SILHOUTTE: After A Minute [EN...

By lnfn21

126K 19.6K 5K

Roseanne Park baru saja menikah dengan kekasihnya, Jung Jaehyun yang merupakan pengusaha sukses dan bergelima... More

00: Prologue
01: Woman White Dress
02: Memory of Your Scent
03: Offer & Agreement
05: Romantic in Traumatic
06: Beside You
07: Pray & Promise
08: The Things You Like
09: Bittersweet
10: From Seoul to Chuncheon
11: Big Consequences
12: So Care(less)
13: Quiet for A Moment
14: The Fragile Roses
15: Hug Your Body & Soul
16: Aware With Heart
17: Say Merry Christmas to The Devil
18: Enemy by My Side
19: Helleborus & Hidden Message
20: Circle of The Game
21: Captivated by Love
22: Falling Flower
23: Warmth That Melts Loneliness
24: An Anemone
25: Dating in Early Spring
26: I Wanna Tell You How I Feel
27: Eye Trick
28: The Wrecked Canoe
29: Woman Black Dress
30: Scabiosa's Allegory
31: Hyacinth
32: The Hurricane Arive in Rome
33: Human's Error
34: Even If It's Just A Lie
35: Italy is Distopia
36: Date of Birth & Death
37: People is Full of Secrets
38: Night We Took Off The Clothes
39: Built A Barrier
40: Autumn Bellflower
41: Sailing Without A Map
42: Fill The Emty Space in Yours
43: Chaos Begins to Blow
44: Home & Hebras
45: Beautiful Scraft Carried by The Wind
46: Lies Like a Time Bomb
47: This Charade is Sickening
48: Eternal Destructions
49: Jeju & The Uninhabited Villa
50: Who Is The Villain?
51: Being My Bride in One Night
52: Cistus - Tommorow I'll Die
53: There'd be Pools Filled by Bloods
54: Sweat Pea
| SILHOUTTE FLOWER'S ALLEGORY |
Rose's Series
Jeffrey's Series

04: Yes, I'm Your Husband

3.1K 570 23
By lnfn21

CHAPTER 4
Yes, I'm Your Husband


[Playlist: Suran – Water Orchid]

***

Langkah kaki seorang pria berderap pelan, menapaki keramik mengkilap kecoklatan sebuah rumah bertatanan luar bisa megah, lalu berhenti di salah satu bagian. Mendongak, Jeffrey memandangi lekat sebuah bingkai foto besar yang tersemat pada dinding kokoh ruang tengah bernuansa semi klasik dengan satu set sofa sewarna karamel dan meja kaca rendah di tengah beralaskan karpet bulu putih bersih, pula lampu-lampu berpijar jingga mengantung di sana-sini, dan sebuah televisi LED selebar 32 inchi.

Seminggu berada di rumah ini, Jeffrey telah menelusuri hampir keseluruhan isi di dalamnya. Bersebelahan dengan ruang tengah, ada dapur dengan peralatan masak yang lengkap, pantry dan mini bar, juga meja beserta sepasang kursi yang saling berhadapan; ruang fitness pribadi yang menyatu dengan kolam renang indoor; tatanan tanaman-tanaman dan bebungaan di area taman belakang rumah; dan sebuah ruang khusus pembuatan parfum di mana banyak sekali teronggok botol-botol kecil dan cairan-cairan berbau wangi.

Sementara, jika meniti tangga ke lantai dua, ada sebuah kamar luas yang pastinya adalah milik sang empu rumah ini, Rosé dan Jaehyun. Jeffrey hanya sesekali masuk ke dalam sana untuk mandi dan mengambil pakaian ganti. Selebihnya ia lebih banyak berada di sebuah ruangan yang mirip seperti perpustakaan yang disatukan dengan ruang kerja sebab satu set komputer terdapat di sudutnya. Ada pula rak berisi buku-buku yang kebanyakan bertajuk binis dan manajemen, sebagian kecil menyabet genre sastra serupa novel fiksi sejarah dan kumpulan puisi picisan. Hari-hari Jeffrey habiskan untuk membaca lembaran-lembaran kertas di sana, dan berakhir terlelap di atas sebuah sofa abu-abu pudar di ruangan yang sama.

Dan selain itu, foto yang terpajang di ruang tengah, menampilkan pasangan pengantin yang saling memeluk, selalu menjadi titik di mana Jeffrey menghabiskan bermenit-menit hanya untuk berdiri dan memandanginya. Di sana ada senyuman manis yang terpasang pada wajah masing-masing bahwasanya seakan menegaskan dua orang tersebut begitu mencintai satu sama lain.

Sekarang Jeffrey memahami, adalah wajar perempuan itu menjadi setengah gila sepeninggal suaminya. Jeffrey pun nyaris dibuat gila oleh sekelumit fakta yang ia dengar dari Alice perihal Jaehyun yang merupakan saudara kembarnya. Ia tak begitu ingat tentang masa kecil mereka, Ia hanya ingat sekelebat wajah laki-laki kecil yang dulu kerap bermain bersamanya di panti. Dan lagi, kenyataan bahwa dirinya lah yang membunuh Jaehyun menghantam relung Jeffrey begitu kuat. Namun, Jeffrey tak lantas menjadi gila, sebab fakta perihal ia yang membunuh atas suruhan orang lain membuatnya harus mempertahankan kewarasan di situasi segila sekarang.

Dengan keterampilan yang ia dapat dari menjadi salah satu anggota gangster di Italia sana, Ia berhasil meretas sandi komputer milik Jaehyun di ruang perpustakaan dan membuat surel baru untuk mengirimkan pesan pada Lucas, salah satu rekan kerjanya. Jeffrey meminta Lucas mencari tahu siapa yang menyuruhnya menabrak ferari gading waktu itu. Namun, sampai saat ini ia belum juga mendapat balasan. Selain itu, Jeffrey juga berusaha mengirim surel pada Mark, sekedar menanyakan kabar pria itu.

Demi menghilangkan jejak, sebelum datang kemari, Jeffrey membuang ponselnya ke jalanan saat ia berada di dalam mobil Alice yang melaju kencang. Benda itu mungkin sudah hancur tergilas roda-roda kendaraan yang melintas.

Menghela napas pelan, Jeffrey menutup buku yang tengah ia baca lalu meletakannya di atas meja. Ia kebosanan. Rumah ini begitu sepi. Hanya ada beberapa pelayan yang datang untuk membersihkan rumah dan memasak, lalu pulang di waktu petang. Tak dipungkiri kehidupan Jeffrey berbalik setengah putaran lebih tenang dari sebelumnya selama satu minggu ini.

Menatap jam dinding ruangan yang menujukan pukul satu siang, Jeffrey beranjak bangkit dari sofa abu-abu pudar tempatnya duduk kala itu. Ia teringat sesuatu. Alice bilang siang ini adiknya akan dibawa pulang dari rumah sakit. Itu artinya, Jeffrey mesti mempersiapkan mental untuk menghadapi perempuan yang bisa dibilang setengah gila.

Roséanne Park.

Menggumamkan nama itu saja sudah membuat bulu roma Jeffrey merinding. Jeffrey pikir beberapa detik lagi, ketenangan akan sepenuhnya musnah dari hidup pria itu membayangkan dirinya akan mengurusi perempuan tidak waras.

Suara mesin mobil yang dimatikan di luar sana membuat Jeffrey bergegas keluar dari ruang perpustakaan. Langkahnya terhenti ketika hendak menggapai anak tangga pertama, ia menggenggam erat trails di sisi kirinya tatkala melihat sosok perempuan bersurai layaknya tumpahan madu dituntun oleh Alice. Mendadak jantung Jeffrey berdegup kencang memikirkan bagaimana kiranya ia akan menyapa perempuan itu nanti, meski sebelum ini ia telah dibekali pelatihan khusus dari pria bernama Kim Mingyu.

Mingyu telah memberitahu Jeffrey banyak hal tentang Jaehyun yang mana memiliki sifat begitu lembut saat bicara, berbanding terbalik dengan Jeffrey yang selalu berujar tegas pada siapa saja sampai orang yang diajaknya bicara kerap berpikiran bahwa Jeffrey sedang marah. Beberapa detik Jeffrey mengambil napas banyak-banyak lalu menghembuskannya perlahan berupaya menenangkan diri, tetapi percuma sebab ia merasakan ragu yang bertumpuk ketika hendak menuruni tangga.

Maka, saat dua perempuan di bawah sana mulai menginjakan kaki di anakan tangga paling bawah, dan mulai beranjak naik, cepat-cepat Jeffrey menyembunyikan diri di balik dinding salah satu lorong. Dari sana ia memperhatikan mereka yang berjalan masuk ke dalam sebuah kamar, maka ia menghembuskan napas sedikit lega.

Kelegaan yang tak berlangsung lama lantaran beberapa saat kemudian, Alice keluar dari kamar di ujung sana lalu berjalan meghampiri.

"Ikut aku!"

Jeffrey patuh. Berjalan di belakang Alice menuju ruang perpustakaan. Duduk berhadapan di atas sebuah sofa, beberapa saat kemudian datang Mingyu dengan sebuah amplop di tangan yang kemudian diberikan pada Alice.

Mengeluarkan secarik kertas, Alice menyodorkan itu bersama sebuah pena. "Baca dan tanda tangani perjanjian ini!"

Mengulurkan tangan meraih, Jeffrey membaca dengan teliti deretan alfabet yang tersusun membentuk untain-untaian kata penuh makna.

PERJANJIAN TERTULIS

Saya Jeffrey Anderson, menuliskan ini dalam keadaan sadar bahwasanya saya berjanji akan:

1. Bersedia mencurahkan segala pikiran, waktu, dan tenaga saya demi menjadi suami bayangan Roséanne Park

2. Menjaga dengan baik Roséanne Park selayaknya saya menjaga istri saya yang sesungguhnya

3. Tidak menyakiti dan tidak berlaku kasar pada Roséanne Park dalam hal apa pun

4. Tidak 'menyentuh' Roséanne Park. Sentuhan fisik seperti berpegangan tangan, pelukan, atau ciuman diperkenankan jika memang dibutuhkan.

Demikian perjanjian tertulis ini saya buat dengan sebenar-benarnya. Dan, apabila saya melanggar poin-poin di atas, maka saja bersedia menerima segala konsekuensi.

Tertanda, Jeffrey Anderson

Selesai membaca, Jeffrey tak lantas membubuhkan tanda tangan di sana. Ia menatap perempuan yang duduk dengan santai sembari mengayunkan salah satu kaki panjangnya.

"Menyentuh? Maksudnya—"

"Kau tidak boleh meniduri Rosé." Alice sudah bisa menebak Jeffrey akan bertanya perihal itu. Alasan mengapa Alice mencantumkan poin di atas yakni sebab ia belum bisa sepenuhnya mempercayai Jeffrey. Terlebih dengan tabit pria itu yang mana ia ketahui adalah seorang gangster dan lelaki bayaran.

"Bagaimana jika kami tidak sengaja melakukannya? Atau mungkin saja adikmu memaksaku melakukannya."

Kelopak mata Alis membulat sempurna, tatapannya menajam mendengar pertanyaan Jeffrey yang sukar diterima akal. "Apa pun alasannya, kau adalah pihak yang bersalah jika itu terjadi sebab kaulah yang sepenuhnya waras. Jadi, kendalikan dirimu, Jeffrey!"

Sekali lagi Jeffrey tertawa tanpa suara, tak seberapa lebar. Dibaliknya kertas berisi perjanjian tertulis yang dibuat tanpa adanya kompromi terlebih dahulu. Lalu dengan tipografi yang hanya bisa dibaca sebagian kecil orang sebab terlalu abstrak, Jeffrey menguraikan beberapa kalimat di sana.

Saya Alice Park, menuliskan ini dalam keadaan sadar bahwasanya saya akan menjamin kehidupan dan menfasilitasi seluruh biaya hidup Mark Lee.

Tertanda, Alice Park.

Alice mengernyitkan dahi membaca tulisan tangan Jeffrey. "Mark Lee? Siapa dia?" Ia bertanya penasaran.

"Seseorang yang berharga bagiku." Jeffrey menjawab lirih, "akan kukendalikan diriku. Kamu hanya harus menjamin kehidupan orang yang sudah kuanggap sebagai adikku sendiri."

***

Peluh membanjiri sebagian besar wajah pucat perempuan yang masih terlelap di atas ranjang bergulung selimut tebal. Mata yang masih terpejam itu bergerak gelisah dengan bibir yang meracau pelan menasbihkan nama seseorang.

"Jaehyun ...."

Beberapa saat kemudian, ia terbangun dengan napas yang berkejaran. Mimpi buruk baru saja mampir dalam tidurnya; menghadirkan bayang-bayang laki-laki yang tenggelam di dasar air yang menggenang begitu dalam.

Beranjak duduk, ia menekuk lutut dan menggenggam erat ujung selimut. Raut ketakutan masih betah menghiasi wajah cantik perempuan bergaun tidur satin biru muda di sana. Memencarkan pandangan resah ke segala arah, netra Rosé menyorot nakas di sebelahnya lalu seakan tersentak. Ia segera menyibak selimut dan mengobrak-abrik produk perawatan kecantikan yang tadinya tertata begitu rapi hingga berjatuhan di lantai.

"Jaehyun ...." Lagi-lagi bibir pucat perempuan itu memanggil satu nama. "Parfum ...." Kali ini bersama satu kata yang berbeda. Ia tengah mencari sebuah parfum beraroma leather woody, aroma yang hanya satu di dunia ini, aroma seorang Jung Jaehyun, lelaki yang begitu ia cintai.

Maka, ketika tak mendapati benda itu di mana pun, segera perbendaan di dalam kamarnya tak luput dari amukan. Barang-barang dalam setiap loker ia buang ke mana-mana ia suka hingga ruangan bernuansa gading itu kini lebih cocok disebut kendang singa lantaran saking berantakannya. Bersama tangis dan ringisan di mulut, Rosé mengerang frustasi sebab sampai detik ini ia tak kunjung menemukan benda yang selalu menjadi penawar rindunya.

Berjalan setengah limbung ke kanan dan ke kiri dengan napas yang terengah, Rosé berhenti di depan sebuah cermin yang menampilkan bayangan dirinya. Begitu menyedihkan hingga ia nyaris tak mengenali sosok di dalam cermin itu. Maka, di ambilnya sebuah patung kuda dari kayu, untuk kemudian ia melangkah maju mendekati cermin bulat di meja rias yang membingkai bayangan perempuan paling menyedihkan sedunia. Lalu, memukulkan benda di tangannya pada bayangan itu.

Bunyi gemerantang rontoknya cermin mengaung begitu keras, membangunkan sosok pria yang terlelap di atas sofa sebuah ruangan yang punya rak-rak menjulang penuh bebukuan. Novel yang menutupi wajah pria itu seketika terjatuh begitu sosoknya terperajat, bangkit dan segera menyeret langkah kaki meski nyawa belum sepenuhnya hadir dalam raga.

Menyambangi sumber suara, Jeffrey begitu ragu ketika langkahnya berhenti di depan sebuah pintu ruangan yang mana adalah kamar milik Rosé. Mendadak jantungnya bergemuruh, tetapi mendengar erangan dari dalam sana mendongkrak keraguan dalam diri Jeffrey hingga ia pun tanpa pikir panjang segera mengayunkan gagang pintu dan berakhir melihat sebuah pemandangan memilukan.

Sosok perempuan bergaun tidur satin biru muda, terduduk dan meringkuk di atas lantai marmer ruangan yang berantakan, dengan dua tangan yang menjambaki rambutnya sendiri. Jeffrey meneguk salivanya kepayahan tatkala membeku di satu titik tanpa bisa ke mana-mana. Barulah ketika penglihatannya menangkap pergerakan Rosé yang mengulurkan tangan dan mengambil pecahan kaca, Jeffrey melesat begitu cepat menahan pergelangan perempuan itu.

Rosé memberontak enggan melepaskan cengkramannya pada pecahan kaca dalam genggaman kala Jeffrey berupaya menyingkirkannya. "Lepas! Kamu bisa terluka!" tegas Jeffrey pada Rosé yang masih bersikukuh mempertahankan kepingan kaca dalam kukungan jemarinya bersama bibir yang meracau, "Tidak mau. Aku hanya ingin mati saja."

Melihat darah mengucur di tangan Rosé, sepasang mata Jeffrey membulat sempurna. Kepingan kaca yang digenggam Rosé mengoyak telapak tangan perempuan itu sendiri. Jeffrey bukan lagi hanya menggenggam pergelangan tangan Rosé, melainkan ia mengerahkan dua lengannya mengurung tubuh perempuan itu agar berhenti berontak.

"Sadarlah! Kamu berdarah!" tegas Jeffrey kembali, tetapi tak membuahkan hasil apapun kecuali darah yang semakin banyak mengucur sebab Rosé semakin erat menggenggam kepingan kaca dan benda itu menembus dagingnya semakin dalam.

"Lepaskan aku! Aku tidak mau hidup. Aku ingin mati. Aku ingin mati." Kali ini bersama sebuah erangan frustasi, Rosé mengucap kalimat itu lagi.

"KAU GILA!?!" Maka, bentakan Jeffrey mengudara begitu cepat dan merasuki pendengaran Rosé, menghentikan sosoknya yang berontak sebab terlalu terkejut. Nyaris seumur hidup, tidak ada seorang pun yang pernah membentak Rosé.

Jeffrey beralih meraih dua lengan Rosé, lalu meraih dua sisi wajah perempuan itu agar menatap padanya. "Sadarlah! Di luar sana banyak manusia yang berusaha mati-matian untuk bertahan hidup. Lalu, kamu seenaknya menyia-nyiakan hidupmu dan bilang ingin mati saja?!"

Jeffrey menyorot tajam dua bola mata kelam berselimut cairan bening perempuan yang kini mengatup rapat sepasang bibir pucatnya. Ada ringisan pelan dari pria itu ketika mengingat bagaimana dulu ia bertahan hidup bersama Mark di Italia sana: mengais makanan sisa dan menyantap roti keras yang sudah kadaluarsa.

Sejenak ruangan menghening, dan suara dentingan dua benda yang bersentuhan menjadi pemecah keheningan pertama. Rosé melepaskan kaca dari genggamannya hingga benda itu teronggok di lantai dan menjadi objek tatap Jeffrey sejenak sebelum kembali menjatuhkan pandang pada wajah sembab perempuan di hadapannya.

Dalam jarak yang terlampau singkat, Jeffrey bisa menangkap sepasang bibir Rosé mengucapkan satu nama begitu lirih.

"Jaehyun."

Mengerjapkan mata dua kali, tidak ada yang bisa Jeffrey lakukan sebab otaknya terlalu lamban berfungsi saat ini. Tangannya mendadak lemas lalu berangsur melepaskan sentuhan dari wajah Rosé.

"Benarkah itu kau?" lirih Rosé lagi. "Kau masih hidup?"

Rosé tergulung keterharuan, pula rasa penasaran perihal sosok yang ada di hadapannya sekarang. Apakah ini sungguhan lelaki yang tak mampu ia rengkuh raganya beberapa bulan ini, ataukah hanya sebuah patung tiga dimensi?

Mencoba memastikan, tangan berselimut cairan merah pekat milik gadis itu beranjak terulur dengan gemetaran, hampir menyentuh wajah tampan pria di hadapannya sekarang, tetapi berhenti di sepersekian senti.

Jeffrey tersentak ketika dua lengan Rosé menggapai lehernya, begitu cepat perempuan itu merapatkan tubuh mereka berdua, mendekap Jeffrey erat sekali. Debaran kencang tak bisa terelakan dari dalam jiwa Jeffrey saat itu. Mendadak ia merasakan seluruh sistem dalam tubuhnya menjadi malfungsi.

Menenggelamkan wajah pada ceruk di antara leher dan bahu Jeffrey, Rosé bergumam lagi, "Ini benar-benar kau? Sungguh?"

Jeffrey menarik napas dalam-dalam mencoba menatralisir rasa yang tak pernah sekalipun menjejaki dadanya. Sungguh, ini lebih mendebarkan dari melarikan diri saat ketahuan mencuri atau saat dipergogi membunuh seseorang.

Tangan yang tadinya bebas tanpa melakukan apa pun perlahan mulai Jeffrey fungsikan untuk membalas dekapan Rosé. Perlahan-lahan pula kesadaran mulai menggemakan genderang dalam benak bahwasanya inilah waktu bagi Jeffrey untuk melaksanakan tugas:

menjadi suami bayangan seorang Roséanne Park.

Maka dari itu, segera ia menfungsikan mulutnya untuk menjawab, "Ya. Ini aku. Jung Jaehyun—"

"—suamimu."

[]







[SILHOUTTE: After A Minute]

***

Welcome to the jungle Jeffrey xixixi

***

Welcome to the jungle juga kalian semua yang menyempatkan diri membaca part ini mwehehehe

Bisa menebak apa yang bakal terjadi kedepannya? 

Pasti banyak angan-angan di kepala kalian ya wkwk. 

Okay, sekian part ini. jumpa lagi di part berikutnya. lup yuuu...

***

Continue Reading

You'll Also Like

15.9K 2.8K 31
Jiwa Kim Jisoo hancur. Dia berkali-kali bereinkarnasi dan selalu menemui kematian. Senyumannya pudar. Kebahagian tak lagi menjumpainya. Dia terlanju...
62.5K 5.7K 30
Di satukan kembali oleh sebuah musibah, melanjutkan kisah cinta paling murni di kehidupan yang keruh. Vincenzo dan Chayoung, belum selesai berurusan...
10.2K 1.6K 26
Sinb menatap jengah dua pria di depannya. Ia tidak memiliki firasat apapun tentang pertemuan ini sebelumnya. Sampai mereka saling melempar kode lalu...
1.7M 65.4K 96
Highrank 🥇 #1 Literasi (24 November 2023) #1 Literasi (30 Januari 2024) #3 Artis (31 Januari 2024) #1 Literasi (14 Februari 2024) #3 Artis (14 Fe...