The Half-Blood Malfoy(s) [SE...

Por Hermione15malfoy

25.5K 1.8K 483

Cerita ini adalah lanjutan cerita "The Half-Blood Malfoy" sebelumnya. Jadi, yang mau baca cerita ini, baca du... Más

Chapter 1
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19

Chapter 2

1.7K 134 53
Por Hermione15malfoy

The Half-Blood Malfoy(s) [SEKUEL]

Chapter 2
...

Hermione terbangun dari tidurnya. Ia meraba - raba kasurnya untuk mencari Draco. Tak biasanya Draco hilang dari kasurnya sebelum Hermione terbangun.

Namun nihil. Saat Hermione membuka matanya, Draco benar - benar sudah beranjak dari kasur mereka. Kemana dia pagi - pagi begini? Hermione pun melihat jam besar di dinding kamarnya. Ternyata sudah pukul 8 lewat.

Kemudian, ia pun beranjak dari kasur lalu menyikat giginya dan mengganti pakaiannya. Setelah cantik dengan gaun panjangnya yang mahal, Hermione pun keluar dari kamar dan menuruni tangga manor dengan hati - hati.

Setelah di bawah, Hermione melihat Lyra yang sedang bermain pesta minum teh dengan boneka - bonekanya bersama Lucius. Hermione pun menghampiri putri dan mertuanya itu.

"Morning, Mignonette! Morning Grandfather!", seru Hermione.

"Morning Mione!", jawab Lucius.

"Mownin, by.", jawab Lyra meniru Draco.

Hermione tertawa lalu duduk di hadapan Lyra yang masih mengenaka piyama tidurnya yang bergambar kartun muggle yaitu, Frozen.

"Hahaha... kau mengikuti Daddy, ya?", ucap Hermione.

Lyra tersenyum manis lalu mengangguk sebagai jawaban. Hermione yang gemas pun langsung mencubit pelan pipi gembil anaknya lalu menciumnya dengan gemas.

"Deyi, Mummy... hahaha...", ucap Lyra kegelian.

Hermione menghentikan aksinya lalu berkata, "Mengapa kau tidak membangunkan Mummy? Biasanya kalau kau bangun lebih dulu, kau membangunkan aku."

"Tan Daddy pelnah bilan, Mummy. Pasti Mummy lupa. Kata Daddy, temakin betal pelut Mummy pasti Mummy atan lebih lelah. Pelut Mummy tan tudah besal sekali, jadi pasti Mummy tanat lelah. Matanya aku tap membanunkan Mummy dan lebih memilih membanunkan Gampadel.", jawab Lyra.

Hermione tersenyum haru, Lyra benar - benar mendengarkan perkataan Draco. Meskipun awalnya, Hermione tidak yakin kalau Lyra akan mengerti.

"Lalu, apa kau tahu kemana perginya Daddy?", tanya Hermione.

"Daddy dan Scowpie pelgi ke Glingot tebelum Mummy banun.", jawab Lyra lalu menuangkan teh yang tidak nyata pada cangkir Lucius. Lucius pun berpura - pura meminum tehnya.

Hermione lupa. Draco dan Scorpius sudah berjanji untuk pergi ke Gringotts hari ini untuk membuka vault baru untuk Scorpie. Tetapi, mengapa pagi - pagi sekali?

Lalu, Hermione pun mengalihkan pandangannya pada Lucius. Hermione benar - benar tak menyangka, seorang Lucius Malfoy duduk manis dengan memakai flower crown di kepalanya dan berpura - pura meminum secangkir teh dengan cangkir yang berwarna pink. Grandaughter's fool.

"Father, apa Mother sudah bangun juga?", tanya Hermione.

"Entahlah, Mione. Saat aku mulai bermain dengan Lyra 1 jam yang lalu, ia belum bangun. Tetapi coba kau lihat saja di kamar kami, siapa tahu ia sudah bangun dari tidurnya.", jawab Lucius.

"Baiklah. Lyra, Mummy tinggal memasak dulu ya, sayang? Bermain dengan baik.", ucap Hermione sambil mengusap kepala Lyra.

"Baik, Mummy. Masak yan enak.", jawab Lyra.

Hermione pun mengangguk lalu meninggalkan mereka. Hermione bergegas ke kamar Lucius dan Narcissa untuk melihat apakah Narcissa sudah bangun atau belum. Ternyata Narcissa baru saja bangun.

Narcissa pun meminta waktu sebentar untuk membersihkan tubuhnya. Setelah menunggu beberapa menit, mereka pun bergegas ke dapur untuk membuat sarapan bersama dengan peri rumah keluarga Malfoy.
...

"Kau pergi saja menemui Rose, Mione. Biar aku dan Lucius yang menjaga Lyra.", ujar Narcissa.

Ya, mereka sendari tadi mendiskusikan masalah perihal perubahan sikap Rose kemarin. Sudah hampir 2 minggu Rose tak kunjung ceria juga. Saat ditanya pun Rose selalu menghindar dan mengalihkan topik. Tentu saja ini membuat Hermione dan lainnya khawatir.

"Baiklah, Mother. Aku titip Lyra.", ucap Hermione. Sekarang Hermione akan memaksa Rose untuk menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.

"Aku harap masalah Rose cepat selesai. Aku rindu sekali dengan curhatannya.", ucap Narcissa.

"Aku juga berharap seperti itu, Mother. Baiklah, aku pergi dulu.", pamit Hermione.

"Ya, hati - hati.", ucap Narcissa dan diberikan anggukan oleh Hermione. Setelah Hermione berlalu dari hadapannya, Narcissa pun menghampiri Lyra yang sedang menggelakkan tawanya karena mencoba menangkap ekor Willow yang terus - menerus bergerak.

PLOP

Hermione sampai di rumah lamanya. Sudah lama sekali ia tidak datang ke mari. Ada beberapa bagian yang berubah dari seingatnya dulu. Tanpa berpikir panjang, Hermione pun menekan bell rumah besar itu dan munculah Ron membukakan pintu untuknya.

"Hermione!", seru Ron berbinar - binar.

Beberapa tahun belakangan ini, Hermione yakin dirinya sukses membuat Ron menyesal meninggalkannya dulu. Bagaimana tidak percaya diri?

Ron selalu tidak melepaskan pandangannya pada Hermione saat bertemu. Ron selalu ingin dekat dengan Hermione. Lalu, saat Hermione bermesraan dengan Draco, Ron tidak mau kalah. Ia juga bermesraan dengan Ellenor meskipun dibuat - buat. Puncaknya adalah saat Ron mengetahui jika Hermione mengandung lagi. Kata Ginny, Ron selalu memaksa Ellenor untuk hamil lagi untuk menyaingi Draco.

"Hai, Ron.", jawab Hermione sambil tersenyum.

"Ada apa kau datang kemari? Apa kau ingin menemuiku?", tanya Ron berbinar dan berusaha menyentuh tangan Hermione. Tetapi Hermione menghiraukannya.

"Tidak, Ron. Aku ke sini untuk bertemu dengan Rose. Apa ia ada? Aku ingin mengajaknya keluar. Aku berjanji tak akan lama.", jawab Hermione.

"Oh... tentu saja. Ia berada di kamarnya. Kau ada perlu apa?", tanya Ron tanpa berkedip.

"Aku akan mengajaknya ke salon. Sudah lama sekali aku dan Rose tidak pergi ke salon bersama.", jawab Hermione berusaha tidak jijik dengan ekspresi Ron.

"Silahkan masuk.", ucap Ron yang akhirnya mempersilahkan Hermione masuk.

Hermione pun tersenyum lalu melangkahkan kakinya ke dalam rumah lamanya. Entahlah, saat masuk Hermione merasakan rumah ini lebih suram dari pada dahulu. Apalagi, ada beberapa bagian langit - langit rumah yang dipenuhi jaring laba - laba. Apa Ellenor tidak mengurus rumah ini? Begitu kira - kira pikiran Hermione. Ya, memang setelah Ron dan Ellenor resmi menikah, mereka langsung menempati rumah ini.

Furniture - furniture yang dahulu miliknya juga terlihat usang. Hati Hermione pun teriris kala menyadari tidak ada foto kedua anaknya. Kebanyakan, foto - foto yang dipajang di sini adalah foto Ellenor, Ron, dan Alex. Pantas saja Rose dan Hugo lebih nyaman di manor sekarang.

"Aunty Monee!!", seru Alex kala melihat Hermione.

Alex pun meninggalkan mainannya begitu saja lalu berlari ke arah Hermione. Ia pun merentangkan tangannya untuk memeluk aunty nya itu. Dengan senang hati, Hermione berlutut lalu merentangkan tangannya juga.

Hap...

Seketika, Alex berada di pelukan Hermione. Alex memeluk Hermione dengan erat. Begitu juga dengan Hermione, ia memeluk Alex tak kalah erat.

"Aunty, apa Lyla ikut?", tanyanya.

Hermione pun melepaskan pelukan mereka dan berkata, "Maaf sayang, aunty tidak mengajaknya. Ia sedang bermain di manor."

Alex pun memanyunkan bibirnya lalu memasang ekspresi ceria dengan cepat. "Baitlah. Aku atan menhampilinya di manol nanti.", ucap Alex.

"Lyra akan senang bermain dengan mu.", ucap Hermione lalu tersenyum manis lalu diangguki oleh Alex.

"Ya sudah, aku ingin bertemu dengan Rose dulu di kamarnya.", ucap Hermione.

"Baitlah, bye aunty.", ucap Alex.

Hermione pun mengusap kepala Alex lalu berlalu menuju kamar Rose yang berada di lantai 2. Selama ia berjalan menuju kamar Rose, Hermione sama sekali tidak bertemu dengan Ellenor. Kemana dia?

Tak lama kemudian, Hermione sampai di depan pintu yang berwarna pink muda itu. Hermione pun mengetuk pintu itu.

Tok... tok... tok...

"Rose, ini Mummy nak. Boleh aku masuk?", ucap Hermione.

Beberapa detik kemudian, pintu pink muda itu pun terbuka dan menapakkan Rose yang begitu mengerikan.

Rambut merahnya benar - benar tak beraturan. Hidung dan matanya merah, ditambah dengan kantung mata yang mulai menghitam di bawah matanya. Belum lagi di pipinya seperti ada jejak air mata. Hal itu membuat Hermione terkejut dengan penampilan Rose yang berantakan.

"Rose, ada apa?", tanya Hermione terkejut lalu menutup mulutnya.

"Silahkan masuk, Mum.", ucap Rose lemah lalu menarik tubuh Hermione lembut agar masuk ke dalam kamarnya. Setelah itu, ia pun menutup kembali pintu kamarnya.

"Apa yang sebenarnya terjadi, sayang? Mengapa kau seperti ini?", tanya Hermione panik sambil menangkup wajah Rose.

Rose menggeleng lemah kemudian menangis lagi. Dengan cepat, Hermione mendekap erat putri sulungnya itu. Ia mengusap punggung Rose dengan lembut dan membiarkan anaknya menangis dipelukannya.

Selama Rose memeluk Hermione, Hermione sama sekali tidak mengeluarkan pertanyaan - pertanyaan terkait dengan masalahnya. Hermione takut Rose akan semakin sedih. Jadi, ia membiarkan Rose tenang terlebih dulu baru bertanya.

Beberapa menit kemudian, Rose pun melepaskan pelukan mereka. Dengan cekatan, Hermione membantu anaknya itu untuk menghapus air matanya.

"Sudahlah sayang. Mummy di sini, jangan sakiti dirimu sendiri. Untuk menghibur mu, bagaimana kita keluar bersama? Kau mau ke mana? Ke perpustakaan, salon, festival, atau teater?", ucap Hermione mencoba menghibur Rose sambil mengusap lengan anaknya itu.

"Entahlah, Mum.", jawab Rose.

"Ayolah sayang. Kau harus menghibur diri mu dahulu. Kau tidak bisa berlama - lama seperti ini dan jangan mengelak lagi jika aku menanyakan sesuatu.", ucap Hermione memberi peringatan.

"Aku memaksa.", lanjut Hermione kala Rose tak kunjung menjawab.

"Baiklah, baik. Aku ingin pergi ke teater saja, Mum. Sepertinya menyenangkan.", jawab Rose menyerah.

"Ya sudah, ayo kita perbaiki penampilan mu.", ucap Hermione.

Rose pun mengangguk setuju. Rose mengganti bajunya yang menyemprotkan parfume ke tubuhnya. Setelah itu, Hermione pun menyisir dengan lembut rambut Rose yang sama keritingnya dengan rambut Hermione. Terakhir, Hermione menyamarkan mata sembab Rose dengan make up yang Rose punya.

"Kalau kau cantik seperti ini 'kan Brutus jadi semakin cinta dengan mu.", ucap Hermione menatap wajah Rose.

Rose pun hanya mengangguk dan tersenyum simpul sebagai jawaban. Andai ibunya tahu.

"Ya sudah, ayo kita keluar. Lupakanlah sejenak masalah mu.", ucap Hermione.

Rose pun mengangguk lagi lalu memeluk ibunya erat. "Apa yang akan aku lakukan tanpa mu, Mum?", kata Rose.

"Aku ibumu, sayang. Sudah sepatutnya aku menjaga, menghibur, dan membantu mu. Satu lagi, karena aku mencintai mu, nak.", jawab Hermione lembut.

Rose mengeratkan pelukannya dan berkata, "Aku juga mencintai mu, Mum. Sangat mencintai mu."
...

"Pfftt... hahahahaha...", tawa Draco menggelegar lagi di telinga Scorpius.

Kini, mereka sedang berjalan memasuki halaman manor. Scorpius kesal karena sendari tadi ayahnya tak berhenti tertawa. Ya, ini karena dirinya juga sih. Scorpie lupa mengeluarkan foto Lily dari dompetnya, alhasil ayahnya melihat dan beranggapan jika Scorpie masih mengharapkan Lily. Memang benar sih.

"Dad... hentikan. Aku sudah muak sekali.", ucap Scorpie.

"Hahahaha... apa kau melihat wajahmu tadi? Kau sangat konyol, Scorp. Hahahaha...", ucap Draco.

Dengan kesal, Scorpie pun berjalan dengan cepat sehingga mendahului ayahnya. Sedangkan Draco, ia tak berhenti tertawa.

Hingga akhirnya, mereka masuk ke dalam manor dan Scorpie menemukan kakek-neneknya sedang bermain dengan Lyra yang sedang menyisir bulu Willow.

"Hahahahaha...", gelak tawa Draco membuat bingung mereka.

"Dad, hentikan.", ucap Scorpie menyerah.

"Ada apa ini?", tanya Narcissa bingung.

"Hahahahahaha...", oke, sekarang Draco menjadi seperti orang gila.

Narcissa pun menatap suaminya yang di rambutnya penuh dengan jepitan pita berwarna pink di rambut depannya. Itu adalah pekerjaan Lyra. Lucius pun juga menatap istrinya bingung.

"Tadi... tadi Scorpie... pffttt... hahahahaha..."

Scorpie pun memutar bola matanya malas. Ia menyesal mengapa tak pergi dengan ibunya saja. Setidaknya Hermione sangat lebih waras dibanding Draco.

"Daddy tenapa? Apa yan lucu?", tanya Lyra bingung.

"Sepertinya otak Daddy terjatuh di jalan.", jawab Scorpie malas.

"Eman otak bita jatuh?", tanya Lyra dengan polosnya.

Kini, gantian Lucius yang menyemburkan tawanya. Scorpie menatap malas kakeknya itu. Belum selesai Daddy nya tertawa, kini malah berganti kakeknya.

"Tentu saja tidak, sayang. Scorpie hanya bercanda.", jawab Narcissa sambil mengusap kapala Lyra lembut.

Well setidaknya selain ibunya, nenek Scorpie juga masih waras.

Tawa Draco pun semakin menggila, bahkan kini ia mendorong bahu Scorpius hingga dirinya terjungkal. Untung saja Scorpie tak jatuh.

"Hentikan, Dad! Grandmother, dimana Mummy? Aku bisa gila di sini.", ucap Scorpie sambil mengacak - acak rambutnya.

"Mum mu sedang pergi ke kediaman Ron Weasley.", jawab Narcissa.

Kini, Draco yang tadinya tertawa terbahak sekarang langsung diam mendengar ucapan ibunya. Bahkan, ia sudah memasang wajah konyolnya.

"Wajah mu, Dad. Pfttt... hahahahah—"

"Hap...", tawa Scorpie terhenti saat tangan Draco mencubit bibir Scorpie dan menahan cubitannya. *yang kyk pak polisi itu lohhh*

"Apa?", tanya Draco tak percaya.

"Hermione pergi ke rumah Weasley.", ulang Narcissa dengan tenang.

"Ini tak bisa dibiarkan. Aku harus ke sana sekarang. Father, gantikan tangan ku ini pada bibir Scorpie.", ucap Draco.

Lucius pun mengangguk lalu mencubit bibir Scorpie. Sedangkan Scorpius, ia sudah pasrah dan menatap keduanya malas.

"Tenanglah, Son. Ia hanya pergi menemui Rose. Hermione ingin menyelesaikan masalahnya.", ucap Narcissa.

Scorpie yang sudah sangat malaspun melepaskan tangan kakeknya dari bibirnya lalu berkata, "Sebenarnya aku tahu masalahnya. Ia bercerita sendiri pada ku. Tetapi aku sudah berjanji untuk tidak menceritakannya pada siapapun."

"Well, bisa kau ceritakan pada kami? Lagi pula hari ini pasti Hermione mendesaknya untuk menceritakan masalahnya.", ucap Lucius.

"Baiklah..."
...

"Aku mengakhiri hubungan ku dengan Bruts.", jawab Rose menatap mata ibunya.

Hermione pun terkejut lalu menutup mulunya. Ia benar - benar tak menyangka hubungan anaknya akan berakhir. Setahu Hermione, meraka baik - baik saja dan terlihat mencintai satu sama lain.

"Mengapa, Rose? Bukankah beberapa minggu lalu ia mengajak mu pergi makan malam?", tanya Hermione tak percaya.

Rose menundukkan kepalanya dan berkata, "Hiks... ya, malam itu juga terakhir aku bertemu dengannya. Hiks... hiks... saat aku pulang ke rumah, ternyata Dad sudah berada di depan pintu dengan wajah yang tidak bersahabat. Hiks... hiks... hiks..."

"Padahal... padahal sebelumnya aku sudah meminta izin padanya... hiks... ia menarikku dengan paksa dari genggaman kami. Lalu... lalu... hiks...", ucap Rose tidak kuat meneruskannya.

Hermione yang berada di hadapan anaknya pun menggenggam tangan Rose dengan kuat. Ia ingin menyalurkan kekuatan - kekuatan yang ia punya ke tubuh anaknya ini.

Sepertinya Hermione mengetahui akar masalah putrinya ini. Ia benar - benar harus berbicara dengan Ron nanti.

flashback...

Brutus dan Rose masuk ke dalam pekarangan rumah dengan bergandengan tangan. Mereka terlihat bahagia sekali dengan Rose yang terus menciumi buket bunganya pemberian dari Brutus.

Mereka pun bertemu dengan Ron yang sudah menatap mereka dengan bengis.

"Rose Weasley! Masuk ke dalam rumah sekarang!", ucap Ron tajam.

Rose dan Brutus yang bingung pun saling menatap. Ada apa dengan Ron kali ini?

"Masuk!", ucap Ron kencang lalu menarik tangan Rose dengan paksa. Setelah itu, ia pun mengambil buket bunga itu dari tangan Rose lalu membuangnya ke tanah. Tak hanya itu, Ron pun langsung menginjak - injak bunga pemberian dari Brutus.

"Dad! Ada apa?! Mengapa kau bertindak seperti ini?", tanya Rose sedikit menggertak ayahnya.

"Sudah berani kau berbicara seperti itu di depan Dad! Pasti laki - laki tidak tahu diri ini yang mengajarimu!", jawab Ron menunjuk - tunjuk ke arah Brutus.

"Bukan Dad, Bruts adalah orang baik. Ia tak mengajari ku seperti itu.", jawab Rose.

"Ayahnya adalah seorang Death Eater Rose! Tak mungkin dia baik. Kau ini sama seperti ibu mu yang murahan itu! Sama bodohnya kalian berhubungan dengan mantan Death Eater!", ucap Ron berapi - api.

"Tetapi Bruts bukanlah Death Eater Dad! Bukankah seluruh masyarakat sihir sudah sepakat untuk melupakan kejadian masa lalu? Satu lagi, jangan sebut ibuku murahan! Yang seharusnya kau sebut murahan itu adalah wanita jalang mu!", ucap Rose marah.

PLAK

Ron menampar anaknya dengan keras. Ia benar - benar sudah berubah menjadi monster sekarang. Apa lagi yang Rose harapkan pada ayahnya yang sudah berubah total ini?

"Sir–"

"Stupefy!", tanpa basa - basi, Ron mengarahkan tongkatnya pada Brutus yang mencoba membela Rose.

"Bruts!!!", seru Rose dan menghampiri Brutus yang terkapar di halaman rumahnya.

Namun baru selangkah ia maju, tangan Rose ditarik oleh ayahnya dengan kencang.

"Sekali lagi kau berani menginjakan kaki kotormu di area rumah ku, aku tak akan segan - segan merapalkan mantra untuk mu! Camkan itu, Nott!", ucap Ron tajam.

Bruts pun mencoba untuk berdiri. Namun baru beberapa detik ia berdiri, Ron sudah merapalkan mantra lagi ke arahnya.

"Flipendo!"

Brutus kembali terpental lalu terjatuh. Rose yang melihat itu pun benar - benar ingin menghampiri kekasihnya. Namun apa daya, tenaga ayahnya lebih besar dibanding tenaganya.

"Itu untuk ibumu yang dahulu sering menghina ku.", ucap Ron lalu membawa Rose masuk ke dalam.

Sesampainya di dalam, Ron mengancam Rose agar tidak berdekatan lagi dengan Brutus. Bahkan ia berjanji tak akan tinggal diam jika Rose pergi menghampiri kekasihnya itu.

flashback off...

"Jadi seperti itu, Mum... hiks... aku tak menyangka Dad akan melakukan itu. Ia seperti kerasukan sihir hitam.", ucap Rose.

Hermione yang mendengar itu pun geram. Ia mengepalkan tangannya karena kesal. Namun, tangan yang lainnya menggenggam erat tangan Rose.

"Semakin bertambah umurnya, semakin bodoh juga rupanya. Aku akan berbicara dengannya emapat mata nanti.", ucap Hermione tegas.

"Pernah suatu ketika Bruts datang lagi ke rumah... hiks... hiks... kau tahu apa yang dilakukan Dad? Hiks... hiks... hiks... ia... ia merapalkan mantra sectumsempra pada tubuh Bruts. Hiks... tubuhnya berlumuran darah dan sekarat. Sedangkan aku... aku tak bisa berbuat apa pun, Mum. Aku hanya bisa menyaksikannya lewat jendala kamarku... hiks... untungnya Hugo bergerak cepat. Ia tahu Bruts diserang oleh Dad. Hugo langsung menghubungi keluarganya... hiks... hiks..."

"Semenjak itu aku memutuskan hubungan ku dengannya. Aku takut dirinya dalam bahaya lagi, Mum... hiks... hiks... hiks... aku sangat mencintainya.", sambung Rose tersedu - sedu.

"Ini sudah melanggar hukum! Aku akan menuntutnya sayang. Kau jangan khawatir. Mengapa kau baru menceritakan ini pada ku sekarang?", ucap Hermione lalu mendekap Rose dengan erat.

"Aku takut kandungan mu melemah lagi. Aku takut ini menjadi beban pikiran mu, Mum.", jawab Rose yang sudah lebih tenang.

"Tidak sayang. Aku ibu mu. Tempat untuk mu untuk menceritakan kesedihan mu. Aku akan selalu ada untuk mu, sayang. Aku, Dad Draco, Scorpie, Hugo, bahkan Grandmother dan Grandfater. Tidak baik jika kesedihan itu dipendam, Rose. Kau bisa berbagi kesedihan itu kepada kami. Kami akan memikirkan jalan keluarnya.", ucap Hermione lembut sambil mengusap rambut Rose.

"Baik, Mum. Terima kasih.", ucap Rose lalu mengeratkan pelukannya.

"Sama - sama, sayang. Lalu bagaimana keadaan Bruts sekarang?", tanya Hermione.

"Entahlah, Mum. Aku belum menjenguknya. Tetapi aku selalu bertanya dengan Scorpie atau Albus tentang keadaannya. Syukurnya, keadaannya sudah membaik.

"Syukurlah...", ucap Hermione lalu memikirkan sesuatu.
...

"Jadi seperti itu ceritanya.", ucap Scorpie.

"Penyerangan karena hal kecil bukankah itu melanggar hukum? Apalagi dengan mantra 'sectumsempra'.", ucap Lucius.

"Ya sepertinya begitu. Untung saja si Weasel itu adalah pahlawan perang. Pasti hukumannya akan lebih ringan dan akan susah untuk mendekam di azkaban lagi.", jawab Draco.

"Tidak ada orang yang mendekap di azkaban hanya karena 'sectumsempra', Drake.", sambar Narcissa.

"Ti Weatel tiapa, Dad?", tanya Lyra yang ternyata menyimak.

"Oh, bukan apa - apa sayang. Itu hewan.", jawab Narcissa lalu menatap tajam Draco.

Sedangkan Draco mengeluarkan cengiran khasnya dan menggaruk bagian kepalanya yang tidak gatal. Ia lupa kalau ada Lyra di sini. Semoga Hermione tidak tahu.

To be continued...

Jangan lupa kek biasa hehehe... sorry for typo ❤️❤️❤️

Seguir leyendo

También te gustarán

741K 69.5K 49
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...
91.5K 6.9K 47
cerita fiksi jangan dibawa kedunia nyata yaaa,jangan lupa vote
241K 19.4K 94
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
945K 77.4K 28
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...