Mereka pun masuk kedalam kamar. Lalu pelayan itu pamit untuk kembali ke ruang kerjanya.
"Kalau begitu saya pamit kembali keruangan saya, jika ada keperluan lain bisa panggil saja."
"Ah, baik."
Pelayan itu pun pergi. Shinra dan yang lainya pun beristirahat. Didalam kamar itu terdapat satu ruang tengah yang luar dan empat kamar yang memiliki kamar mandi di setiap kamar.
Keesokan harinya Shinra dan yang lainnya berkeliling desa Dwarf untuk melihat barang dan senjata yang mereka buat. Dengan mengenakan pakaian yang berbeda agar penduduk tidak heboh saat berpapasan atau melihat mereka. Shinra dan kelompoknya pun melihat salah satu toko yang menjual bermacam macam senjata. Shinra dan kelompoknya pun masuk ke toko.
*cring*
"Selamat datang."
Mereka langsung berpencar melihat lihat senjata. Dan Shinra mendatangi pemilik toko untuk bertanya.
"Paman, apakah disekitar sini ada penjual/toko ramuan?"
"Hmm, jika kau mencari ramuan ada di didekat sebuah restoran yang ada di timur desa, tetapi hatga ramuan disini cukup mahal karena kami membelinya dari kerajaan Eternal Fire kerajaan manusia."
"Oh, terima kasih Paman atas infonya."
Saat Pemilik mengamati Shinra dengan teliti pedagang itu menyadari kalau mereka adalah kelompok pahlawan.
"Tunggu apakah aku pernah melihatmu?"
"Ah, ku-kurasa tidak."
*Mengamati Shinra*
"Bentar, apakah kau Pahlawan Sejati yang kemarin datang kedesa kami?!"
Shinra langsung menutup mulut penjual itu.
"Ssstt, jangan keras keras."
Pedagang itu menganggungkan kepalanya. Dan Shinra melepas tangannya dari mulut penjual.
"Silahkan beli senjata yang kalian inginkan."
Mereka pun melihat lihat kemabli senjata yang ada di toko itu.
Shinra memohon untuk merahasiakan ini dari penduduk yang lain.
"Tolong rahasiakan kalau kami sedang berkeliling desa."
"Baik Tuan Pahlawan."
Mereka semua pun telah memutuskan senjata yang mereka beli.
Raptharia membeli pedang sihir dan pedang cadangan, Yuri-Chan membeli tongkat sihir, dan Mikasa membeli busur,anak panah sihir dan biasa, juga pedang.
"Eee, baik...lah berapa harga semuanya?'
"Tidak Tuan, untuk Tuan dan rekan Tuan semua ini Gratis."
"Tidak aku tidak bisa menerima itu. Berapa harganya?"
Kata Shinra dengan wajah yang serius.
"Ba-baiklah kalau itu keinginan Tuan, semuanya 10 koin emas."
Shinra mengambil uang di sakunya.
"Ini uangnya."
"Terima kasih Tuan."
Mereka pun keluar dari toko itu. Saat mereka sudah keluar Mikasa bingung kenapa Shinra menolak barang gratis.
"Hei, Shinra mengapa kau menolak saat semua barang ini digratiskan."
Shinra pun membalas pertanyaan Mikasa.
"Walaupun kita memiliki gelar yang baik diantara masyarakat, bukan berarti kita dapat merampas uang mereka dengan gelar itu."
Mikasa tersenyum mendengar kata kata Shinra dan bergumam.
"Mengapa saat melihat Shinra aku seperti melihat Kak Mizuki?"
Raptharia dan Yuri-Chan ikut tersenyum juga saat mendengar kat kata itu.
Setelah itu Mikasa kembali membalas perkataan Shinra.
"Lalu kenapa kau kemarin tidak menolak?"
*Gleek" menelan ludah
"Y-yaaa kemarin berbeda. Hei lihat ada penjual apel mau beli?"
Kata Shinra untuk mengubah topiknya.
"Yuri mau!!"
Jawab Yuri-Chan dengan semangat.
"Yosh mati kita beli!"
Shinra dan Yuri-Chan pergi menuju toko apel dan Mikasa hanya tersenyum.
Setelah membeli apel. Raptharia bertanya kepada Shinra kemana tujuan mereka selanjutnya.
"Tuan kemana kita selanjutnya?"
"Hmm, kurasa kita akan pergi ketambang yang ada di desa ini."
Lalu Mikasa juga bertanya.
"Apa yang kau cari disana?"
"Tentu saja batuan sihir dan beberapa material yang lain untuk memperkuat senjata ku."
Mereka pun pergi menuju pertambangan yang pernah mereka selamatkan dari moster besar dulu.
Sesampainya di sana Shinra terkejut karena banyak penjagaan di sekitar tambang.
"Apakah aku boleh kesini?"
Gumam Shinra.
Salah satu penjaga meneriaki Shinra dan kelompoknya.
"Hei!! Kalian disini mau ngapain?!?"
Penjaga itu pun menghampiri mereka.
"Aaa... Kami ingin mencari beberapa batuan yang ada di tambang ini."
"Siapa kalian? Apakah kalian punya ijin mengambil batuan disini?"
"Tentu saja kami punya."
Shinra mengeluarkan sebuah kertas yang bertuliskan ijin mengambil material ditambang ini. Raptharia kebingungan sejak kapan dia mendaptkan ijin itu.
"Tuan sejak kapan Tuan mendapat ijin itu?"
Bisik Raptharia.
"Saat aku akan meninggalkan kalian, kepala desa memberikan ini."
"Ohh.."
Penjaga itu mengecek keaslian surat ini.
"Baiklah kalian bisa mengambil batuan disini tetapi berhati hatilah didalam tambang ada moster yang berkeliaran."
"Baiklah."
Shinra dan kawan kawannya pergi masuk tambang. Saat mereka sudah pergi penjaga itu merasa kalau dia pernah melihat mereka.
"Sepertinay aku pernah melihat nereka Tapi dimana ya?"
Penjaga itu pun kembali ketempatnya sambil mengingat ingat siapa mereka.
Hinta dan kawan kawannya pun masuk kedalam tambang. Setelah beberapa saat Shinra dan kawan kawannya masuk mereka bertemu dengan moster.
Raptharia dan Yuri-Chan langsung maju menterang mereka.
*CRING* *SLASH* *CROT*
Moster itu pun langsung kalah. Dan Shinra mendapatsebuah ide.
"Oh benar juga, tempat ini cock untuk kalian latihan."
"Latihan?"
"Ya kalian dapat melawan moster disekitar sini untuk latihan dan mencari beberapa batuan."
Mikasa pun setuju.
"Hmm. Benar juga dengan begini kita bisa mendapat dua hasil dalam sekali waktu."
"Benar."
Raptharia dan Yuri-Chan pun setuju.
"Em."
"Benar Tuan."
"Baiklah mari kita lanjutkan perjalanan."
"Oke."
"Baik kak."
"Baik Tuan."
Mereka pun mengalahkan banyak moster dari moster terendah sampai menengah dan mereka juga mengumpulkan banyak batuan shir juga material lain. Setelah satu hari berlalu di dalam tambang, dan batuan yang mereka kumpylkan sudah satu karung beras penuh Shinra menyarankan untuk kembali.
"Spertinya batuan yang ku butuhkan sudah lebih dari cukup bagaimana kalau kita sudahi saja dan kembali ke desa?"
Kata Shinra sambil membawa karung beras berisi batuan yang bermacam macam.
"Baiklah."
"Oke."
"Baik Kak."
Mereka semua setuju dan kembali ke permukaan, sesampaijnya di permukaan Shinra dan kawan kawannya mendengar sebuah teriakan dari penjaga.
*TING* *TING*
"Moster besar datang!! Moster Besar datang!!"
Kata penjaga sambil membunyikan lonceng.
Semua orang pun berlari menuju desa. Sedangkan Shinra dan kawan kawannya mengahampiri tembok pelindung. Shinra pun bertanya kepada para penjaga.
"Moster besar apa yang datang?"
"Minotaur. Dan jumlahnya lumayan banyak."
"Raptharia coba lihat seberapa banyak jumlahnya."
"Baik Tuan."
SKILL : LONG DISTANCE VISION
Dengan mengunakan penlihatan jarak jauh milik Raptharia mereka dapat melihat formasi, gerakan, dan jumlah pasti.
"Jumalahnya ada 20, terbagi menjadi dua kelompok,dan mereka bersenjata."
Penjaga itu terkejut karena mereka bukan anggota militer yang menjaga perbatasan.
"Tunggu, siapa kalian? Mengapa kalian kemari? Sebaiknya kalian segera mengungsi!"
"Kami adalah petualang dan kami akan membanyu sebisa kami."
"Baiklah terima kasih."
Saat semua penjaga menyiapkan diri. Shinra dan kawan kawannya menyusun satrategi untuk mengalahkan para minotaur dengan cepat dan efisien.
"Baiklah, pertama Yuri-Chan bersiaplah menggunakan sihir yang dapat memperlambat mereka."
"Baik Kak."
"Mikasa gunakan serakan sihir jarak dekat."
"Oke."
"Terakhir Raptharia gunakan sihir ilusi pada dirimu dan Mikasa apakah biasa?"
"Bisa Tuan."
"Baiklah mari kita berisap!!"
"Baik!!"