MY HUSBAND IS MY ENEMY 2 [ on...

By kepojanganberlebihan

4.3M 359K 103K

Rank #1 Comeback/450 stories #2 Nakal/1.52k stories Cerita ini melanjutkan kisah RaniAldo. Rania Pratista Kai... More

MHIME 2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
ini part dipost ulang✨
39
40
41
42
BACA CERITANYA!
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
56
cekkkk!
57
58
Vote Cover MHIME 1!
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70

55

59.1K 5.5K 3.1K
By kepojanganberlebihan

Hai! Jangan lupa vote dan komen! Ditunggu 3k votes & 3k komen!

Spam komen aja disetiap kalimat, makasiiii!❤️

-Rabu, 12.50 wib.
       Rania menyiapkan satu kotak makanan untuk dibawa ke kantor Aldo. Hari ini dirinya sudah berjanji untuk membuatkan makan siang Aldo.
     
"Iya, bentar! Lima belas menit lagi aku udah disana. Iya, janji. Ribet ih," ucap Rania di telepon. "Iya, bye."

Tut.. Tut.. Tut..

Rania lalu memasukkan kotak makan siang Aldo didalam tas dan segera berjalan keluar rumah. "Saya pergi dulu," ucap Rania kepada Pelayan-Pelayan dirumahnya.

"Baik, Nyonya. Hati-hati."

Rania tersenyum tipis untuk membalas perkataan Pelayan-Pelayan barusan.

Setelah sampai diluar, Rania cukup terkejut dengan keberadaan seseorang dihadapannya. Ia tiba-tiba menghentikan langkahnya.

"Maaf, siapa ya?" Rania mengerutkan dahinya.

"Selamat siang, Nyonya. Saya diberikan perintah oleh Tuan Aldo untuk mengantar dan menjemput Nyonya kemana pun." Orang itu menunduk dengan ramah ke arah Rania.

"Tuan Aldo?"

"Iya, Nyonya."

Rania menghela nafasnya sejenak sambil bergumam, "Aldo lu kebanyakan duit apa gimana, sih?"

"Ayo, saya antar, Nyonya. Mau kemana?"

Rania kembali menatap orang dihadapannya ini. "Ehm.. ke kantor Al- Tuan Aldo."

"Baik, Nyonya." Pak Sopir segera membukakan pintu mobil untuk Rania. "Silahkan, Nyonya."

Rania menganggukan kepalanya dengan perasaan canggung. "Ehm, iya. Makasih, Pak."

***

Setelah sepuluh menit, Rania sampai dikantor Aldo. Cewek itu segera turun dari mobil dan berjalan memasuki kantor Aldo.

"Maaf, cari siapa?"

Rania menghentikan langkahnya dan berdiri didekat meja resepsionis. ( Monmaap, tadi malah nulis administrasi 😭🙏 )

"Cari Aldo- ehm.. maksudnya, Pak Aldo."

"Oh, Pak Aldo. Apakah Anda sudah punya janji dengan Pak Aldo?"

Rania menaikkan sebelah alisnya. "Jan.. ji? Ehm, udah."

Gadis yang berada dihadapan Rania kini menatap Rania dengan curiga. Jawaban Rania barusan yang terdengar ragu-ragu terkesan tidak jujur sama sekali.

"Maaf, kalau tidak ada kepentingan sama sekali sebaiknya jangan mengganggu. Mohon kerjasamanya, Nona. Pak Aldo sangat tidak suka diganggu, apalagi saat ini jam-jam sibuk kantor."

Rania perlahan menganggukan kepalanya. "Oh.. iya, gapapa. Tapi, boleh minta tolong panggilkan Pak Aldo sebentar?"

"Ada urusan apa, Nona?"

Rania terdiam sejenak. Kemudian ia berubah pikiran lalu menggelengkan kepalanya. "Oh, ga jadi. Maaf."

Rania segera melangkahkan kakinya menuju luar sambil mengambil ponselnya yang berada disaku celana jeans-nya.

Ia mulai memanggil Aldo ditelepon.

"Halo? Belum dateng juga?"

"Gue tunggu didepan kantor."

"Lho? Kenapa ga langsung masuk aja?"

"Gapapa. Buruan, gue tunggu."

Rania langsung memutuskan sambungan panggilannya. Tut.. Tut.. Tut..

"Istri Pak Aldo belum dateng, ya?" ucap satu pria dengan badan yang cukup kekar kepada teman-temannya yang baru tiba disana.

Rania mengerutkan dahinya, ia lalu menoleh ke arah tiga pria yang berdiri tidak jauh darinya. Kemudian ia kembali mengalihkan pandangannya. "Ngapain mereka nyari istri Aldo?"

Tak lama kemudian Aldo keluar dari lift dan berjalan menuju tiga orang bodyguard-nya.

"Istri saya mana? Kan saya suruh kalian bertiga bawa istri saya ke ruangan saya," ucap Aldo, membuat tiga orang dihadapannya terkejut.

"Maaf, Pak. Tapi dari tadi istri bapak belum dateng," ucap salah satu dari mereka.

Aldo mengerutkan dahinya, ia lalu mengalihkan pandangannya dari tiga bodyguard-nya dan mencari keberadaan Rania. Setelah menemukan punggung Rania, Aldo langsung menunjukkan pada bodyguard-nya.

"Itu istri saya," ucap Aldo dan kembali menatap tiga orang dihadapannya dengan datar.

Mereka membelalakkan kedua bola matanya. "Itu istri Pak Aldo? Tapi kita ga liat dari tadi, Pak."

Aldo menghela nafasnya, ia lalu berjalan dengan cepat mendekati Rania. Aldo langsung menggenggam telapak tangan Rania sambil tersenyum simpul, membuat Rania cukup terkejut.

"Kenapa nunggu disini?"

Rania perlahan menggelengkan kepalanya. "Gapapa, pengen aja."

Aldo mengerutkan dahinya. "Ada yang macem-macem sama kamu?"

"Enggak." balas Rania, ia lalu memberikan tas berisi kotak makan tadi kepada Aldo. "Ini makan siang lo," ucapnya.

Aldo menaikkan sebelah alisnya. "Lo?"

Rania mengalihkan pandangannya. "Buruan ambil. Gue mau langsung ke rumah sakit."

"Ran," ucap Aldo sambil menatap Rania dengan tajam.

"Kenapa?" Rania kembali menatap Aldo dengan datar.

"Ikut aku."

"Gue ga mau telat lagi, Aldo."

Aldo tak mendengarkan perkataan Rania, cowok itu segera melingkarkan satu tangannya di pinggang Rania dan berjalan menuju lift.

"Aldo!" Rania menahan teriakannya. Semua mata tertuju ke arah dirinya dan Aldo, ia tidak mungkin melakukan hal-hal bodoh saat ini dan membuat Aldo malu. Mau tak mau, ia terpaksa mengikuti langkah Aldo. 

Saat pintu lift sudah tertutup, Rania segera mendorong tubuh Aldo agar menjauh dan melepaskan tangannya dari pinggang Rania. Tapi nihil, tidak berpengaruh sama sekali. Tenaga Aldo lebih kuat daripada tenaga Rania.

"Aldo, lepasin!"

Setelah pintu lift terbuka, Aldo segera melangkahkan kakinya dengan cepat menuju ruangannya. Sama seperti tadi, mereka kembali menjadi pusat perhatian semua orang.

"Pak Aldo beneran udah nikah?"

"Itu istri Pak Aldo?"

"Wah, so sweet!"

"Gue kira Pak Aldo belom nikah."

Ceklek!

Setelah masuk, Aldo segera menutup pintu dan menarik lengan Rania menuju sofa yang ada disana.

"Duduk," ucap Aldo sambil melepaskan pegangannya dari lengan Rania. Cowok itu lalu duduk lebih dulu.

"Kalo mau ngomong, ya, ngomong aja. Gue buru-buru."

Aldo melirik ke arah Rania sambil menaikkan sebelah alisnya. Ia langsung menarik lengan Rania, membuat Rania terduduk disebelahnya.

Rania menghela nafas dengan kasar. Cewek itu lalu mengalihkan pandangannya, ia sama sekali tak ingin menatap Aldo.

"Aku ada salah apa?"

Rania hanya menggelengkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan Aldo barusan.

"Trus, kenapa tiba-tiba pake 'lo-gue' lagi? Padahal tadi sebelum dateng masih pake 'aku' ngomongnya," tanya Aldo.

"Gapapa, pengen aja."

"Tadi dibawah bilang gitu juga."

"Ya emang pengen aja, ada masalah?" Rania langsung menatap Aldo dengan tatapan datar. 

"Kenapa tiba-tiba sensi gitu?"

"Gue pengen."

"Kalo ada masalah bisa bilang, 'kan? Ga usah tiba-tiba sensi gitu. Aku yang ga tau masalahnya apa kenapa malah didiemin?" ucapan Aldo barusan membuat Rania terdiam dan kembali mengalihkan pandangannya.

"Maaf." ucap Rania tiba-tiba. "Gue cuma agak- ehm.. kecapean."

"Bohong."

Rania menoleh ke arah Aldo dengan mengerutkan dahinya. "Gue serius."

Aldo menatap mata Rania tanpa sedikit pun mengalihkan pandangannya. "Coba ngomong sekali lagi."

"Dih, males." Rania lalu mengalihkan pandangannya.

"Rania bohong."

"Nggak."

"Bohong."

"Enggak."

"Tuh, 'kan, bohong."

"Enggak, ih." bantah Rania.

"Coba bilang sekali lagi."

"Gue-" Rania langsung terdiam saat dirinya menatap kedua bola mata sang suami.

"Hm?"

"Gu- gue.. gue cuma- aish!" Rania langsung mengalihkan pandangannya dengan perasaan kesal.

"Cuma apa?"

Rania melirik ke arah Aldo dengan tajam, dibalas dengan kedua alis yang terangkat di wajah Aldo.

"Gue kesel!"

Aldo cukup tersentak kaget, ia mengerjapkan matanya. "Kesel?"

"Iya! Gue kesel! Masa mau temuin suami aja gue harus ada janji? Kenapa gue ga boleh temuin suami gue sendiri di jam-jam sibuk kantor? Kenapa? Gue ga penting gitu? Ato gue harus sewa waktu biar bisa ketemu dan nganterin makan siang suami gue sendiri?!"

Aldo mengerutkan dahinya. "Siapa yang bilang gitu?"

Rania kembali mengalihkan pandangannya. "Udah, ah, ga penting. Salah gue sendiri, harusnya gue BIKIN JANJI dulu sama Pak Aldo."

Seketika Aldo terkekeh kecil setelah mendengar perkataan Rania barusan, membiat Rania menatapnya dengan tajam.

"Ketawa lo?"

Aldo langsung merubah ekspresinya dan menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Enggak, ga ada."

"Ketawa aja, gapapa. Terserah Pak Aldo juga, emang saya siapa yang bisa negur Pak Aldo? Saya, 'kan, ga ada janji sama Pak Aldo." ketus Rania.

"Nanti aku tegur orangnya, ya. Masa istri aku sendiri ga boleh ketemu aku? Salah, tuh."

"Udah, biarin aja. Bukan salah dia."

"Trus salah siapa?"

"Salah gue. Gue yang ga bikin janji dulu. Udah, ah, gue duluan."

Saat Rania beranjak dari duduknya, Aldo segera menarik lengan Rania hingga membuat Rania kembali terduduk.

"Buru-buru banget," tegur Aldo. Cowok itu mengulum senyum.

"Yaiyalah, gue juga punya kerjaan lain. Kerja gue ga cuma gangguin jam kerja Pak Aldo kali," ucap Rania dengan perasaan kesal.

"Ngomel mulu dari tadi. Ntar aku cium, mau?"

Rania langsung terdiam, bibirnya tertutup dengan sangat rapat.

"Nah, gitu. Mau makan siang bareng?"

"Gak, makasih." 

Aldo terdiam sejenak sembari menatap bibir Rania. Seketika ia meneguk salivanya dengan cukup susah.

Gleg..

Rania melirik ke arah Aldo sambil mengerutkan dahinya. "Aldo."

Aldo mengerjapkan matanya sesaat. "Hm? Kenapa?"

"Liatin apa lu?" Rania menatap Aldo dengan curiga.

"Ng- nggak, ga liatin apa-apa."

Tiba-tiba terdengar ketukan dari pintu ruangan Aldo, membuat Rania dan Aldo beralih menatap pintu.

Tok! Tok! Tok!

"Masuk!"

Ceklek..

Seorang gadis berjalan memasuki ruangan Aldo dengan senyum manis yang terukir diwajahnya. "Permisi, Pak Aldo."

"Kenapa?"

Rania mengerutkan dahinya, sepertinya ia kenal gadis dihadapannya ini.

"Boleh liat berkas yang kemaren gak, Do?"

Aldo menaikkan sebelah alisnya. "Oh, bentar."

Aldo beranjak dari duduknya dan berjalan menuju meja kerjanya mengambil sebuah berkas diatas meja. Ia lalu memberikannya kepada Nabila, "Ini, Bil."

Rania menaikkan kedua alisnya. Nabila? Gadis yang ikut perkemahan semasa SMA? Gadis yang menyanyikan lagu di pensi bersama Aldo dulu? Gadis yang duduk berdua dengan Aldo di dalam bis?

"Thanks, Do." Nabila tersenyum. Terlihat sangat akrab dengan Aldo.

"Tadi manggilnya pake 'Pak Aldo' , sekarang cuma 'Aldo' ?" gumam Rania sambil mengalihkan pandangannya. Ia kembali tidak mood.

"Eh, ini.." Nabila berdiri sambil menatap Rania. "Rania?"

Rania menghela nafasnya dengan kasar sejenak. Ia lalu menoleh ke arah Aldo dengan senyuman diwajahnya. "Iya?"

"Oh, iya. Ini Nabila, Ran. Yang dulu ikut kemah pas SMA," ucap Aldo mengingatkan Rania pada momen yang sangat Rania benci untuk diingat.

Rania menganggukan kepalanya masih dengan senyuman diwajahnya, ia segera beranjak dari duduknya. "Oh.. iya, inget."

Nabila kembali tersenyum. "Ehm.. ya udah, gue duluan, ya."

Rania dan Aldo menganggukan kepalanya.

Setelah Nabila keluar dan menutup pintu ruangan Aldo, Rania segera menoleh ke arah Aldo. "Gue juga duluan."

"Kok buru-buru? Duduk dulu, kita makan siang bareng." ajak Aldo. Cowok itu kembali duduk disebelah Rania.

Rania menggelengkan kepalanya. "Ehm.. ga usah. Besok-besok aja, hari ini gue ada janji sama temen."

"Siapa?"

Rania berpikir sejenak, mengingat kembali nama temannya. "S- Sekar."

Aldo beranjak dari duduknya sambil menatap wajah Rania. "Oh, Sekar."

"Iya," gumam Rania. "Ya udah, gue pergi dulu."

Aldo tiba-tiba memegang lengan Rania, membuat Rania menghentikan langkahnya sambil menatap dirinya dengan mengerutkan dahinya.

"Kenapa?"

Bukannya menjawab pertanyaan Rania, Aldo malah fokus ke arah bibir Rania.

"Aldo?"

Aldo mendekat hendak mencium bibir Rania, tapi dengan cepat Rania membuang muka ke arah lain.

Aldo langsung mengerutkan dahinya, membuat Rania meneguk salivanya. "Ehm.. gu- gue buru-buru. Lagian ga enak juga, kita lagi di kantor lo."

Rania segera menarik tangannya dengan kuat, membuat genggaman Aldo pada lengannya terlepas begitu saja.

"Permisi."

Aldo menatap Rania dengan perasaan aneh. Ada apa dengan Rania?

"Hati-hati, Ran."

-

Maaf baru bisa up🙏
Ditunggu 3k votes dan 3k komennyaa! Terima kasih!❤️

Silahkan memberikan kritik dan saran, tapi mohon dengan kalimat dan kata-kata yang baik. Terima kasih.

Jangan lupa PO cerita My Husband is My Enemy 1 di Shinnamedia! Insya Allah, bulan juni.

Jangan lupa follow instagram :
- @ rahma_niida
- @ cerita.boss
- @ aldopradipamahendra
- @ raniapratistakaila
- @ about_wpboss

Akun Wattpad kedua aku rahmanidaaa 👈 tap ajaa!

See u!

Happy birthday!
Have a nice day, RANIALDO LOVERS!❤️

Continue Reading

You'll Also Like

ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

5.7M 319K 36
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
297K 14.6K 32
Anna kaget saat dia membuka matanya, bukan nya berada disurga atau alam baka dan bertemu dengan ibu dan ayahnya yang telah meninggal, dia malah terba...
3.2M 158K 22
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...
287K 17K 36
JANGAN LUPA FOLLOW... *** *Gue gak seikhlas itu, Gue cuma belajar menerima sesuatu yang gak bisa gue ubah* Ini gue, Antariksa Putra Clovis. Pemimpin...