Hai, Bubu! (END)

By Dlunn_

727K 72K 1.3K

(JUDUL AWAL PLAY GIRL PENSIUN) "Kamu sama Matematika itu sama-sama nyusahin, kalo Matematika susah di pelajar... More

Perkenalan
1. ✓
2. ✓
3. ✓
4. ✓
5. ✓
6. ✓
7. ✓
8. ✓
9. ✓
10. ✓
11. ✓
12. ✓
13. ✓
14. ✓
15. ✓
16. ✓
17. ✓
18. ✓
19. ✓
20. ✓
21. ✓
22. ✓
23. ✓
24. ✓
Cast
25. ✓
26. ✓
27. ✓
28. ✓
29. ✓
30. ✓
31. ✓
32. ✓
33. ✓
34. ✓
35. ✓
36. ✓
37. ✓
38. ✓
39. ✓
40. ✓
41. ✓
42. ✓
43. ✓
44. ✓
45. ✓
46. ✓
48. ✓
49. ✓
50. ✓ [End]

47. ✓

13.7K 1.1K 4
By Dlunn_


"Pajamas party?"

Nanad mengangguk sambil tersenyum manis.

Adelin memicingkan matanya, "Lo mencurigakan,"

Nanad merubah raut wajahnya menjadi kesal, "Mencurigakan gimana sih? Gue cuman nawarin doang,"

Adelin tak menyahut lagi karena cewek itu sedang mengunyah sate ayam yang di belikan Satria.

"Mau join nggak Del, biar gue kasih tau yang lain," desak Nanad.

Adelin menoleh dengan pipi mengembung penuh makanan.

"Nwsnti gwue pwikirin,"

"Telen dulu baru ngomong woy!" tegur Nanad kesal sendiri karena tak paham apa yang Adelin katakan.

Adelin menurut dan dengan susah payah menelan sekaligus sate di dalam mulutnya.

"Nanti gue pikirin," ulangnya mengatakan hal tadi.

"Kok nanti, gue maunya sekarang. Acaranya aja nanti malam," desak Nanad.

Adelin mengerakkan rahangnya kiri kanan dengan tampang berpikir keras.

"Nggak deh!" putusnya.

"Kok?! Ayo dong ikut. Gue sama Sesil aja ikut masa lo nggak, ayo Del join kita tanpa lo tuh kaya sayur tanpa garam, hambar!" bujuk Nanad dengan di lebih-lebihkan.

Adelin semakin memicingkan matanya curiga, "Lo semakin mencurigakan,"

Nanad berdecak, turun dari pembatas balkon dan menghampiri Adelin yang duduk lesehan di lantai balkon.

"Ayolah ikutttt, lagian lo nggak takut apa tidur sendirian malam ini. Kata BangSat ortu Kalian di luar kota pulangnya besok," kata Nanad mulai menakut-nakuti.

Adelin jadi terdiam, dengan tangan berkacak pinggang mulai mempertimbangkan ajakan Nanad.

"Gimana?" tanya Nanad antusias.

Adelin mengeleng, "Nggak deh, ada Bang__"

"Del, gue malam ini nginap di rumah temen ya!" perkataan Adelin terpotong karena BangSat tiba-tiba menyembulkan kepala di balik pintu kamar.

Adelin langsung menoleh sebal pada Abangnya itu, "Gue ditinggal lagi gitu?!"

Satria menyengir kuda sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal, "Y-ya kan lo bisa minta temenin Nanad atau si Sesil, lagian nanti malam tuh malam Minggu,"

Adelin cemberut, "Terserah!"

"Lha malah ngambek, sorry banget nih Adek ku gue buru-buru nggak bisa bujuk lo hari ini. Love you Del!" setelah mengatakan itu Satria langsung ngacir pergi.

Nanad menahan senyum dan melirik kecil pada Adelin yang hanya diam sambil menghadap depan dengan bibir manyun.

"Gimana, yakin nolak?" tanyanya sambil menaik turunkan alis meledek.

Adelin berdecak, "Gue ikut!"

Nanad tak bisa lagi menahan senyumnya, dan dengan bahagia memeluk Adelin membuat cewek itu keheranan namun tak urung membalasnya.

"Aneh lo!" ucap Adelin setelah Nanad menjauhkan diri.

Nanad tak menggubris cewek itu masih tersenyum lebar, "Nanti setelah magrib lo di jemput yaaa, kalo gitu gue balik dulu!!!"

Belum sempat Nanad keluar dari kamarnya, Adelin lebih dulu menahan, "Wait, wait, wait...,"

"Apa sih Del, kok lo curigaan banget sama gue sekarang," sebal Nanad.

"Lo habis jalan-jalan sama siapa, kok rapi banget!"

Nanad cengegesan, bingung menjawab bagaimana, tidak mungkin jika dia mengatakan baru saja pulang dari rumah Adrian karena di aja ngumpul oleh Kafka. Setelah dari rumah Adrian, Nanad memang langsung menuju rumah Adelin karena Kafka mengatakan bahwa Kakak perempuannya ngidam ingin mengadakan pajamas party dan mereka di undang.

"Mama manggil Del, duluan ya. Sampai ketemu nanti hehehe,"

Adelin menatap aneh punggung Nanad yang berjalan terburu-buru keluar dari kamarnya.

"Mencurigakan," gumamnya dengan mata memicing.

...

Jam menunjukkan pukul 17.00 dan Adelin sudah stay di depan teras rumahnya menunggu Nanad dan Sesil menjemput.

"Pintu udah di kunci,"

"Kompor udah dipastiin nggak nyala,"

"Kamar udah di kunci,"

"Lampu kamar mandi udah di matiin,"

"Minta izin ke bunda juga udah,"

Adelin tersenyum lega setelah mengabsen semua hal yang Bunda ingatkan sebelum dia menginap di rumah teman.

Beberapa menit berlalu.

"Mereka mana sih?" gumamnya mulai ketakutan.

Malam ini komplek perumahannya cukup sepi, mungkin para penghuninya sudah keluar untuk sekedar jalan-jalan mengingat ini adalah malam minggu.

Mulai merasa ngeri sendiri, Adelin berinisiatif menelfon Nanad tapi tak di angkat tak berhenti sampai di situ dia memilih menelfon Sesil dan hasilnya sama saja cewek itu tak mengangkat.

"Ini jadi nggak sih?!" rengeknya dengan bahu melemas.

Menatap ragu pintu rumahnya yang sudah tertutup rapat. Hendak masuk kembali tapi takut, ia belum pernah sendirian di rumah saat malam hari karena biasanya selalu ada BangSat atau Bunda.

Adelin memilih duduk di kursi teras dengan kaki di angkat ke atas kursi dengan tangan memeluk lutut mulai ketakutan.

Di saat ketakutan melanda, deru mesin mobil yang berhenti di depan pagar rumah menyelamatkan Adelin. Tanpa melihat dengan jelas itu mobil siapa, dia dengan segera beranjak dan berlari kecil keluar gerbang.

Setelah mengunci pintu gerbang, ia dengar riang mengetuk jendela mobil karena pintunya masih tertutup rapat.

"Buka woyy, gue takut banget asli!" jelasnya sambil mengintip di balik kaca mobil.

Kaca mobil di turunkan Adelin reflek mundur, kaget sendiri mengetahui siapa di dalam mobil.

Kafka menjemputnya.

Fakta yang cukup mencengangkan, jujur Adelin tak pernah mengharapkan ini dan tak pernah kepikiran juga, Kafka menjemputnya tanpa dia minta atau tanpa perlu melalui tantangan mengisi soal matematika seperti yang pernah ia lakukan dulu agar bisa lebih dekat dengan cowok ini.

"Nanad mana? Sesil?" terhitung ini kali pertama Adelin mengeluarkan suara selama mobil berjalan meninggalkan komplek perumahannya.

"Nanad udah otw, Sesil lagi jemput Adrian," jelas Kafka dan menoleh kearahnya sekilas kemudian kembali menatap jalanan.

Adelin mengangguk kaku, jujur dia jadi canggung sendiri mengingat ini interaksi pertama mereka setelah hampir dua minggu tak pernah bertemu karena Adelin yang selalu berusaha menghindar.

"Kabar kamu gimana?"

Adelin menoleh cepat, kaget sendiri part dua.

Dia tak pernah mengharapkan hal seperti ini, dimana Kafka mengajak ngobrol dan mencari topik lebih dahulu dan terlebih lagi cowok itu mengubah panggilnya dari lo-gue menjadi aku-kamu.

"Baik," hanya itu yang bisa Adelin katakan, karena sejujurnya kabarnya sekarang tidak baik-baik saja. Jantungnya masih sama, masih berdegup kencang jika berinteraksi dengan seorang Kafka Pratama.

"Aku juga,"

Dan Adelin tak pernah terpikirkan bahwa Kafka akan menjelaskan kabarnya sendiri tanpa perlu ia tanyakan.

"O-oh bagus deh," respon Adelin seadanya.

Kafka menahan senyum.

"Tau nggak kenapa kabar aku hari ini baik?!"

Adelin menoleh, "Kenapa emang?"

"Karena ada kamu di samping aku sekarang, i miss you Del,"

Dan selanjutnya yang bisa Adelin lakukan hanya membuang muka tak mau menatap Kafka, rambutnya ia biarkan menutupi pipinya yang merona karena malu.

Kafka aneh, itu yang bisa Adelin simpulkan.

Tiba-tiba datang menjemput, kemudian berinisiatif menanyakan kabar, mengubah panggilnya dari lo-gue menjadi aku-kamu, dan menyatakan rindu padanya. Dan itu semua adalah hal yang tak pernah terfikir oleh Adelin dan dia tak pernah mengharapkan hal itu juga dari seorang Kafka Pratama.

"Nanti mampir ke minimarket beli cemilan buat Ano sama yang lain dulu ya,"

Adelin mengangguk saja, masih syok berat dengan ungkapan rindu cowok itu tadi.

Mobil berhenti di pinggir jalan, sebelum turun Kafka menyempatkan diri menghadap Adelin.

"Diam di mobil apa ikut?"

"Ikut!"

Setelah mengatakan jawabannya, jantung Adelin semakin berdegup kencang saat Kafka mendekatkan diri padanya bahkan Adelin sampai harus menahan nafas sejenak saat cowok itu mencondongkan badannya ke arahnya.

"Udah, ayo turun!" Kafka kembali menjauhkan diri setelah membukakan seatbelt, dan membuat Adelin hampir kehabisan nafas di tempatnya.

Adelin berdehem dengan salah tingkah menyelipkan anak rambutnya kebelakang telinga, "Bub-eh kamu duluan aja,"

Kafka menahan senyum kemudian mengangguk tak berniat memaksa.

Edisi ngidam Kak Fira kali ini melibatkan semua tim sukses Kafka Adelin, dan syukurnya mereka semua setuju untuk datang meski ada Jesica yang kesusahan mendapatkan izin orang tuanya tapi entah siapa yang berhasil membujuk Ayah dari cewek itu hingga memberikan izin.

Saat di perjalanan menjemput Adelin, Kakaknya menitipkan pesan untuk membelikan cemilan untuk Ano sekalian untuk teman-temannya malam ini.

Kafka sendiri tak tau betul acara pajamas party itu kegiatannya apa saja, tapi demi keponakannya dan teror dari Bang Defran suami dari Kak Fira dia terpaksa harus mengajak teman-temannya dan sedikit berterimakasih pada Kakaknya karena ngidamnya kali ini membuat dia bisa kembali dekat dengan Adelin.

Masih dengan senyum lebar, Kafka berjalan kearah kasir membayar semua belanjaannya dan keluar dari minimarket.

"Katanya nyusul, mungkin berubah pikiran kali," gumamnya karena tak melihat keberadaan Adelin di luar minimarket.

Dengan segera dia menuju mobil, dan di buat khawatir karena tak ada Adelin di dalam mobil tak seperti perkiraannya.

Tanpa meninggalkan belanjaannya dia kembali ke dalam minimarket dan tetap tak menemukan Adelin.

"Kamu kemana sih Del!" paniknya sambil menatap sekitar, kejadian saat Adelin bertemu Liam langsung muncul di ingatannya.

Dengan cepat ia menggelengkan kepalanya mengusir pikiran jahat itu, belum putus asa Kafka berjalan ke sekitar minimarket langsung menghela nafas lega melihat orang yang dia cari sedang berjongkok di trotoar tepat di bawah pohon rindang.

"Del!" panggilannya sambil berjalan mendekat.

Adelin menoleh, tersenyum dan kembali memfokuskan perhatiannya pada anak kucing di hadapannya.

"Ngapain?" itu pertanyaan yang langsung Kafka lontarkan.

"Anak kucing, lucu kan?" bukannya menjawab cewek itu malah bertanya balik.

Kafka mengangguk dan ikut berjongkok di sebelah Adelin.

"Aku cariin malah disini, kirain kamu di culik sama mantan kamu yang waktu itu, aku khawatir banget!"

Kafka mengkhawatirkannya? Ini juga tak pernah Adelin harapkan dari cowok itu. Ia menahan senyum, semakin menunduk untuk menyembunyikan rona merah di wajahnya.

"Del, kok nunduk?"

Adelin mendengus, ia yakin Kafka tak sebodoh itu untuk memahami tingkahnya sekarang.

"Bub--eh kamu tunggu sini, aku ke minimarket bentar. Jangan sampai kucingnya hilang yaaa,"

Adelin berdecak, kesal sendiri karena sering lupa mengendalikan diri untuk tak memanggil Kafka dengan sebutan Bubu.

Kafka tak bisa lagi menahan senyumnya, Adelin sedikit demi sedikit kembali ke setelan pabrik, kembali menjadi Adelin yang dia kenal.

"Panggilnya Bubu aja, aku suka panggilan itu,"

Adelin memalingkan wajahnya dan segera berlari kecil meninggalkan Kafka yang masih tersenyum lebar ditempatnya.

...

Continue Reading

You'll Also Like

2.5M 30.7K 5
TAMAT - REVISI [Perjuangan hati akan sebuah pengakuan.] __________________________________________________ "Dia membeku seperti bongkahan es, namun s...
81.2K 5.4K 48
Bagi semua orang Aldrich D adalah aktor tampan dengan semua bakat yang menakjubkan, namun bagi Zera, Aldrich adalah siksaan duniawi yang tiada habisn...
1.7M 82.6K 60
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Kita emang nggak pernah kenal, tapi kehidupan yang Lo kasih ke gue sangat berarti neyra Gea denandra ' ~zea~ _____________...
40.8K 1.6K 47
⚠WARNING!! WAJIB BAGI PECINTA SAD STORY UNTUK MEMBACA CERITA INI. DAN HARAM HUKUMNYA BAGI YANG TIDAK SUKA DRAMA UNTUK MEMBAVA CERITA YANG MENGANDUNG...