MARIPOSA 2

By Luluk_HF

24.1M 1.8M 1M

Mariposa kini selalu bersamanya. Mariposa selalu memencarkan keindahannya. Namun, sampai kapan Mariposa selal... More

MARIPOSA IS BACK
PROLOG
1 - HEI
2 - Gadis Manja dan Sapinya
3 - Hangat dan Nyaman
4 - Harapan
5 - Permintaan dan Janji
6 - Selamat Ulang Tahun Natasha
7 - SI MAI
8 - Good Night
9 - The Kiss
10 - Area cowok
10 - Area Cowok
11 - Kejujuran
12 - Siara
13 - Hadiah dari Acha
14 - Bisa nggak?
15 - Insiden 402
16 - Kepercayaan
17 - TERUS!
18 - Dekati Musuh
19 - Ketakutan
20 - Bidadari yang malu
21 - Camping
22 - Know?
23 - Jangan pernah berubah
24 - Sepucuk surat
25 - Acha dan Kotak Merah Muda
26 - Sang Pelaku
27 - Dibalik Sang Pelaku
28 - Selamat Malam
29 - Kebohongan kecil
30 - Terbongkar
31 - Kekecewaan
32 - Cewek itu lagi
33 - Dilarang
34 - Nggak bisa!
35 - Perempuan itu
36 - Gejolak emosi
37 - Your wish
38 - Tuan putri
39 - Bukti
40 - Bucin
41 - Bahagiaku sederhana
KABAR BAIK BUAT PEMBACA
42 - Jangan takut
43 - Deep Talk
44 - The Bone
45 - Pemilik dompet
46 - Everything's gonna be ok
47 - Kehangatan
48 - Happiness
49 - Teman kecil
50 - Kedatangan tak terduga
51 - Unexpected
52 - Her smile
53 - IF
55 - Khawatir
56 - Little different
57 - The Cake
58 - The Beginning
59 - Pertemuan
60 - The Question
61 - What's Wrong?
62 - The bad view
63 - Thank you
MARIPOSA 2
TERIMA KASIH (EPILOG MARIPOSA 2)

54 - The want

134K 19.1K 10.8K
By Luluk_HF


Assalamualaikum teman-teman semua. Bagaimana kabarnya hari ini? Semoga sehat selalu yaa ^^ 

Aku ucapin banyak terima kasih buat teman-teman semua yang udah antusias banget dari kemarin buat nunggu Update Mariposa 2 bahkan demo berjamaah di Instagramku. Aku bener-bener terharu dan excited banget sama euforia kalian semua. Makasih banyaak yaaa ^^ 

Dan, sebagai hadiahnya untuk teman-teman semua yang semangatnya luar biasa buat baca Mariposa 2 part 54. Hari ini aku update Mariposa 2 part 54 buat kalian semua ^^

Siapa yang sudah nggak sabar baca? Tunjukan emoji Sapi kalian ^^

Oh ya teman-teman semua, sebelumnya aku juga mau promosikan Novel SEMESTA karya RATNA yang baru saja Pre-ORDER hari ini loh. Buat teman-teman yang tertarik untuk beli. Yuk langsung saja beli Novel SEMESTA sekarang juga. 

Dijamin ceritanya bakalan bikin baper teman-temaan semua. Dan, nama tokohnya juga unik-unik semua yang merupakan bagian dari SEMESTA. Ada, Bintang, Angkasa, Meteor, Nebula, Bumi, Bulan dan lainnya ^^ 

Bonusnya lucu-lucu banget dan gemesin bangeettt ^^ 

Kalian bisa langsung beli di Toko buku online : Novely.young, bumifiksi.jakarta dan melstorebook (ini bisa COD) 

Kalau kalian penasaran dan tertarik ingin baca dulu awal ceritaa SEMESTA bisa langsung ke wattpad : hfcreations yaa ^^ 

DAN SELAMAT MEMBACA MARIPOSA 2 ^^

***

"Sepertinya akan terjawab, dia marah atau tidak."

*****

Acha berdeham pelan, menyadarkan dirinya saat itu, begitu juga dengan Iqbal. Cowok itu langsung menaruh kembali piring di tangannya.

Acha berdiri dengan sangat canggung, jujur banyak sekali yang ingin Acha tanyakan, banyak sekali yang ingin Acha ketahui.

Siapa cewek itu? Kenapa cewek itu bisa bersama Iqbal? Apa yang mereka lakukan berdua? Dan, berbagai macam pertanyaan lainnya.

Namun, Acha berusaha menahan diri. Jujur, semua gejolak emosi yang bercampur aduk menjalar di seluruh tubuhnya saat ini sedikit membuatnya ingin muntah. Bahkan, tanpa Acha sadari kedua tangannya sudah terkepal kuat.

"Kenapa tiba-tiba kesini?"

Bodoh! Dari sejuta pertanyaan yang bisa Iqbal pikirkan, kenapa malah pertanyaan itu yang keluar dari bibir Iqbal. Dan, Iqbal sangat menyesalinya, ia merutuki kebodohananya sendiri.

Iqbal memberanikan diri untuk mendekati Acha.

"Kenapa nggak kabarin kalau mau datang?" tanya Iqbal lebih lembut.

"Acha bawa kue buat Iqbal," jawab Acha dengan suara sedikit pelan.

Acha menyodorkan paper bag tersebut ke Iqbal, tangan Acha sedikit gemetar. Sedangkan Iqbal berusaha untuk memaksakan senyumnya, berjalan lebih dekat. Iqbal menerima paper bag tersebut, kemudian membelai puncak kepala Acha pelan.

"Makasih," balas Iqbal. Tanganya menurun, meraih tangan jemari Acha dan mengenggamnya erat, yang dimaksudkan oleh Iqbal agar Acha bisa mempercayainya.

Dan benar saja, genggaman tangan Iqbal berhasil membuat rasa gugup yang sedari tadi menguncang emosi Acha, perlahan bisa meredah.

"Ayo masuk," ajak Iqbal hangat.

Acha tak bisa menjawab apapun selain mengangguk, ia menyetujui begitu saja. Jujur, di situasi seperti sekarang, Acha tidak tau harus berbuat apa. Pikirannya mendadak kosong.

Marah? Tentu saja ingin.

Sedih? Tentu saja ada.

Kecewa? Tentu saja terbesit juga.

Tapi, bagaimana Acha harus mengekspresikannya sekarang? Sedangkan perasaan terkejut dan bingungnya nya masih terlalu mendominasi pikirannya.

Acha benar-benar tidak tau. Sumpah!! Acha tidak bisa berpikir apapun saat ini terkecuali ingin mendengar penjelasan Iqbal.

Entah kenapa, kalimat yang pernah Iqbal ucapkan dulu kepadanya mendadak terputar terus di pikiran Acha.

"Selalu percaya sama gue ya. Kalau ada apa-apa selalu bilang atau tanya ke gue dulu, jangan pernah menyimpulkan apapun yang hanya lo dengar ataupun lihat."

Yah, Hati Acha sekarang sedang meyakini bahwa pasti ada alasan kenapa Iqbal bisa bersama cewek lain di dalam Apartmennya dan kenapa Iqbal bisa membawa cewek itu ke Apartmennya.

*****

Acha duduk di sofa,keadaan di dalam Apartmen Iqbal mendadak canggung bercampur tegang. Acha melirik ke cewek yang masih duduk di meja makan, cewek itu pun sedang menatap ke Acha dengan tatapan sangat tenang, bahkan susah bagi Acha untuk membaca arti tatapan itu.

Berbeda dengan Acha yang merasa gugup dan sedikit tidak nyaman.

"Mau minum?" tanya Iqbal yang masih berdiri di hadapan Acha.

Acha mendongakkan kepalanya, menatap Iqbal. Kemudian, Acha menggeleng.

"Nggak Iqbal."

Siapa yang nafsu minum atau makan jika melihat pacarnya dengan cewek lain di Apartmennya? Yang benar saja! Acha mulai merasakan emosinya kembali bergejolak. Iqbal terlalu mengulur waktu untuk menjelaskan.

Namun, Iqbal sendiri sedang sibuk mencari timing di kepalanya, mencari menit yang pas untuk menjelaskan ke sang pacar. Dan, Iqbal sudah bisa membaca gerak-gerik Acha, gadis itu mulai tidak nyaman dan butuh penjelasan.

Iqbal menghela napas panjang.

"Cha, kenalin dia Biya. Teman kecil gue, Rian dan Glen."

Akhirnya pernyataan itu keluar dari bibir Iqbal. Cowok itu memberanikan diri untuk memperkenalkan Acha dengan Biya.

Baik Acha dan Biya saat ini kembali saling bertatapan.

"Gue Biya, gue cuma numpang makan disini. Habis ini gue balik," ucap Biya menyapa Acha dengan sikap tenangnya.

Acha tak berekasi apapun dan hanya mengangguk singkat. Sedangkan, Biya yang sudah bisa merasakan ketegangan lebih di Apartmen Iqbal memilih untuk segera berdiri.

"Gue balik dulu," pamit Biya.

Iqbal mengangguk, mengiyakan.

"Nanti malam Rian dan Glen datang kesana," ucap Iqbal memberitahu.

"Oke."

Biya pun segera berjalan ke arah pintu Apartmen Iqbal dan keluar, meninggalkan Iqbal dan Acha berdua dengan keadaan yang cukup canggung dan menegangkan.

*****

Setelah kepergian Biya, Iqbal kembali menatap Acha yang hanya diam dengan pandangan kosong ke lantai. Iqbal yakin, pasti banyak yang ingin Acha tau dan dengar, tapi gadis itu tidak berani untuk bertanya.

Perlahan Iqbal menurunkan tubuhnya, berjongkok di depan Acha.

"Hei," panggil Iqbal hangat.

Iqbal meraih tangan kanan Acha, menggenggamnya. Acha sedikit tersentak, mau tak mau ia langsung menatap balik Iqbal.

"Kenapa diam?" tanya Iqbal dengan senyum tipisnya.

Acha menggeleng lagi, membuat Iqbal tambah gemas dengan tingkah Acha saat ini.

"Nggak ada yang mau ditanyain?" tanya Iqbal lagi.

"Hah?" bingung Acha seketika itu.

"Tanya aja, gue akan jawab jujur," ucap Iqbal sungguh-sungguh.

Acha terdiam sesaat, mengigit bibir bawahnya. Ia sedang mempertimbangkan keraguannya untuk bertanya kepada Iqbal.

"Nggak apa-apa Acha tanya?"

"Nggak apa-apa."

"Beneran di jawab jujur?"

"Pasti.

Acha menghela napas pelan, bersiap untuk melemparkan pertanyaan kepada sang pacar.

"Siapa dia?"

Iqbal kembali tersenyum, sudah yakin pertanyaan ini yang akan pertama kalinya diajukan Acha kepadanya.

"Namanya Biya. Dia teman kecil gue, Rian dan Glen. Dulu dia..."

Iqbal menjelaskan semuanya, dari awal hingga akhir tanpa ada yang di tutup-tutupi. Bagaimana ia bisa berteman dengan Biya, bagaimana ia ketemu kembali dengan Biya dan kisah hidup menyedihkan Biya.

Iqbal menceritakan semuanya.

"Gue, Rian dan Glen hanya berniat membantu sampai dia ketemu Mamanya."

Acha akhirnya paham, rasa khawatirnya perlahan mereda setelah mendengar penjelasan Iqbal.

Acha bersiap melemparkan pertanyaan selanjutnya.

"Kenapa Iqbal hanya berdua tadi sama Biya?"

"Di Apartmennya nggak ada makanan, maka-nya gue ajak kesini buat makan," jawab Iqbal.

"Cuma makan?" tanya Acha hati-hati.

Iqbal mengerutkan keningnya dengan kepala sedikit miring.

"Emang mau ngapain lagi?" tanya Iqbal balik.

Acha menggeleng kecil. Kali ini sedikit tidak puas dengan jawaban Iqbal. Dan, Iqbal berhasil menangkap itu lebih cepat.

"Cha, lo ngira gue selingkuh?"

Skak Mat! Pertanyaan tersebut berhasil menyudutkan Acha. Karena memang hal itu yang sedikit mengganggu Acha. Dengan cepat Acha segera membuang pandangnya ke arah lain, tidak berani menjawab.

"Acha," panggil Iqbal kembali.

Acha tak berani menatap Iqbal dan tetap bungkam. Acha merasakan kedua matanya mulai memanas. Ia seperti orang bodoh saat ini. Dia merasa bodoh karena telah meragukan Iqbal.

Tapi, nyatanya keraguan itu muncul karena Acha tau sifat dingin Iqbal. Cowok itu tidak pernah membawa cewek lain ke Apartmennya bahkan hanya berdua saja.

Dan ketika hal itu benar-benar terjadi di depan mata Acha, membuat Acha seketika ragu dan Acha tidak suka.

Acha memang kasihan dengan Biya, tapi entah kenapa Acha tidak bisa sepenuhnya bersimpati. Ada perasaan takut dalam diri Acha, apalagi melihat interaksi Iqbal dan Biya yang terlihat santai dan akrab.

Acha tiba-tiba jadi teringat dengan Sia, gadis yang menyukai Iqbal namun Acha sama sekali tidak khawatir dan tidak mempermasalahkannya.

Berbeda dengan sekarang. Acha merasa sikap Iqbal sangat berbeda ketika dengan Biya dan Sia. Padahal keduanya sama-sama hampir di situasi yang butuh simpati orang lain.

Jujur, Acha belum bisa memberikan simpati kepada Biya, seperti halnya dia simpati kepada Sia.

"Natasha," panggil Iqbal kembali.

Acha menghela napas berat, kepalanya perlahan tertunduk.

"Maaf Iqbal."

Hanya itu yang bisa Acha ucapkan, ia merasa bersalah. Acha merasa dirinya ternyata belum sepenuhnya menjadi gadis dewasa dan pengertian ke Iqbal.

Iqbal sedikit terkejut melihat kedua bahu Acha mulai gemetar. Padahal Iqbal mengerti dan mewajarkan, jika Acha punya pikiran seperti itu.

Cewek mana yang tidak akan langsung berpikir negatif ketika pacarnya hanya berduaan dengan cewek lain.

"Maaf untuk apa?" tanya Iqbal balik, tak tega melihat Acha merasa bersalah.

Acha tak menjawab, masih memilih tertunduk.

"Lihat gue, Cha," pinta Iqbal.

Perlahan Iqbal menyentuh dagu Acha, mengangkatnya. Dan, benar seperti dugaan Iqbal, kedua mata Acha sudah berkaca-kaca.

Iqbal pun segera berdiri, duduk disamping Acha. Iqbal menarik tubuh Acha ke dalam pelukannya dengan erat.

"Kenapa?" bisik Iqbal lembut.

Acha menyenderkan kepalanya di dada Iqbal dan segera menghapus genangan air matanya yang ingin turun dari pelupuknya.

Acha meremas-remas jemarinya, gugup.

"Masih nggak mau ngomong?" tanya Iqbal berusaha untuk sabar.

"Mau," jawab Acha dengan bibir maju mundur seperti anak kecil.

"Yaudah, kenapa?"

Acha menghela napas panjang sebelum akhirnya memberanikan untuk bersuara kembali.

"Acha minta maaf karena ada kepikiran Iqbal selingkuh tadi," ungkap Acha lirih. "Acha percaya kok sama Iqbal, tapi kan Acha kaget banget, pikiran Acha tiba-tiba kosong," perjelas Acha.

Iqbal tersenyum kecil, mempererat pelukannya, dugaannya terjawab dengan benar.

"Nggak apa-apa Cha, wajar lo berpikir seperti itu."

"Maaf Iqbal."

"Gue yang salah, harusnya gue kenalin lo dengan Biya lebih awal," sesal Iqbal. "Udah, jangan minta maaf lagi."

Acha menganggukkan kepalanya, menurut.

"Selalu percaya sama gue ya, Cha. Gue nggak akan pernah selingkuh," janji Iqbal sungguh-sungguh.

Acha kembali mengangguk.

"Iya Iqbal. Acha selalu berusaha percaya sama Iqbal."

Iqbal tersenyum lega, ia melepaskan pelukannya, menegakkan tubuh Acha dan menghadapkannya ke dirinya. Iqbal dapat melihat kedua mata Acha tidak berkaca-kaca lagi. Meskipun, gadisnya masih sedikit cemberut.

Iqbal membelai pelan pipi kanan Acha.

"Pacar aku nggak marah, kan?" tanya Iqbal hangat.

Acha merasakan kedua pipinya langsung memanas saat itu juga, jantungnya mendadak berdetak sangat cepat.

"Tadi pengin banget marah, tapi sekarang nggak bisa Iqbal," jawab Acha dengan lugunya. Jujur, bukannya Acha nggak bisa marah atau nggak bisa meluapkannya, Acha hanya berusaha menahannya karena ia sedang memprioritaskan logikanya dibandingkan perasaannya!

"Kenapa nggak bisa?" goda Iqbal.

"Nggak tau. Mungkin karena Acha sayang banget sama Iqbal dan percaya sama Iqbal."

Senyum Iqbal melebar, tangannya beralih membelai ke puncak rambut Acha.

"Makasih karena udah nggak marah dan percaya."

Acha meraih tangan Iqbal di atas puncak kepalanya, mengenggamnya dan menurunkannya.

"Makasih aja?" tanya Acha menantang.

Iqbal tertegun sesaat.

"Maunya apa?"

Acha berpikir cepat, ia butuh sesuatu ide untuk melampiaskan emosinya yang tertahankan dan ingin memberikan Iqbal hukuman!

"Bilang ke sahabat-sahabat Iqbal kalau Iqbal sayang banget sama Acha dan nggak akan selingkuhin Acha," seru Acha menuntut. "Biar mereka juga jadi saksi janji Iqbal ke Acha."

Iqbal terdiam sejenak, mencerna baik-baik ucapan Acha barusan. Iqbal dan Acha saling bertatapan cukup lama.

"Iqbal nggak mau?" tanya Acha lagi karena sang pacar masih diam.

"Mau," jawab Iqbal lebih cepat.

Acha menahan senyumnya, berpura-pura masih cemberut.

"Yaudah, cepetan bilang ke sahabat-sahabat Iqbal."

Kedua mata Iqbal membulat, mendadak seperti orang bingung.

"Sekarang?"

"Iya sekarang."

Acha meraih ponsel Iqbal yang sedari tadi ada di atas meja, Acha menyerahkannya ke Iqbal sebagai isyarat.

Iqbal menghela napas panjang, menguatkan mental dan hatinya untuk beberapa detik. Kemudian, ia menerima ponselnya.

Iqbal membuka group chat-nya yang bernamakan "GENG MULTINASIONAL". Iqbal meneguk ludahnya sebentar, kerongkongannya menadak kering.

Iqbal menatap Acha sebentar, gadis itu terus menatapnya. Iqbal kembali menatap layar ponselnya, lalu menekan tombol voice note.

"Gue sayang banget sama Acha dan gue janji nggak akan pernah selingkuhin dia."

Dengan keberanian tingkat dewa dan kebesaran hati tingkat dunia, Iqbal mengirimkan voice note tersebut ke groupnya.

Acha tak bisa lagi menahan senyumnya, ia sangat puas sekaligus senang. Acha menjulurkan tangannya, kini gantian dia yang membelai puncak rambut Iqbal.

"Pacar baik."

Iqbal mau tak mau ikut tersenyum karena pujian Acha dan juga semakin lega melihat Acha sudah mau tersenyum.

Meskipun Iqbal yakin, setelah ini pasti dia akan di hujat dan di umpati habis-habisan oleh Rian dan Glen. Mungkin sampai akhir hayatnya kedua sahabatnya itu akan terus menerus membahas voice note tersebut.

Tapi, Iqbal berusaha tidak apa-apa, demi Acha dia rela melakukannya. Yah, cinta memang bisa merubah apapun, termasuk dinginnya pangeran kulkas satu ini.

"Sini," pinta Iqbal, menarik tubuh Acha agar lebih mendekat ke dirinya.

Acha mengangguk menurut, ia melingkarkan kedua tangannya ke tubuh Iqbal, memeluk cowok itu dengan erat.

"Cium kening boleh, kan?" bisik Iqbal menggoda Acha.

"Kenapa selalu tanya dulu, kan Acha malu banget," rajuk Acha merasakan dua pipinya kembali memanas.

"Kan, itu tujuannya," akuh Iqbal.

"Dasar!!"

Iqbal memiringkan kepalanya, ingin bisa melihat jelas wajah Acha.

"Dasar apa?"

"Dasar tukang bucin!" ledek Acha.

"Biarin," balas Iqbal santai.

Acha terkejut mendengarnya.

"Iqbal nggak apa-apa di katain tukang bucin?"

Iqbal menggeleng cepat.

"Nggak apa-apa."

Acha langsung senyum-senyum sendiri, hatinya pun berbunga-bunga mendengarnya. Acha menepuk-nepuk pipi Iqbal dengan gemas.

"Bucinya sama Acha aja ya, jangan yang lain."

"Iya."

"Iya apa?"

"Iya Natasha."

Acha mengangguk-angguk seperti anak kecil, puas mendengar jawaban Iqbal.

"Yaudah, cepetan," lanjut Iqbal.

Acha mengerutkan kening bingung.

"Apa?"

"Tutup mata," suruh Iqbal.

"Kenapa harus tutup mata?" tanya Acha masih tak paham.

"Mau cium kening."

"Emang cium kening harus pakai tutup mata dulu?" protes Acha sedikit heran. Toh, memang akhir-akhir ini, jika Iqbal mencium keningnya tak pernah menyuruhnya tutup mata.

Iqbal berdeham pelan, kemudian mendekatkan wajahnya ke telinga Acha.

"Siapa tau aja nanti cium yang lainnya."

Kedua mata Acha langsung terbuka lebar dengan tubuh mendadak membeku. Acha langsung memberikan lirikan tak percaya ke Iqbal. Sedangkan, cowok itu sudah senyum-senyum puas karena berhasil menggodanya.

"Iqbal nggak boleh nakal!" gemas Acha, ingin melepaskan tubuhnya dari Iqbal, namun Iqbal lebih kuat menahan tubuh Acha agar tak kemana-mana.

Iqbal hanya terkekeh pelan, tak membalas ucapan Acha. Perlahan, Iqbal kembali mendekatkan wajahnya, dan kali ini dia benar-benar mencium kening Acha dengan lembut.

Acha sedikit kaget, namun senyumnya pun mengembang saat hangatnya bibir Iqbal terasa di keningnya, hingga menjalar hebat di sekujur tubuhnya.

Acha menahan jantungnya untuk tidak berdetak lebih cepat lagi.

Acha merasa sangat bahagia karena Iqbal selalu menjadi pacar yang jujur dan selalu membuatnya bahagia. Meskipun, masih ada sisa-sisa ke-khawatiran di dalam hati Acha.

Namun, Acha terus berusaha untuk lebih percaya dengan Iqbal.

"Iqbal," panggil Acha sengaja di lirihkan setelah Iqbal melepaskan ciumannya.

Iqbal menatap Acha.

"Kenapa?"

"Acha bisikin," pinta Acha melambai-lambaikan jemarinya, agar Iqbal mendekatkan telinganya.

Iqbal menurut saja dan lebih mendekat kembali ke Acha. Sedangkan, Acha sedang melawan gugupnya, menghembuskan napas panjangnya sebentar. Detik berikutnya, Acha mulai membisiki Iqbal.

"Cium lainnya nggak jadi?"

******

Acha merubuhkan tubuhnya di atas kasur dengan napas berderu cukup tenang. Keheningan tercipta di dalam kamar Acha. Pandangan Acha menerawang jauh pada langit-langit dinding kamarnya.

Setelah diantar oleh Iqbal, Acha langsung memilih masuk ke dalam rumahnya, Acha masih butuh untuk menenangkan hati dan pikirannya.

Jujur, pikiran Acha masih belum bisa hilang akan kejadian di Apartmen Iqbal. Terasa masih mengejutkan. Meskipun Acha sudah berusaha keras untuk percaya ke Iqbal, tapi entah kenapa masih ada sesuatu yang membuat Acha resah.

Acha tidak bisa menjabarkannya untuk saat ini.

Kalian pernah, kan, bisa merasakan sesuatu ketika pacar kalian bertingkah tidak seperti kebiasaannya atau biasanya?

"Jangan khawatir Acha. Iqbal pasti sayang sama Acha dan nggak akan melanggar janjinya."

Acha menepuk-nepuk dua lengannya sendiri, untuk memberikan ketenangan. Namun, hal itu masih belum berhasil.

Acha perlahan mendudukan tubuhnya di atas kasur, menatap ke depan dengan kening mengerut.

"Apa Acha suruh Iqbal buat nikahin Acha aja ya?"

Acha mengangguk-angguk seolah ide-nya barusan bukan suatu ide yang buruk.

"Iqbal mau nggak ya nikah mudah?"

Brak!

Suara pintu rumah Acah terdengar di tutup. Pertanda bahwa Mamanya baru saja datang. Acha buru-buru turun dari kasur. Keluar kamar secepat kilat dan langsung menemui Mamanya.

"TANTE MAMA ACHA BOLEH NIKAH MUDAH NGGAK?"

Kirana langsung merasakan kupingnya berdengung karena suara teriakan Acha yang terlalu dekat. Kirana mengerjap-kerjapkan kedua matanya menatap putrinya dengan tatapan tak mengerti.

Untuk beberapa saat Kirana berusaha untuk mencerna pertanyaan putri cantiknya ini.

"Acha," panggil Kirana penuh arti.

Acha melebarkan senyumnya.

"Iya Tante Mama."

Kirana membalas senyuman Acha, tangananya perlahan menunjuk ke arah kamar Acha.

"Cepatan cuci muka, terus belajar dan kerjain soal-soal. Jangan berhenti belajar sampai semua soal sudah terisi jawaban!" perintah Kirana sungguh-sungguh.

Acha pun langsung mengangguk pasrah, tatapan dan senyum Mamanya sedikit menakutkan.

"Iya Tante Mama. Acha kerjakan sekarang."

Acha pun segera membalikan badanya, berjalan perlahan-lahan menuju kamarnya lagi.

"Cuci muka dulu, biar nggak banyak halu!" teriak Kirana.

Acha langsung menghentikan langkahnya, kemudian kembali berbalik menghadap Kirana. Acha sedikit tidak terima dengan kalimat terakhir Mamanya.

"Kenapa Acha nggak boleh halu? Tante Mama juga suka banget nge-halu!"

Kirana melototkan kedua matanya, terkejut dengan balasan anak gadisnya.

"Kapan Mama halu? Ngawur kamu!"

Acha langsung menaruh tangannya di kedua pinggangnya dengan berani.

"Setiap hari! Setiap saat! Tante Mama selalu haluin oppa-oppa korea yang bahkan nggak pernah tau keberadaan Tante Mama, nggak pernah tau kehadiran Tante Mama bahkan nggak pernah tau kalau Tante Mama itu ada!"

Kedua mata Kirana langsung menajam, kepalanya mulai seperti mengeluarkan kepulan asap.

Dan, sebelum Mamanya emosi tingkat jagat raya, Acha langsung kabur duluan masuk ke dalam kamarnya.

"NATASHA KAY LOOVI!"

****

Suara bel pintu Apartmen Iqbal berbunyi dengan tidak santai. Iqbal mendesah berat, sudah dapat menebak siapa pelakunya. Iqbal berjalan ke pintunya dengan malas.

Iqbal tidak langsung membukanya, Iqbal menghembuskan napas panjang, mempersiapkan dirinya untuk menerima serangan dari negara api!

"Semangat Bal!"

Setelah itu, Iqbal segera membuka pintunya lebar-lebar hingga akhirnya memperlihatkan dua sosok cowok tampan nan tinggi. Siapa lagi jika bukan dua sahabat tersayangnya. Rian dan Glen.

Rian dan Glen tak langsung masuk, mereka sama-sama menatap Iqbal dengan tatapan takjub.

"Boleh ngumpat, nggak?" tanya Rian minta izin.

Iqbal langsung mengangguk tanpa banyak protes.

Rian pun bergegas untuk mendekati Iqbal, lalu menunjuk Iqbal dengan jari telunjuknya.

"Lo bangsat!"

Rian melewati Iqbal dengan senyum puas. Kini giliran Glen yang bersiap-siap.

"Lo mau umpatan yang halus, sedang apa kasar banget?" tanya Glen menawari.

"Terserah!" ucap Iqbal pasrah.

Glen menghela napasnya pelan dan mulai memberikan kata-kata mutiaranya kepada sang sahabat.

"Lo beneran biippp... bipppp... biipppp... biipppp. biiippp... !!!"

Glen tersenyum sangat puas dan melewati Iqbal dengan bangga. Rian menyambut Glen dengan dua jempolnya.

Mohon maaf teman-teman umpatan Glen terpaksa harus di sensor karena bisa berakibat stroke ringan dan serangan jantung mendadak atau paling ringan bisa menyakitkan mata dan telinga kalian.

Bahkan, Iqbal sampai harus menepuk-nepuk pelan kedua telinganya, memeriksa apakah dua telinganya masih berfungsi setelah mendengar umpatan "brutal" dari seorang Glen.

Iqbal menghela napas panjang, memaksakan untuk tetap tersenyum.

"Semangat Iqbal."

*****

Iqbal mendengarkan Rian dan Glen yang terus bercerita tentang apa saja yang mereka lakukan di Apartmen Glen yang telah di huni Biya. Sebelum datang ke Apartmen Iqbal, mereka berdua memang berencana untuk ke Biya.

"Lo udah bilang ke Papa lo?" tanya Iqbal setelah mereka berdua mengakhiri ceritanya.

Rian mengangguk.

"Sudah, Papa mau bantu. Tapi butuh cukup waktu lebih lama daripada nyari Mama Amanda kemarin," jelas Rian.

"Syukurlah, semoga segera ketemu," ucap Iqbal penuh harap.

Rian dan Glen mengamini dalam hati masing-masing. Mereka juga ingin Biya segera bertemu Mamanya dan menyudahi kisah menyedihkannya.

"Acha habis datang?" tebak Rian mengalihkan topik.

"Iya."

"Saat lo berdua dengan Biya di sini?" tebak Rian lagi, mengingat voice note yang dikirimkan oleh Iqbal tadi.

"Iya."

Rian dan Glen terkekeh, sudah jelas sekarang asal usul voice note tersebut terbentuk.

"Lo beneran wah..." takjub Rian sampai tak bisa melanjutkan kalimatnya.

"Nggak usah dilanjutin."

"Oh tidak bisa. Harus kita lanjutkan dan kita bahas," sanggah Glen cepat.

Rian mengangguk menyetujui.

"Untung gue denger voice note lo waktu gue selesai dari buang air besar. Coba waktu gue lagi buang air besar. Apa nggak pada masuk lagi ke perut gue?"

"Astaghfirullah, jijik banget," sunggut Glen langsung geleng-geleng berusaha mem-blokade pikirannya agar tidak membayangkan.

"Lebih jijik mana sama voice note nih bocah?" protes Rian.

Glen tanpa pikir panjang langsung menunjuk ke arah Iqbal tanpa ragu-ragu.

"Voice note dia!"

"Betul banget! Bisa-bisanya buat voice note seperti itu. Gusti, apakah ini tanda-tanda bahwa keajaiban dunia akan bertambah?" decak Rian melebih-lebihkan.

Glen lagi-lagi mengangguk setuju.

"Voice note lo hampir buat si Meng kena mental break dance bahkan anaknya sampai mau kejang-kejang! Tanggung jawab lo Bal!" seru Glen drama.

Iqbal menghela napas berat. Kan, apa dia bilang tadi. Dua temannya ini akan terus menghujatinya. Bahkan bisa-bisa sampai akhir hayatnya.

"Sori," ucap Iqbal mengakui kesalahannya.

"Kenapa harus lo kirim ke group kita? kenapa nggak ke group keluarga lo? atau group kedokteran lo?" tanya Rian masih saja tak terima.

"Boleh tuh, atau mungkin lo bisa kirim ke group kucing-kucing Bunda gue. Siapa tau bisa buat hiburan semua kucingnya."

"Sinting!" tajam Iqbal mulai kesal.

Rian dan Glen tertawa puas melihat Iqbal yang sudah kesal. Mereka ingin membalas cowok itu karena sudah membuat mereka kesal duluan.

"Acha nggak marah, kan tadi?" tanya Rian kembali menanyakan Acha.

Iqbal menghela napas pelan, menyenderkan tubuhnya.

"Hampir."

"Tenang aja, Acha pasti ngerti dan nggak akan salah paham," ucap Rian dapat membaca tatapan khawatir Iqbal.

"Untungnya dia mau ngerti."

"Acha udah lo kenalin kan ke Biya?" tanya Rian lagi.

"Udah. Dan gue jelasin semua juga."

"Bagus, perlu itu. Gue juga udah cerita ke Amanda."

Iqbal mengangguk, menyadari bahwa terbuka lebih awal sangatlah penting di suatu hubungan.

"Biar Acha nggak marah lagi, kasih aja boneka sapi," usul Rian.

Iqbal terdiam sebentar, kemudian kembali menegakkan tubuhnya. Iqbal menatap Rian lekat.

"Apa gue buka toko boneka sapi?" tanya Iqbal serius.

Rian dan Glen saling bertatapan sebentar, kemudian kembali memandang Iqbal. Baik Rian dan Glen langsung melempari Iqbal dengan bantal yang ada di pangkuan mereka.

"LO JADI SAPI AJA SEKALIAN!"

*****

#CuapCuapAuthor

Bagaimana part ini? Semoga sukaa yaa dan Feelnya sampai ke semua pembaca. Aminn yarabbal alamin. 

PALING GEMES SAMA SIAPA DI PART INI? 

PALING GREGETAN SAMA SIAPA DI PART INI? 

OKE SEBELUMNYA AKU MAU JELASIN SESUATU DAN AKU HARAP SEMUA TEMAN-TEMAN BACA PENJELASANKU DI BAWAH INI : 

Pasti banyak teman-teman yang kecewa karena "ACHA NGGAK MARAH" 

"KOK ACHA NGGAK MARAH? KOK ACHA NGGAK KECEWA?" 

Aku kasih jawabannya ya :

Kalau aku buat Acha tiba-tiba marah saat itu juga kelihatan nggak realistis dengan pertumbuhan sikap dewasa Acha selama dua tahun pacaran sama Iqbal, dan bagaimana perasaan Acha yang  sayang banget sama Iqbal. 

Makanya, jujur aku di part ini sangat hati-hati banget dan pertimbangin banget semua narasi dan dialognya bahkan aku harus butuh waktu 3 hari untuk revisi part ini. 

Menentukan reaksi Acha di part ini, jujur butuh keputusan yang ekstra banget. Aku harus baca berulang-ulang sampai menurutku "PAS" 

Karena Apa? (Mulai dari sini akan ada sedikit spoilernya) 

ACHA BAKALAN MARAH SAMA IQBAL? PASTI! AKAN ADA SCENE INI!

MARAHNYA ACHA SAMPAI BAGAIMANA? MUNGKIN, BISA SAMPAI BUAT KALIAN NGGAK BERANI BACA? Eh, nggak sampai segitunya hehe. 

Dan, untuk menjembatani emosi Acha, untuk menyeimbangkan emosi Acha dengan karakter Acha itu harus butuh proses, harus ada "SEBAB dan AKIBAT"

Nggak bisa tiba-tiba "DUAR" ubah karakter Acha, ubah pikiran Acha dan ubah emosi Acha dan buat Acha tiba-tiba langsung marah, nggak bisa seperti itu ya. Semua harus jelas ada arahannya, ada alurnya (Ini bisa buat pengetahuan juga untuk teman-teman yang lagi menulis) 

Jadi, itu yaa penjelasanku. Kenapa di Part ini Acha nggak marah sama Iqbal? Tapi, Aku udah mulai nunjukin keresahan Acha, kegelisahan Acha dan perbedaan sikap Acha waktu menanggapi Sia dan Biya. 

Di Part ini kesimpulannya, bukannya Acha nggak marah. Tapi dia nahan untuk nggak marah. 

DAN DITUNGGU YA PART YANG KALIAN TUNGGU-TUNGGU AKAN SEGERA MUNCUL KOK ^^ 

Untuk Mariposa 2 part 55, Aku usahakan hari Jumat update. Tapi kalau nggak bisa aku undur paling lambat minggu ya teman-teman. 

SAMPAI JUMPA DI PART SELANJUTNYA TEMAN-TEMAN SEMUAA ^^

Semoga teman-teman semua selalu baca Mariposa 2 dan selalu Support Mariposa 2 yaa ^^

Jangan lupa juga buat COMMENT dan VOTE yang selalu ditunggu dari kalian semuaanyaa ^^ 

Dan, wajib banget buat rekomendasiin cerita MARIPOSA 2 ke teman-teman kalian yaa ^^

MAKASIH BANYAAK TEMAN-TEMAN SEMUAA. SELALU SAYANG KALIAN SEMUAA. JANGAN LUPA JAGA KESEHATAN YAA ^^


Salam,


Luluk HF

Continue Reading

You'll Also Like

4.5M 350K 48
❗Part terbaru akan muncul kalau kalian sudah follow ❗ Hazel Auristela, perempuan cantik yang hobi membuat kue. Dia punya impian ingin memiliki toko k...
3.2M 152K 61
[SEBELUM BACA YUK FOLLOW DAN VOTE SETIAP CHAPTER SEBAGAI BENTUK PENGHARGAAN BUAT AUTHOR YANG CAPE CAPE MIKIR ALURNYA, YA WALAU MUNGKIN ADA YANG GAK M...
2.6M 147K 41
DILARANG PLAGIAT, IDE ITU MAHAL!!! "gue transmigrasi karena jatuh dari tangga!!?" Nora Karalyn , Gadis SMA yang memiliki sifat yang berubah ubah, kad...
1.5M 72.5K 61
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Kita emang nggak pernah kenal, tapi kehidupan yang Lo kasih ke gue sangat berarti neyra Gea denandra ' ~zea~ _____________...