Dikit-dikit Cembokur [END]

By rzbellyz

124K 8.8K 994

Di bilang sayang nggak juga, dibilang cinta apalagi. "Kita ini pacaran berdasarkan apa?" "Harus banget ada da... More

tak kenal maka tak cinta
satu
dua
tiga
empat
lima
enam
tujuh
delapan
sembilan
sebelas
duabelas
tigabelas
empatbelas
limabelas
enambelas
tujuhbelas
delapanbelas
sembilanbelas
duapuluh
duapuluhsatu
duapuluhdua
duapuluhtiga
duapuluhempat
duapuluhlima
duapuluhenam
duapuluhtujuh
maaf
duapuluhdelapan
duapuluhsembilan
tigapuluh
tigapuluhsatu
limabelasribu
tigapuluhdua
tigapuluhtiga
tigapuluhempat
tigapuluhlima
tigapuluhenam
tigapuluhtujuh
tigapuluhdelapan
tigapuluhsembilan
empatpuluh (the last)

sepuluh

2.7K 230 39
By rzbellyz

Buru-buru Alan ke kelas Gebi, dia tidak akan melepaskan Gebi begitu saja.

Walaupun Gebi hanya mengajaknya break tetap saja kemungkinan besar pada akhirnya mereka akan berpisah.

Dan Alan sangat menentang itu.

"Gebi mana Nay?" Tanya Alan pada Naya yang matanya terlihat sembab itu.

"Ke rumah sakit." Sahut Naya pada Alan, tidak tahu mengapa mood nya buruk melihat Alan.

"Hah? Ngapain? Gebi sakit?"

"Ck!"

"Nyamperin Kevin!" Lalu Naya berlalu meninggalkan Alan yang bingung dengan sikap Naya.

Mengambil ponselnya, mencari kontak telepon Gebi, tapi hasilnya nihil teleponnya tidak dijawab.

Alan kalut, bisa-bisanya Gebi mengajaknya break lalu dengan mudahnya ia mendatangi kevin.

Anjing!

Masih setia mencoba menghubungi Gebi, berharap kali ini teleponnya diangkat.

Panggilan terhubung.

"Gebi nya lagi di toilet."

Alan mengepalkan tangannya, mati-matian menahan emosi, ia segera berjalan menuju parkiran, Alan tidak akan membiarkan Gebi bersama manusia bejat itu.

"Santai bro." Lalu disambung kekehan oleh Kevin.

Alan masih diam dan tetap mendengarkan sambungan telepon itu.

Saat Alan sudah bersiap menjalankan motornya, ia terhenti karena satu kata yang diucapkan Kevin.

"Anes."

Nafas Alan tercekat, dadanya tiba-tiba sakit, ada rasa kecewa begitu besar disana.

"Bajingan."

"Bukan gue."

"Anjing."

Tut!

Alan mematikan sambungan teleponnya.

Turun dari motor, mengurungkan niatnya untuk menyusul Gebi.

Sekarang fokusnya berpindah kepada Anes.

Gebetannya, perempuan yang dulu mati-matian ia kejar, tetapi tepat di hari ia akan menyatakan perasaannya, perempuan itu sudah ditemukan tidak bernyawa di kamarnya.

"Gue nggak bakalan biarin lo hidup, Kevin!"

^^^^^

"Sa, mau balik ke indo?"

"Nggak ah, masih betah sama
Oma disini."

"Serius nggak mau ngomong
sama dia?"

"Aku pikirin dulu deh."

Ia terdiam, apa perlu ia menjelaskan pada cowok itu, rasanya sangat disayangkan jika mengingat masa lalu, tapi bagaimana pun juga ini lah jalan takdirnya.

^^^^^

Gebi keluar dari toilet yang memang ada di dalam ruang rawat Kevin.

"Tadi ada yang telfon." Ujar Kevin, Gebi mengangkat sebelah alisnya seolah bertanya.

"Alan." Jawab Kevin.

Gebi manggut-manggut, ia sudah memprediksi Alan akan mencoba menghubunginya.

"Kalian berantem?" Tanya Kevin.

Gebi menggidikkan bahunya.

"Sumpah dah, gue yang sakit lo yang bisu!" Sewot Kevin pasalnya dari tadi Gebi tidak membuka suara.

Kevin bangun dari kasurnya lalu duduk mengupas apel, lalu Gebi hanya diam di kursi tamu.

"Ada-ada aja punya tamu, bukannya dibantuin malah numpang ngelamun." Sindir Kevin samar-samar.

"Vin." Suara Gebi lembut masuk ke gendang telinga Kevin, membuat Kevin menggidikan dirinya, sedikit horor mendengar Gebi memanggilnya seperti itu.

"Kenapa Geb?"

"Lo kenal Alan dimana?" Tanya Gebi tanpa mengalihkan pandangannya dari vas bunga yang ada di hadapannya.

"Oh itu,"

"Di arena balapan."

Seketika Gebi langsung menoleh kearah Kevin berada.

"Lo ikut balap?" Tanya Gebi yang terlihat sedikit tidak percaya.

Kevin sedikit tetawa lalu di sambung anggukan disana.

"Iya gue ikut, jangan kaget."

"Tapi lo kan-"

"Manusia bisa berubah, Geb."

Lalu Gebi balik memandangi vas bunga didepannya.

"Lo ada masalah sama Alan?"

Gebi mengangguk.

"Masalah tauran?"

"Lo cenayang, Vin?" Kevin terkekeh mendapati respon Gebi.

"Anak motor udah pasti tau sih, sering di adu domba dan banyak yang bikin berita palsu, lo cari aja informasi tetang orang yang meninggal karena tawuran itu, pasti nggak ketemu, karena itu cuman hoax." Jelas Kevin pada Gebi.

"Emang gitu Vin? Tapi bener dong berarti Alan ikut tauran begituan, eh berarti lo juga ya, Vin." Lalu raut wajah Gebi berubah suram.

"Alan sama geng nya nolong ibu-ibu kena begal, dan ternyata yang begal punya komplotan terus mereka berantem, tapi pembegal itu berhasil kabur, dan malah nyebar berita kalo ada tauran sampe ada yang meninggal." Gebi mengerjap-ngerjapkan matanya, dan mencoba mendengarkan dengan seksama perkataan Kevin tadi.

Tidak ia sangka, Geng motor juga bisa menjadi pahlawan, setidaknya mereka sudah berusaha membantu orang lain, kini perasaan bersalah muncul, membuat Gebi tidak tenang sendiri.

Kevin terkekeh melihat gelagat Gebi yang terlihat gelisah.

"Nyesel kan lo, makanya jangan cepet-cepet ambil kesimpulan, apalagi denger dari sumber yang nggak jelas dari mana."

"Ish! Diem kek lo! Nggak bantu juga!"

"Dih di bilangin malah nyolot."

"Diem!" Kini Gebi sangat-sangat bimbang, mau menghubungi Alan tapi gengsi.

"Udah putusin aja Alan nya, terus pacaran deh sama gue."

TUK!

Kotak tisu sudah melayang ke arah Kevin.

"Iya-iya, bercanda kali Geb."

"Apa gue minta jemput aja kali ya, bilang aja Bintang nggak bisa nganter?" Tanya Gebi pada Kevin mencoba mencari solusi.

"Silahkan dicoba." Lalu di sambut dengan wajah senyum lima senti ala Kevin yang sangat ingin Gebi gorok sejak dulu.

Gebi menghentakan-hentakkan kakinya keluar ruangan.

Lucu banget temen gue satu ini, coba aja nggak ada yang perlu gue lindungin, udah pasti gue perjuangin.

Telepon Kevin berdering, kontak dengan nama 'kesayangan Oma kevin' menghubunginya, segera ia mengangkat telepon itu.

"Vin, kayaknya aku bakalan ke indo."

"Serius, Sa?"
"Beneran kan?"

"Hehehehe."
"Iya Vin."
"Tapi aku belum tau kapan tepatnya."

"Nggak papa, yang penting balik ke sini udah termasuk dalam daftar keinginan lo."

Lalu sambungan telepon Kevin dengan perempuan yang ia panggil 'Sa' itu terus berlanjut.

Gebi sudah di luar, niatnya agar terhindar dari makhluk seperti Kevin.

"Ekhmm!"

"Hai Lan! Bisa jemput gue nggak?"

"Ahhhh nggak-nggak."

"Hallo Alan, nebeng pulang dong."

"Apa nggak usah pake sapaan aja ya?"

"Lan jemput gue di rs dong, Bintang nggak bisa."

"Dih apa banget gue kek gitu, kayak orang nggak tau malu aja!"

"Argghhhh, gimana caranya gue hubungin Alan tanpa harus gengsi."

"Dahlah coba aja dulu! Yang penting kata bunda pake bismillah sebelum apa-apa!"

Telepon terus berdering, Gebi masih menunggu Alan mengangkat telepon nya.

Gugup, itu yang dirasakan Gebi sekarang.

Panggilan terhubung.

Gebi menahan senyumnya, setidaknya Alan mengangkat teleponnya berarti ia tidak marah kepadanya.

"Mmmm Lan?"

"Permisi non?"

"Eh?" Gebi kaget karena yang mengangkat teleponnya bukan lah Alan.

"Begini non, saya asisten rumah tangga di kediaman Den Alan."

"O-oh gitu ya, emang Alan udah pulang bi?" Tanya Gebi pada wanita yang terdengar sudah berumur itu.

"Den Alan udah pulang dari tadi tapi orangnya tidur, badannya sedikit demam juga non."

"Alan sakit bi?" Gebi cemas, bagaimana bisa Alan sakit setelah pagi tadi ia melihat Alan yang baik-baik saja.

"Iya non, mbak ini siapa namanya ya?, Soalnya nama nya disini 'orang jelek' maaf ya non kalo saya lancang." Jelas Bibi itu.

"Saya Gebi bi."

"Non Gebi kenal sama Anes nggak?" Kening Gebi berkerut bingung dengan nama yang baru ia dengar itu.

"Emangnya kenapa bi?" Tanya Gebi.

"Den Alan dari tadi nyebut nama Anes terus non, bibi jadi prihatin."

Deg!

Siapa Anes?

Lalu Gebi tersenyum, menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Maaf bi, aku nggak kenal Anes."

Alan tetap lah Alan, cowok player yang tidak bisa melihat wanita cantik sedikit aja langsung di pepet, pikir Gebi.

Ada dimana saat hubungan kita harus berakhir Lan.

^^^^^

Petang ini ada muda-mudi yang menjalankan motornya dengan pelan, berniat menikmati suasana petang ditemani hembusan angin khasnya, tercium bau tanah yang sebelumnya memang turun hujan hingga membasahi daratan.

"Diva gue janji, bakalan bikin lo bahagia selamanya." Sembari mengelus lembut tangan yang melingkar di pinggangnya.

"Gue harap kita bisa jelasin ini ke mama dan papa tanpa masalah." Sahut Diva pada laki-laki yang sedari tadi memboncengi nya ini, mengeratkan pelukannya sembari menyalurkan kasih sayangnya.

Pada Davin,
Kakaknya,
Juga pacarnya.

-----Area Bebas Gelut-----

Ada kah masih yang menunggu cerita ini??
Jangan lupa tekan bintang, coment dan share cerita ini kalau dirasa seru ya
Bentar lagi lebaran yuhuu

Continue Reading

You'll Also Like

254K 12.8K 50
END Mantan + Ganteng = Oke biasa aja Mantan + Nge bangsatin = Bisa tahan Mantan + Sekelas = *Agak khawatir Mantan + Ngalus nya = *Mulai Resah Mantan...
2.8M 160K 40
DILARANG PLAGIAT, IDE ITU MAHAL!!! "gue transmigrasi karena jatuh dari tangga!!?" Nora Karalyn , Gadis SMA yang memiliki sifat yang berubah ubah, kad...
418K 19.9K 39
Isha dan Arsen adalah paket komplit yang saling melengkapi. Isha banyak bicara, sedangkan Arsen tidak memiliki perbendaharaan kata yang banyak. Ish...
333K 16.6K 33
Punya Abang engga selamanya nyebelin gaes. Bagi Kalila Jasmin, ia malah merasa sangat beruntung mempunyai seorang Abang. Karena sang Abang memiliki t...