Suamiku, Anak Dekan

By lagitsyantiq

11.4K 522 72

MENIKAH DENGAN ANAK DEKAN? Biasanya ketika kalian membaca cerita-cerita di wattpad, kalian akan menemukan cer... More

Prolog + 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 15
Chapter 16

Chapter 14

372 35 4
By lagitsyantiq

Alleo masih setia berdiri di depan pintu setelah mengantar Anastasya yang harus pergi untuk mengurus acara tunangan sepupunya. Pikirannya kembali tertuju kepada Vrella, 'kemana perempuan itu?'

Alleo mengambil handphone miliknya dan langsung menelpon Vrella. Satu kali, dua kali, hingga ketiga kali, Alleo tidak juga mendapatkan jawaban dari panggilannya. Alleo benci jika harus mengakui bahwa hatinya tak tenang. Seharusnya saat ini Alleo saat ini sedang berbahagia karena baru bertemu dengan Anastasya, tetapi kali ini perasaannya sedikit berbeda

"Bisa gawat kalau nyokap tau Vrella kabur,"

Alleo merapihkan seluruh barang-barangnya, mengganti pakaiannya, dan melakukan check out.

*

Vrella terbangun saat handphone miliknya tidak berhenti berbunyi sejak tadi. Nafasnya tertahan saat melihat nama Alleo muncul dalam riwayat panggilan tak terjawab. Vrella meletakkan kembali handphone miliknya dan merebahkan kepalanya di atas bantal. Matanya menatap langit-langit bunkbed asrama, tapi pikirannya melayang jauh.

"Vrel, dia nyari lo karena dia takut ketauan Mamah sama Mami, bukan karena dia khawatir," Vrella memejamkan matanya berusaha menahan sesak yang sejak tadi ingin dikeluarkan. "Alleo cinta mati sama Anastasya. Lo harus inget itu, Vrel!"

Vrella mengambil bantal di sampingnya dan membekap wajahnya penuh, berusaha untuk menutupi air mata yang jatuh. Jika saja Vrella tidak mengenal dan menyukai Alleo sejak awal, dirinya pasti tidak berharap sedalam ini. Vrella memejamkan matanya dan berharap mimpi membawanya ke tempat terindah sejenak hanya untuk melupakan kejadian hari ini.

"Vrella! V – R – E – L – L – A! Bangun, hei!"

Vrella membuka matanya perlahan, menampakkan sepasang obsidian yang basah.

"Kenapa sih, Jo? Berisik banget, ah!" Vrella berbalik memunggungi Joaya, teman sekamarnya. "Gue masih ngantuk dan males makan siang,"

"Apaan sih? Itu anaknya Bu Clara nyariin lo di bawah!"

*

Alleo melajukan mobilnya cepat, matanya sibuk dengan jalanan di sekitarnya. Hanya ada satu tempat yang pasti menjadi tempat Vrella pergi, asrama. Vrella tidak mungkin pulang kembali ke rumah orang tuanya, atau ke rumah mertuanya.

Vrella adalah tipikal perempuan yang lebih suka untuk tidak memperbesar masalah, maka asrama adalah tempat paling tepat untuk Vrella menghindari masalahnya sendiri.

Alleo tiba di depan gedung asrama Vrella. Banyak mahasiswa yang berlalu lalang untuk mengantri hingga menyelesaikan makanan mereka. Masalah selanjutnya bagi Alleo adalah Alleo tidak tahu siapa teman kamar Vrella, tidak memiliki kontak siapapun yang bisa dihubungi untuk membantunya mencari Vrella.

"Sorry, kamu kenal Vrella?" Alleo menghentikan seorang perempuan yang baru saja menyelesaikan makanannya. Perempuan tersebut terkejut saat melihat Alleo.

"A-ah, iya saya kenal. Vrella teman kamar saya," perempuan tersebut menatap tak percaya laki-laki di depannya, Alleo. "Ada perlu apa ya, Pak?"

Alleo menghela nafas lega saat tahu bahwa orang yang dia temukan adalah orang yang tepat.

"Boleh minta tolong untuk panggilkan dia ke bawah? Saya ada keperluan penting, sejak tadi saya menghubungi Vrella tapi tidak diangkat." Alleo tersenyum tidak enak.

"Boleh, Pak! Akan segera saya panggilkan orangnya," perempuan tersebut memindahkan piring bekas makan miliknya ke orang yang ada di sampingnya. "Sekalian ya, mau manggil Vrella dulu."

"Oh iya, saya Alleo."

"Saya Joaya, Pak. Bapak bisa tunggu sebentar, akan segera saya panggilkan Vrella nya"

*

Vrella membelalakan matanya kaget saat mendengar nama Alleo keluar dari bibir teman sekamarnya.

"Lo bohong ya? Udahlah, jangan bercanda." Vrella kembali membaringkan tubuhnya setelah sempat terduduk karena terlalu terkejut mendengar nama Alleo, lalu memunggungi Joaya.

"DIh, ngapain gue bohong sih?" Joaya membalikkan paksa tubuh Vrella, "Gue seriusan, Vrel. Dia udah nungguin lo dari tadi tau."

Vrella mengusap keningnya kasar, lalu mendudukkan dirinya, sebagai respon bahwa Vrella mendengar kata-kata Joaya. Hanya dengan menggunakan t-shirt dan celana training panjang, Vrella menuju basement dengan menggunakan lift dan menghentikan langkahnya saat matanya menangkap sosok Alleo yang sedang duduk di atas kursi panjang basement asramanya.

"Mau apa lo?" Vrella tak ingin membuang sisa tenaganya hanya untuk bertengkar dengan Alleo.

"Harusnya gue yang tanya!" Alleo berdiri dan langsung menghadap Vrella, "Main asal cabut aja!" Alleo meninggikan suaranya.

Wajah Vrella berubah panik saat melihat beberapa orang di sekitarnya sedang memandangi mereka.

"A-ah, maaf, Pak. Bagaimana jika kita berbicara di dekat mobil Bapak saja?" Vrella memberikan isyarat pada Alleo untuk mengikutinya menuju mobil Alleo yang terparkir agak jauh dari basement.

Vrella melipat kedua tangannya di depan dada dan mendengus, "Lo yakin masih bisa nanya kayak gitu ke gue?"

"Lagian gue gak tau kalau Anastasya dateng," Alleo menghindari tatapan Vrella. Tangannya berkeringat.

Vrella meneguk air ludahnya kasar. "Terus ngapain lo dateng ke sini? Bukannya itu yang lo mau?"

Alleo membulatkan matanya, tak menyangka pertanyaan seperti itu yang akan keluar dari Vrella.

Hening, baik Vrella maupun Alleo tenggelam dalam pikiran masing-masing.

"Menurut lo? Lo tau sendiri nyokap gue suka ribet kalau urusan kayak gini," pelan, suara Alleo hampir tenggelam di antara suara bising orang-orang yang sejak tadi berlalu-lalang, mengamati mereka berdua.

Vrella tertawa kecil, sudah menyangka jawaban yang akan diberikan Alleo. Tidak ada gunanya berharap, sejak awal Vrella sudah kalah.

Vrella memandang langit biru yang dihiasi awan-awan putih di atasnya, sebelum kemudian kakinya mulai melangkah menjauhi Alleo. "Gak usah takut, nanti gue yang tanggung jawab. Udah, lo cabut sana, gue capek."

*

Alleo memandangi Vrella yang mulai melangkah menjauhinya, sebelum akhirnya Alleo kembali masuk ke dalam mobilnya. Matanya terpejam, berusaha untuk mengosongkan pikirannya yang sejak tadi penuh dengan sesuatu yang Alleo tidak sukai. Alleo membuka matanya kembali saat handphone miliknya berbunyi. Ibunya menelpon.

"Kenapa, mi?"

"Kamu lagi berantem sama Vrella? Kenapa? Kamu pasti bikin Vrella marah ya? Kamu ini loh, harusnya kamu jagain istri kamu. Kamu itu..."

Alleo sudah tidak bisa berkonsentrasi mendengarkan celotehan Ibunya yang tidak berkesudahan. Pilihan yang paling tepat adalah dengan membiarkan Ibunya berbicara sampai puas.

"... kamu harusnya bisa lebih peka sama istri kamu! Kamu ngerti gak, nak?"

"Aku ngerti, mi." Alleo menghela nafas, "Udahan dulu ya, mi? Alleo lagi nyetir mobil."

"Yasudah, jangan lama-lama berantemnya. Kamu beliin bunga kek, coklat kek, atau ajak makan malam romantis gitu,"

"Iya, Mami. Nanti Alleo coba. Udahan ya, Mi? Love you, Mi," Alleo menutup telpon miliknya.

Alleo menarik nafas panjang berusaha untuk mencoba menghentikan perasaan aneh yang muncul. Semua hal yang terjadi di hari ini cukup untuk membuat kepalanya sakit. Anastasya, Vrella, dan sekarang Maminya. Alleo sangat yakin bahwa sebentar lagi Ibu mertuanya akan ikut memojokkannya.

Alleo meletakkan kepalanya di atas stir mobil, kepalanya pening luar biasa. Dering handphone miliknya berbunyi. Benar kan? Ibu mertuanya menelpon.

"Siang, nak."

"Siang, Mah."

"Kamu bertengkar sama Vrella ya? Mamah tau dari Mami kamu," suara Ibu mertuanya terdengar pelan, tetapi cukup untuk menenangkannya, seolah hari ini mertuanya sedang berada di pihaknya. Alleo hanya diam saja, tidak merespon pertanyaan Ibu mertuanya.

"Vrella itu anaknya keras kepala," ada sedikit jeda sebelum Ibu mertuanya melanjutkan. "Tapi dia perempuan yang rapuh dan mudah menangis,"

"Apapun masalah kalian saat ini, selesaikan dengan kepala dingin. Jangan ada yang meninggikan suara, jika kalian terbawa emosi kalian gak akan ketemu jalan keluarnya."

Alleo tersenyum kecil saat mendengarkan ucapan Ibu mertuanya, "Iya, mi. Pasti. Mami gak usah khawatir ya. Aku sama Vrella cuma butuh waktu untuk tenangin diri masing-masing kok."

"Mamah percaya sama kalian berdua kok, yasudah Mamah tutup ya telponnya,"

"Iya, Mah. Makasih banyak ya, Mah."

Sedikit banyak, semua kata-kata yang dikeluarkan oleh Ibu mertuanya berhasil untuk membuat Alleo merasa lebih tenang. Alleo dan Vrella baru menikah sekitar 2 bulan, dan semua hal yang terjadi sampai saat ini sangat jauh dari ekspektasinya.

Gue kenapa sih? Alleo mengacak rambutnya kasar. Kepalanya kembali pusing, seperti ditimpa godam besar.

*

Vrella memijat kepalanya pelan. Sejak ia diminta untuk menemui dekan karena ada masalah yang harus dikerjakan, perasaannya sudah tidak enak. Ini pasti ulah Ibu mertuanya.

Sejak kejadian di basement bulan lalu, Vrella sesekali berkomunikasi dengan Alleo, hanya untuk berkongkalikong menjawab pertanyaan dari keluarga masing-masing. Vrella beberapa kali mampir ke ruangan Ibu mertuanya dengan dalih mengerjakan sesuatu, untuk makan siang bersama mertuanya sekaligus mendengar banyak sekali nasihat dari Ibu dekan yang merangkap sebagi mertuanya itu.

Alleo dan Vrella sama-sama tahu bagaimana caranya untuk menghindar dari pertanyaan, kalian masih bertengkar? Kalian masih ini? Kalian masih itu? Semua hanya butuh jawaban, Kami hanya sedang sibuk dengan pekerjaan.

Vrella berjalan pelan ke arah meja kerja mertuanya, dan duduk tepat di sebelah Alleo.

"Mami ada apa manggil Vrella?" kalau saja ada lubang tak berdasar, Vrella lebih memilih untuk jatuh ke lubang tersebut daripada harus menghadapi masalah baru dengan Alleo.

Clara meletakkan tangannya di atas meja, memandang anak dan menantunya sayang. "Tiga hari lagi Vrella akan wisuda,"

Hening, tak ada suara yang dikeluarkan baik dari Vrella maupun Alleo. Clara menghela nafas saat melihat Vrella dan Alleo yang menatapnya bingung. "Alleo akan mendampingi Vrella nanti."

"Tapi, mi... " belum sempat Vrella menyelesaikan ucapannya, Clara sudah memotong kembali.

"Tapi apa, nak? Alleo kan suami kamu, wajar dong kalau dia yang mendampingi kamu," Vrella merasakan remasan lembut di tangannya. Ibu mertuanya sedang mencoba untuk menenangkannya.

Clara menatap Alleo dan Vrella bergantian, "Mami tau kalian sedang ada apa-apa. Jangan pernah menggunakan hati dan pikiran yang panas dan kalut saat sedang menghadapi masalah. Berdoa, dan selesaikan dengan kepala yang dingin."

Vrella tak bisa untuk menahan air matanya saat melihat mertuanya berbicara dengan suara yang sangat lembut. Setelah pertemuannya dengan Alleo bulan lalu, Vrella juga menangis saat mendengar nasihat kedua orang tuanya. Dirinya lelah...

Vrella menyeka air matanya, berusaha untuk tidak terlihat oleh Alleo. "Tapi kan, mi Vrella gak bisa..." lagi-lagi Ibu mertuanya memotong ucapannya.

"Tapi apa, nak? Tapi kamu takut ketahuan sudah menikah? Memang kenapa? Alleo mendampingi kamu kan belum tentu sudah menikah, mungkin terlihat seperti pacaran. Lagipula buat apa kamu punya mertua dekan, kalau hal seperti itu saja kamu masih takut?"

Vrella sangat kagum dengan kemampuan berbicara Ibu mertuanya, cepat, jelas, dan memiliki kekuatan disetiap kalimat yang keluar dari bibirnya. Di sisi lain, Vrella ingin tertawa saat menyadari bahwa dekan yang ia kagumi karena kepintaran dan perfectionistnya itu ternyata adalah mertuanya sekarang.

Alleo menyaksikan pembicaraan hangat antara Vrella dan Ibunya dalam diam. Semua hal yang baru saja dia dengar dan lihat membuatnya sedikit kagum dengan Vrella. Ibunya adalah perempuan yang sulit untuk ditaklukan dan Vrella berhasil membuat Ibunya sangat menyayangi perempuan itu.

Ketika Alleo dan Anastasya hampir bertunangan, butuh perjuangan ekstra untuk membuat Ibunya mengizinkan mereka bertunangan. Alleo tahu betul sejak awal Ibunya tidak terlalu menyukai Anastasya.

"Sekarang kalian makan siang berdua aja ya, Mami mau makan sama teman-teman dosen," Clara menatap Vrella dan Alleo bergantian, "Gak usah jauh-jauh makan nya, di food junction kampus saja,"

Sebelum Vrella memulai kalimatnya, Clara sudah melanjutkan kembali, "Mami tidak terima segala bentuk kata tapi, sekarang kalian boleh keluar."

Vrella hanya terheran melihat Ibu mertuanya yang langsung sibuk dengan komputer miliknya. Vrella menghela nafas sambil mencium tangan Ibu mertuanya, "Kalau gitu Vrella duluan ya, mi."

Baru saja Vrella ingin berjalan keluar, tangannya di tahan oleh Alleo.

"Alleo juga duluan ya, mi."

~

To Be Continued!

Akhirnya bisa update lebih cepat sebagai permohonan maaf hahaha walaupun gue gak tau ini termasuk cepet atau enggak. Tapi silahkan dinikmati kisah Vrella dan Alleo ini ya! Gue mungkin akan kembali update seminggu sekali, semoga kalian suka ya! Silahkan disupport dan dicomment supaya gue makin semangat! Loveyou guys! <3

Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 112K 27
Karmina Adhikari, pegawai korporat yang tengah asyik membaca komik kesukaannya, harus mengalami kejadian tragis karena handphonenya dijambret dan ia...
625K 27.3K 42
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...
7.3M 353K 75
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
242K 16.6K 39
Ya Tuhan bila saja ada kesempatan kedua ... aku pasti akan ... Pernahkan kalian berpikir semacam ini? Apa yang akan kalian lakukan bila diberikan kes...