lemas turun dari dermaga. Ia berjalan menyisir pantai, membiarkan air laut yang dingin menyentuh kakinya.Tidak ada yang berjalan lancar hari ini, Taeyong mengumpat dalam hati.

"Taeyong.."

Sebuh suara terdengar memanggilnya dari belakang. Taeyong spontan membalikkan badan. Samar-samar Taeyong bisa melihat Jisoo berjalan ke arahnya sambil mengeratkan cardigannya.

"Jisoo..kamu masih di sini?" Tanya Taeyong tidak menyangka. Mereka kini berhadapan. Taeyong mulai bisa melihat wajah Jisoo lebih jelas. Hidungnya tampak memerah seperti orang pilek karena terpapar angin laut terlalu lama.

"Urusanmu udah selesai?" Tanya Jisoo. Taeyong mengangguk.

"Sukurlah." Balas Jisoo. Ekspresi wajahnya tampak biasa saja. Ia kemudian berjalan menjauhi pantai, mengisyaratkan untuk segera pergi dari sana. Namun Taeyong mencegat tangan Jisoo.

"Jis.." Panggil Taeyong. "Maafin aku, tadi mendesak banget.." ucapnya menyesal.

Jisoo berusaha menarik sudut bibirnya lalu mengangguk. Ia tidak mengucapkan sepatah katapun, Jisoo takut jika dia bicara maka rasa kecewanya akan kentara. Jisoo tidak ingin bertengkar.

"Masih ada waktu, Jis." Ucap Taeyong lagi, masih sambil memegang tangan Jisoo. "Ayo kita jalan-jalan sebentar aja."

Jisoo mengalihkan pandangannya. Ia masih kesal, tapi merasa tidak punya hak untuk marah. Biar bagaimanapun Taeyong pergi karena alasan penting, kan? Jisoo sudah mencoba untuk memahaminya.

"Lain kali aja." Balas Jisoo.

Taeyong terdiam. Ia melepas tangan Jisoo perlahan kemudian menunduk.

"Tadinya aku punya banyak rencana.." Ucapnya dengan suara pelan. "Tadinya aku mau kita melihat sunset bersama."

Taeyong menghela napas panjang, ditatapnya lagit yang sudah gelap, "Kenapa sulit sekali?"

Jisoo tertegun. Sayup angin menyapu wajahnya, membuat matanya perih.

"Kenapa sulit sekali buat kita bareng, Jis?" Suara Taeyong merendah, teredam suara ombak.

"Apa nggak mungkin buat kita mengulang dari awal, Jis?"

Dada Jisoo seketika beregemuruh. Ia menggigit bibir dalamnya, mendengarkan Taeyong bicara dengan suara paraunya.

"Dari awal kita kenal, dari awal kita ketemu, semuanya berjalan tanpa rencana."

"Kita bahkan nggak sempet kenalan. Kita nggak sempet berteman, mengenal satu sama lain lebih dekat, berkencan, apalagi.."

Suara Taeyong tercekat. Ia kembali meraih tangan Jisoo yang menjuntai tak berdaya. Tangan yang dingin dan rapuh.

"Andai kita ketemu sebelum malam itu, apa semuanya bisa jadi beda jis?"

Dada Jisoo seketika sesak tatkala Taeyong mengungkit kenangan "malam itu". Jisoo spontan memundurkan kakinya.

"Apa kita nggak bisa ulangi dari awal lagi Jis? Seperti orang-orang pada normalnya. Ayo kita kenalan, temenan, mengenal satu sama lain, pergi kencan, bertengkar, baikan, lalu... lalu-"

Suara Taeyong kembali melemah, seolah tidak percaya diri dengan perkataannya barusan yang menurutnya sangat emosional. Genganggamannya pada tangan Jisoo mulai mengendor.

Tiba-tiba Jisoo menggamit balik tangan Taeyong. Gumpalan darah di dalam dadanya mendorongnya untuk maju, melawan rasa gengsi, dan mengalahkan egonya.

"Aku Jisoo."

"Namaku Kim Jisoo."

Kedua tangan mereka bertaut seperti dua orang yang sedang bersalaman. Jisoo menatap mata Taeyong dalam, sambil berusaha tersenyum meski tampak nanar.

"Ayo kita kenalan, temenan, bertengkar, baikan, kencan, lalu-" Suara Jisoo tercekat, setetes air mata mengalir di pipinya tidak mampu ia bendung.

Sedetik kemudian Taeyong merengkuh Jisoo ke dalam pelukannya.

Deburan ombak malam itu menjadi saksi pertemuan baru mereka. Jutaan bintang-bintang dilangit akan merestui mereka. Dan rembulan yang bersinar terang akan mengalahkan masa lalu gelap yang menutupi hati mereka.

"Aku Taeyong, Jis. Namaku Lee Taeyong." Ucapnya menggebu-gebu sambil memeluk erat tubuh Jisoo.

.

.

.

TBC

Ternyata aku update-nya ngaret hehe :')

See u next time !








Continue Reading

You'll Also Like

2.1M 232K 43
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
150K 15.6K 24
Lily, itu nama akrabnya. Lily Orelia Kenzie adalah seorang fashion designer muda yang sukses di negaranya. Hasil karyanya bahkan sudah menjadi langga...
4.1M 52.7K 39
Cerita Dewasa! Warning 21+ Boy punya misi, setelah bertemu kembali dengan Baby ia berniat untuk membuat wanita itu bertekuk lutut padanya lalu setela...
4.6M 170K 39
Akibat perjodohan gila yang sudah direncakan oleh kedua orang tua, membuat dean dan alea terjerat status menjadi pasangan suami dan istri. Bisa menik...