Love For Eleanor

By FatimahIdris3

1.1K 807 528

Kutulis kisah ini untuk banyak orang. Untuk mereka yang pernah terluka dan ragu untuk kembali membuka hatinya... More

BAGIAN 1
BAGIAN 2
BAGIAN 3
BAGIAN 4
BAGIAN 5
BAGIAN 6
BAGIAN 7
BAGIAN 8
BAGIAN 9
BAGIAN 10
BAGIAN 11
BAGIAN 12
BAGIAN 14
BAGIAN 15
BAGIAN 16
BAGIAN 17
BAGIAN 18
BAGIAN 19
BAGIAN 20
BAGIAN 21
BAGIAN 22
BAGIAN 23
BAGIAN 24.1
BAGIAN 24.2
BAGIAN 25
BAGIAN 26
BAGIAN 27
BAGIAN 28
BAGIAN 29
BAGIAN 30
BAGIAN 31

BAGIAN 13

22 18 2
By FatimahIdris3

        Diaz menarik nafas dalam-dalam demi mengontrol emosinya yang mulai terpancing. Didepannya berdiri sekretaris kepercayaan Sharga yang cengengesan dan wajah tanpa dosanya. Bukan tanpa alasan emosi Diaz memuncak.

        Pagi tadi pria itu dikejutkan dengan berita yang menyatakan bahwa dirinya sedang menjalin hubungan dengan seorang wanita. Tentu saja itu membuatnya kelimpungan. Penyebabnya tentu saja sekretaris Sharga itu yang memberi keterangan palsu demi menghentikan berita tentang bos dan tunangannya.

"Sekarang apa yang harus kukatakan pada pihak majalah itu? Kenapa kau seenaknya mengambil keputusan tanpa meminta ijinku?" Diaz mengacak rambutnya frustasi.

"Ya ma'af pak, saya memang bersalah" Kata Sikha menundukkan kepalanya.

"Sekarang baru menyesal, tidak ada gunanya"

         Akhirnya Sikha menganggat kepalanya memandang kearah Diaz yang masih menatapnya tajam.

"Kenapa menatapku begitu?"

"Ah... Tadi pak Diaz marah saat saya menundukkan kepala, saya menatap pak Diaz juga salah, lalu saya harus apa? Padahal niat saya baik, pak"

"Apa yang baik? Yang ada aku dirugikan disini"

"Pak Diaz ini bagaimana? Coba difikir lagi, kalau berita pak Diaz lebih terkenal dibanding berita pak Sharga kemarin, otomatis nona El juga ikut penasaran, dia pasti akan mendekati pak Diaz, mencari tau siapa wanita yang dimaksud majalah tersebut. Nah, saat itulah pak Diaz memanfaatkan keadaan menyatakan perasaan pak Diaz pada nona El, bagaimana? Ide yang bagus, bukan?"

       Sikha begitu bersemangat mengungkapkan idenya. Sementara Diaz hanya terdiam. Sikha fikir, Diaz akan menyetujui idenya dan berhenti marah padanya. Tapi nyatanya wanita itu salah. Bukannya senang, Diaz malah menyentil dahi Sikha.

"Awww..." Sikha mengadu kesakitan sambil memegangi dahinya yang tampak memerah.

"Itu tidak ada dalam kamusku. Lagipula untuk apa kau repot-repot memikirkan urusan percintaanku, bukankah kau sendiri belum memiliki pasangan, kau tidak ada bedanya denganku"

          Sikha cemberut. Apa yang dikatakan Diaz benar. Dia tidak ada bedanya dengan bos sekaligus partner kerjanya itu. Namun Sikha saat ini sama sekali belum terpikir untuk memiliki seorang kekasih. Dia lebih suka sendiri. Itu menyenangkan.

       Sikha masih sibuk dengan pikirannya sendiri. Sementara Diaz sudah melangkah pergi.

🌺🌺🌺


     El tersenyum, membaca salah satu artikel disitus internet tentang arti dari bunga dandelion. Dia jadi teringat, bagaimana Sharga bersikeras meminta dekorasi saat pertungannya dengan Ahra harus ada bunga dandelion.

      Sempat tidak setuju, El sampai mengancam tidak akan membantu Sharga. Namun pada akhirnya pria itu sendiri yang dengan suka rela mencari keberadaan bunga itu.

     Sungguh cinta Sharga begitu besar untuk Ahra. El sedikit iri. Terlebih setelah hubungannya dengan Billy tidak berjalan seperti yang diharapkan.

"Sekarang apa lagi yang ada diotakmu?" Suara itu, El tau pemiliknya.

    Seperti biasa, dia muncul saat hatinya sedang gundah gulana. Pria yang mungkin sekarang tidak lagi tampak menyebalkan seperti saat pertama mereka berjumpa. Pria yang sedikit banyak memberi pengaruh besar dalam hidupnya.

"Tidak ada, aku hanya membaca artikel diinternet" Jawab El sambil meletakkan ponselnya di atas meja.

"Owh... Jadi kebiasaanmu sudah berubah? Dari wanita patah hati jadi wanita penggila internet, tidak buruk"

"Tidak bisakah kau bersikap manis walau hanya sekali?"

"Kenapa aku harus bersikap manis? Tidak ada untungnya bagiku"

      El memperhatikan pria didepannya ini. Beruntunglah pria ini diberkahi wajah tampan. Kalau tidak sudah pasti banyak orang yang menghujat sifat dinginnya.

"Jangan memperhatikanku begitu, nanti jatuh cinta" Celetuk pria itu sambil mengeluarkan ponselnya.

     El memutar kedua matanya jengah. Pria ini kalau tidak dingin ya terlalu percaya diri.

"Ah... Dasar wanita ini, kapan dia berhenti menggangguku?"

     Tiba-tiba pria didepan El ini menggerutu sendiri setelah melihat sesuatu diponselnya. Dia tampak kesal. El hanya mengerutkan keningnya penasaran.

"Apa terjadi sesuatu?" Tanya El yang sudah tidak tahan dengan keingintahuannya.

"Bukan hal penting"

        El tidak ambil pusing, dia kembali meraih ponselnya. Melihat beberapa artikel yang belum sempat dibacanya. Hingga matanya menemukan sebuah artikel yang menarik perhatiannya.

"Wooow... Namamu ada disalah satu majalah disitus internet, kau cukup terkenal rupanya" Seru El sambil membaca apa yang tertulis diartikel tersebut.

"Benarkah? Kau punya wanita yang sengaja kau sembunyikan? Siapa? Apa aku mengenalnya? Ayo beritau aku?" El memberondong pria dihadapannya itu dengan beberapa pertanyaan.

"Heh, jangan percaya berita seperti itu, itu tidak benar"

"Mana mungkin tidak benar, kau pandai sekali menyembunyikan hal seperti ini"

       Pria bernama Diaz itu hanya diam. Tidak menanggapi perkataan El. Seperti tebakan Shika, wanita itu penasaran siapa yang tengah dekat dengannya seperti yang tertulis diartikel itu.

"Ah aku tau..."

       El tiba-tiba memukul meja sedikit lebih keras. Membuat Diaz terkejut dan seketika mengelus dadanya. Beberapa orang ditempat itu mengarahkan pandangan pada keduanya.

"Astaga, kau membuatku terkejut, ada apa sebenarnya denganmu, hah??"

      El mendekatkan wajahnya pada Diaz. Pria itu dengan reflek memundurkan kepalanya. Diaz mengernyitkan dahinya, berusaha menebak apa yang ada diotak El.

"Jangan-jangan wanita itu... Sikha, benar kan?" Tanya El berbisik.

       Diaz yang tadi sempat menahan nafasnya langsung menghembuskan nafas lega. Dengan teganya dia mendorong kepala El dengan jari telunjuknya.

"Enak saja, mana mungkin wanita itu Sikha"

      Diaz tidak habis pikir dengan wanita didepannya ini. Sejak kapan wanita itu berpikir bahwa dia dan Sikha memiliki hubungan layaknya pasangan kekasih.

"Mungkin saja tebakanku benar, kalian selalu bersama setiap hari, apa kau tidak pernah dengar, ada pepatah mengatakan cinta datang karna terbiasa, bisa jadi kau dan Sikha saling jatuh cinta karna kalian sudah terbiasa bersama"

"Ckk dalam kamusku tidak ada hal seperti itu"

"Lalu bagaimana jatuh cinta menurut kamusmu?" Tanya El penasaran.

"Emmmm... Entahlah, aku juga tidak tau, tapi... Saat aku bersama seorang wanita yang kusukai, aku merasa menjadi orang yang berbeda, aku selalu ingin menjaganya, menjadi sosok yang selalu diandalkannya, selalu ada untuknya" Jawab Diaz sambil menatap El begitu intens membuat El salah tingkah.

"Owh... Wanita itu pasti sangat beruntung hehehehe"

       El cengengesan sendiri saat sadar tengah ditatap begitu intens oleh Diaz. Dia yang keGR-an atau memang Diaz mengatakan hal itu untuk dirinya. Yang El tau, sahabat dari tunangan Ahra itu tengah kasmaran. El berusaha tidak terlalu memikirkan hal itu.

      El harus sadar diri jika itu bukanlah urusannya. Tapi entah mengapa ada bagian kecil dari hatinya yang terluka. Seperti tidak rela jika Diaz benar-benar memiliki wanita rahasia. El berusaha menepis hal itu. El tau ini salah dan tidak seharusnya El merasakan hal itu.

🌺🌺🌺


     Ahra menyikut lengan Sharga sambil melirik kearah Diaz. Sharga mengikuti arah pandang tunangannya itu. Diseberang tempatnya duduk, ada Diaz yang sejak tadi hanya mengaduk-aduk makanannya. Sesekali pria itu menghembuskan nafas panjang. Seolah memikul beban yang begitu berat.

"Ada apa denganmu? Apa makanannya tidak enak? Kau tidak menyukainya?" Tanya Sharga yang berhasil menghentikan kegiatan Diaz.

"Ekhem... Makanannya enak, aku menyukainya" Jawab Diaz berusaha bersikap biasa saja.

"Benarkah?" Sharga menatap Diaz penuh curiga.

      Diaz hanya mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan Sharga. Ahra yang dari tadi diam, berdiri dari kursinya.

"Sepertinya kalian butuh waktu berdua untuk berbicara, aku sudah selesai makan, aku kekamar dulu"

       Sebelum melangkah masuk kekamarnya, Ahra menepuk pelan bahu Sharga. Memberi isyarat agar pria itu bicara dari hati kehati dengan sahabatnya. Sharga tersenyum, lalu mengecup lembut tangan mungil tunangannya itu.

       Sepeninggalan Ahra, keadaan diruang makan itu hening. Diaz masih dengan kegiatannya yang mengaduk-ngaduk makanan tanpa ada niat memakannya. Sementara Sharga sibuk memperhatikan tingkah Diaz.

"Kau uring-uringan seperti ini karna El?" Tanya Sharga to the poin dan tepat sasaran.

       Diaz menegakkan punggungnya. Menghembuskan nafas lelah.

"Dia mengira aku dan Sikha ada hubungan, aku rasa akan sulit mendekatinya"

"Kau menyerah begitu saja? Oh ayolah, kau bahkan belum memulainya"

"Kau tau aku tidak pandai dalam hal ini"

"Perlu bantuan Ahra? Tunanganku itu pasti akan senang hati membantumu"

"Entahlah"

       Diaz tampak frustasi. Baru kali ini dia dibuat gelisah hanya karna seorang wanita. Dia dengan mudah menyelesaikan semua masalah diperusahaan milik Sharga. Namun untuk urusan percintaan nol besar. Bahkan Diaz tidak tau bagaimana memulai suatu hubungan dengan lawan jenis.

"Sudah jangan terlalu difikirkan, biarkan semua mengalir apa adanya" Kata Sharga sok bijak.

"Mengatakannya memang mudah, tapi kau tau aku, jika sudah bertekad mendapatkannya, itu akan terus memenuhi otakku"

"Ya aku tau itu, karna itu kau terlihat lebih tua dari usiamu, hahahahahah" Kata Sharga sambil tertawa puas.

🌺🌺🌺

       Malam ini begitu cerah. Dari balkon apartement miliknya, El bisa memandang langit yang dipenuhi bintang. Sesekali dia akan menghembuskan nafas lelah. Hidupnya sudah sesunyi ini sejak beberapa tahun yang lalu.

       Hidup sendiri tanpa seorangpun berada disampingnya. Beberapa tahun lalu sebelum dirinya bertemu Fai dan Ahra, hidupnya benar-benar hampa. Mencoba menjalin hubungan dengan beberapa pria sebagai pelampiasan nyatanya tidak membuat hatinya yang kosong merasakan bahagia.

"drrrtdddrrrrtttttt"

        Ponsel dikantong sweeternya bergetar. El hanya melirik ponselnya sekilas tanpa ada niat menjawab telepon masuk itu. Mungkin El memang keras kepala. Atau mungkin perlakuan seseorang yang telah melahirkannyalah yang sudah sangat melukai hatinya. Hingga untuk mendengar suaranyapun El tidak bersedia.

         Ada pesan masuk diponsel El yang wanita itu yakini pasti dari sang ibu. Tadinya El berniat mengabaikannya seperti yang dia lakukan bertahun-tahun ini. Namun hati dan tangannya seolah tidak bisa bekerja sama.

"Hai El? Bagaimana kabarmu? Ibu harap kau baik-baik saja. Ibu hanya ingin mengingatkan jika minggu depan peringatan kematian ayahmu. Jika kau berkenan, datanglah kerumah. Walau bukan karna ibu, lakukan ini untuk mendiang ayahmu"

" Apa kali ini dia berharap aku datang?" Gumam El seorang diri.

     El memang marah pada keluarganya. Tapi banyak yang tidak tau jika setiap tahunnya, dia datang ketempat sang ayah beristirahat untuk selamanya. Dia datang sehari setelah peringatan kematian ayahnya.

     El hanya belum siap kembali bertemu dengan keluarganya terutama sang ibu. Terlalu sakit hatinya saat mengingat kembali apa yang terjadi beberapa tahun silam.

Flashback on

"Praaaaaaaaang"

       Suara barang yang dibanting itu membuat El yang tengah menikmati tidur siangnya terganggu. Awalnya El tidak terlalu menghiraukannya. Dia fikir itu suara bibi yang sedang membersihkan dapur. Namun makin lama, suara gaduh itu kembali terdengar.

     El bergegas keluar dari kamarnya yang ada dilantai 2. El mencari sumber kegaduhan itu. Ingin tau apa yang sedang terjadi. Samar-samar El melihat dua orang diruang tengah, tempat biasanya keluarganya berkumpul. Jika El tidak salah, itu ibu dan ayahnya.

     Tidak seperti biasa, ayahnya yang sabar dan penuh kelembutan terlihat marah. Sementara ibunya yang berdiri didepan ayahnya diam dan seolah berusaha membela diri. Samar terdengar suara keduanya.

"Jadi sekarang apa yang kau inginkan?" Suara ayahnya terdengar frustasi dan menahan emosi.

"Aku? Harusnya aku yang bertanya begitu padamu, apa yang kau inginkan?" Suara ibunya juga terdengar berbeda dari biasanya.

"Sekarang kau ingin melimpahkan kesalahan padaku? Membuat semua ini seolah-olah aku yang salah?"

"Apa maksudmu? Kau pikir ini semua salahku?"

"Tentu saja, kau sudah ketahuan selingkuh, masih saja mengelak" Ayah El meninggikan suaranya.

    El menutup mulutnya tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Ibunya selingkuh? Mana mungkin. Selama ini ayah dan ibunya tampak baik-baik saja. Mereka jarang sekali bertengkar apalagi membahas hal-hal tidak penting.

      Dikalangan kerabat yang lain, ibu dan ayahnya merupakan panutan. Mereka terkenal keluarga yang harmonis. Tapi apa ini, dari ayahnya sendiri El mendengar bahwa ibunya selingkuh.

"Kau fikir aku tidak tau apa yang sudah kau lakukan diluar sana? Apa kau fikir aku tidak tau kalau kau memiliki istri lain selain aku?" Kata Ibu El masih dengan sikap tenangnya.

    Lagi-lagi El dibuat terkejut dengan fakta yang baru saja dikatakan ibunya. Apa ini? Apa yang sebenarnya kedua orang tuanya sembunyikan darinya selama ini.

"Owh... Jadi diam-diam kau mengawasiku?" Tanya ayah El.

"Dengan reportasimu yang terkenal playboy itu, tidak ada yang menjamin kalau kau akan berubah setelah menikah denganku dan aku tidak salah meminta orang untuk mengawasimu"

"Baguslah, aku tidak perlu susah-susah mengatakannya padamu"

       Keduanya terdiam sebentar. Entah apa yang sekarang ada diotak keduanya.

"Ehem... Aku fikir karna semua sudah terungkap, bagaimana jika sekarang kau juga memberitahu El jika dia bukan anakku"

     Ibu El terkejut, begitupun El yang masih bersembunyi dibalik tembok. Apalagi ini? Apa maksud dari perkataan ayahnya tadi. El semakin tidak mengerti. Terlalu banyak hal yang disembunyikan kedua orang tuanya.

"Bukankah saat aku menikahimu, kau sudah berbadan dua? Tapi aku diam saja selama ini, karna saat itu aku tidak ingin mengecewakan keluargaku"

        Ayah El memberi jeda sebentar.

"Aku berusaha keras untuk menerima El sebagai anakku, aku memberikan kasih sayang dan perhatianku, walau terkadang terlintas kebencian karna dia bukan darah dagingku, harusnya kau berterima kasih padaku, karna aku tidak langsung mengusirmu saat itu" Lanjut ayah El.

      Ibu El terdiam. Mungkin kali ini dia merasa bersalah. Karna dari awal dia yang lebih dulu mencurangi suaminya.

"Mungkin dari awal memang tidak ada pernikahan ini, harusnya aku tidak menyetujui perjodohan itu, ayo kita akhiri ini dengan baik-baik, kau bisa kembali pada kekasihmu dan aku akan mengesahkan pernikahanku" Putus ayah El.

"Lalu bagaimana dengan El?"

"Dia cukup dewasa untuk mengerti permasalahan kita, aku tidak akan melarang atau mengusirnya dari rumah ini, walau bagaimanapun aku tetap menganggapnya anakku"

"Apa semudah itu kalian mengambil keputusan?" Tanya El yang akhirnya keluar dari persembunyiannya.

"Kenapa kalian begitu ahli dalam membuat masalah yang rumit? Apa kalian tidak memikirkan bagaimana perasaanku? Aku tidak tau kenapa aku berada diantara orang tua yang sama-sama bermasalah, ayah dengan kehidupannya begitupun dengan ibu"

"Aku fikir selama ini aku memiliki keluarga yang harmonis, tapi aku salah. Diluar kalian nampak sangat bahagia tapi ternyata didalam tersimpan banyak kebusukan, lalu dengan seenaknya kalian memilih untuk mengakhiri semuanya, pernahkah kalian memikirkan perasaanku? Pernah berfikir bagaimana kehidupanku setelah ini?"

       Kedua orang tua El terdiam. Keduanya sama-sama tidak bisa menjawab pertanyaan yang dilayangkan El. Mungkin memang mereka terlalu egois. Mementingkan urusan mereka masing-masing tanpa memikirkan El yang berada ditengah-tengah mereka.

"Ibu, katakan padaku siapa ayahku sebenarnya? Kenapa ibu tidak mencarinya? Kenapa ibu malah membiarkan orang lain mengakui aku sebagai anaknya?" Tanya El yang kini menatap ibunya dengan linangan airmata yang entah sejak kapan membanjiri kedua pipinya.

"Ibu... Ibu lupa wajahnya" Jawab sang ibu sambil menundukkan wajahnya.

"Apa maksud ibu sudah lupa wajahnya? Apa ibu sengaja melupakannya? Ibu sudah tidak ingin lagi berhubungan dengannya karna ada pria yang dengan senang hati menganggapku anak, begitu?"

"Berhenti mengatakan hal yang sama sekali tidak kau ketahui, El" Kata sang ibu sedikit meninggikan nada suaranya.

"Aku memang tidak mengetahui apapun, karna itu aku hidup dikeluarga yang sama-sama menyimpan banyak rahasia, keluarga yang dicap baik tapi nyatanya sangat busuk"

"Plaaaaaaaaaaak" Satu tamparan keras melayang dipipi kiri El. Bukan sang ayah yang melakukannya. Melainkan ibunya, wanita yang sudah melahirkannya kedunia ini. El ternganga sambil memegangi pipinya yang sedikit terasa panas akibat tamparan sang ibu.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya sang ayah tidak terima.

         El tersenyum kecut. Untuk pertama kali dalam hidupnya, tangan yang selalu membelainya dengan kasih sayang, hari ini sudah membuatnya merasakan sakit. Bukan hanya sakit karna fisik namun juga batinnya.

      Ibu El menatap tangannya yang bergetar. Ada penyesalan diwajahnya yang mulai menua. Tidak seharusnya dia menampar putri kesayangannya.

        El akan pergi meninggalkan tempat itu. Namun sebuah tangan mencegahnya. El berbalik menatap ayahnya dengan wajah yang sudah dipenuhi airmata.

"Ibumu diperkosa saat itu, dia menyembunyikan semuanya dari keluarga besarnya karna tidak ingin membuat mereka malu, tolong jangan membencinya" Kata sang ayah lalu pergi membiarkan El membeku ditempatnya.

       Sejak itu El benci ayahnya, ibunya bahkan dirinya sendiri. Kenyataan bahwa dia terlahir dari hasil pemerkosaan membuatnya jijik pada dirinya sendiri. Setelah kejadian itupun, suasana dirumah itu berubah. Ibunya sibuk dengan pekerjaannya. Ayahnya jarang sekali pulang. Mungkin dia memilih pulang ketempat istri yang diam-diam dinikahinya.

       Tidak ada lagi keceriaan dan itu membuat El kecewa. Pada akhirnya El memilih untuk keluar dari rumah itu. Memilih untuk hidup sendiri tanpa ibu dan ayahnya. Setidaknya dia bisa bebas tanpa memperdulikan masalah yang sudah terjadi dihidupnya.

Flasback off

🌺🌺🌺

          Yeeeeeeeeeyyyy akhirnya setelah sekian lama author balik lagi.

         Ma'afkan author ya yang lamaaaaaaaaaaa bangeeeeeeet kagak update2.

       Otak author lagi ngeblank banget kmaren2 tuh. Apalagi kmaren author ngurus ini itu buat pulkam jadi kagak sempet nulis heheheheheh. (yah jadi curhat kan heheheheh)

       Nah seperti janji author kalo tiap bikin cerita pasti bakal author tamatin kok. Hanya butuh ekstra sabar aja heheheh.

      Ok... Jangan lupa vote dan komentnya ya.... Makasih buat yang nungguin cerita ini. Ketemu di bagian selanjutnya ya😘😘😘😘

Continue Reading

You'll Also Like

831K 31.1K 34
[KAWASAN BUCIN TINGKAT TINGGI 🚫] "Lo cuma milik gue." Reagan Kanziro Adler seorang ketua dari komplotan geng besar yang menjunjung tinggi kekuasaan...
43.8M 1.3M 37
"You are mine," He murmured across my skin. He inhaled my scent deeply and kissed the mark he gave me. I shuddered as he lightly nipped it. "Danny, y...
90.6M 2.9M 134
He was so close, his breath hit my lips. His eyes darted from my eyes to my lips. I stared intently, awaiting his next move. His lips fell near my ea...
939K 21.1K 49
Elia menghabiskan seluruh hidupnya mengagumi sosok Adrian Axman, pewaris utama kerajaan bisnis Axton Group. Namun yang tak Elia ketahui, ternyata Adr...