What Is Love? [ On Going ]

By graciasimamora09

13.4K 10.4K 25K

Gracia Ardville adalah seorang wanita yang telah mati rasa karena kehidupan yang dia jalankan. Dia menjadi se... More

prolog
1
2
3
4
5
6
7
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25

8

629 591 1.2K
By graciasimamora09

Happy reading part 8 🎉🎉🎉
Makasih juga buat 2 K nya 😭🎉🎉🎉
Jangan lupa vote + komen sebelum membaca .
Semoga suka 😊😊😊
Typo bertebaran dimana-mana 😅
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Ciaaaa" Panggil Tante.

"Iya Tan bentar" Aku langsung pergi ke sumber suara menemuin Tante.

"Ada apa Tan?" tanyaku.

# # #

"Bantuin Tante belanja yuk," ajak Tante. Aku yang mengira sesuatu terjadi karena teriakan Tante, ternyata cuma mengajak belanja.

"Astaga Tan, Cia pikir tadi ada apa." ketusku.

"Heheh ..., udah ayo cepat siap-siap kita mau belanja, soalnya hari ini lagi banyak diskon di mall." Namanya juga cewek ya kan, selalu gila sama yang namanya diskon.

"Terus Oma gimana?" Ya kali kami ninggalin Oma sendirian di rumah.

"Oma juga ikut. udah cepat sana ganti baju!" pinta Tanteku. Aku segera mengganti pakaian dan tak lupa mengambil ransel dan handphone miliku. Aku memakai kaos lengan panjang yang dipadukan dengan celana jeans. Tidak lupa dengan memakai sedikit bedak di wajahku. Karena sudah merasa perfect aku segera turun ke bawah. Di bawah Oma dan Tante tak kalah jauh penampilan nya.

"Ayo!" seru Tante dengan senyum yang lebar menghiasi wajah nya.

Setelah sampai di mall dan mencari-cari perburuan diskon, kini aku merasa lelah. Ini sudah 1 jam lamanya mereka berbelanja, tapi yang mereka beli hanya lah baju satu biji. Aku dari tadi sudah lelah mengikutin Tante dan Oma yang sibuk memilih baju tapi tidak jadi dibeli. Jika tau begini, mendingan tadi aku tidak perlu ikut.

"Kau sudah lelah?" tanya Tante kepadaku, yang melihat aku sangat lambat berjalan.

"Iya. Aku lapar, bisakah kita sekarang makan?" tanyaku, berharap perkabulanku dikabulkan.

"Mama juga jadi lapar, yah sudah lah kita makan dulu baru lanjut lagi." ucap Oma yang juga setuju dengan ku.

"Baiklah, tapi kita akan makan apa?" sahut Tante.

"Yang terdekat saja deh, Tan. Soalnya Cia sudah haus banget nih." keluhku.

"Cup cup cup, jadi kau haus dari tadi?" tanya Tante sambil nyengir.

Kami akhirnya berjalan kembali mencari cafe terdekat yang ada di mall ini. Setelah sampai aku langsung duduk terlemas merasakan derita yang kualami sedari tadi sudah selesai.

"Pardon," yang artinya 'permisi'. ucap Tante kepada salah satu pelayan yang ada di cafe. Pelayan itu langsung memberikan daftar menunya dan selembar kertas dan juga pulpen.

"Baiklah kau ingin makan apa?" tanya Tante kepadaku.

"Terserah Tante saja Cia ngikut."

"Kalau Mama mau mesan apa?"

"Sama terserah kamu aja." sahut Oma.

"Ya sudah gak usah mesan saja kalau semuanya terserah." keluh Tante.

Aku tersenyum melihat reaksi Tante, karena merasa tidak enak aku mengambil menu tersebut dari Tante dan melihat nya. Dari semua menu yang ada aku hanya tertarik kepada cake yang ada di sana dan Coffee. Jadi mungkin aku hanya memesan itu saja.

"Tan, Cia mesan cake sama coffee saja" ucapku.

"Kau yakin? Tidak mau mesan yang lainnya lagi?" tanya Tante kembali.

"Iya."

"Kalau Mama mau mesan apa?" tanya Tanteku kembali pada Oma.

"Terserah kamu saja," ucap Oma.

Setelah itu Tante menulis pesanan kami dan memanggil pelayan cafe.
Sambil menunggu makanan aku membuka handphone-ku dan benar saja, banyak sekali panggilan dari Elsa dan nomor yang tidak dikenal. Aku cukup curiga kepada nomor yang tidak dikenal jadi aku menelepon nya kembali, siapa tau ada hal yang penting mungkin. Aku menelepon kembali nomor yang tidak dikenal.

"Halo," ucap seseorang dari sana dengan suara bariton miliknya. Refleks aku langsung menjauh kan handphone miliku dan mematikan nya. Jujur saja suara bariton milik nya sekarang tergiang-giang di pendengaranku.

"Ada apa?" tanya Tante.

"Oh tidak ada apa-apa." Bohongku.

"Bukankah kau tadi menelepon?"

"Ya tadi cuman teman," ucapku kembali.

"Yaudah angkat saja siapa tau ada hal penting" sahut Oma.

"Katanya nanti saja di bahas, soalnya dia mau pergi." Bohongku kembali.

Tante dan Oma cuma mengganggu lalu kembali berbicara.

Drit ... Drit ....

Handphone-ku kembali berbunyi. Aku langsung melihat siapa yang meneleponku dan itu dari nomor yang tidak dikenal. Aku mematikannya, jujur saja sekarang aku takut. Bagaimana kalau itu seorang pencuri, atau Dady sugar yang menyari mangsanya. Cukup-cukup. Otak ku kembali travelling membayangkan jika itu memang benar.

Drit ... Drit ....

Dia kembali berbunyi dan dengan nomor yang sama juga, nomor yang tidak dikenal. Handphone-ku kembali berbunyi hingga 5 kali, yang membuat Tante dan Oma langsung menatapku.

"Kenapa tidak diangkat?" tanya Oma. Kini Oma yang menanyakin ku.

"Dia bilang jangan di angkat." Bohong ku kembali.

"Tapi Tante tidak yakin?" ujar Tante dengan penuh curiga.

"Atau itu adalah pacar mu? Tapi kau malu yaaa karna ada Oma dan Tante di sini." ucap Tanteku kembali. Yang benar saja pacar, gebetan saja tidak punya.

"Bukan Tan itu teman Cia," Pintaku tak mau kalah.

"Excusez-moi c'est l'ordre," Yang artinya 'Permisi ini pesanannya'. ucap Pelayan tersebut dengan meletakan pesanan kami.

Aku lega karena tidak perlu dicuriga lagi. Aku langsung mematikan handphone-ku hingga mati daya, karena aku tidak ingin Tante dan Oma curiga kembali. Aku langsung mengambil cake dan coffee miliku.

"Cia liat kemari," ucap Tante sambil mengarah kan handphone-nya kepada ku karena ingin mengambil gambar.

"Gak ahh malu Tan," Tolakku sambil menunduk.

"Ngapain malu, ayo cepat pegang minumanya biar Tante foto." Dengan pasrah aku memegang minumanku dan tersenyum.

Cekreng ....

Satu foto milikku telah diambil.

"Liat deh bagus kan?!" ucap Tante sambil menunjukan handphone miliknya.

"Astaga Tan itu aib Cia?!" keluhku. Yang benar saja muka ku di sana sangat judes.

"Sudah gak papa nanti papa kamu liat foto nya. Nanti Tante post di Ig ya," ucap Tante kemudian.

"Iya." Aku hanya bisa berkata iya saja karena jika aku menolaknya juga itu tidak akan berguna.

"Sudah-sudah ayo cepat dimakan." Sahut Oma.

Aku meminum minuman ku. Air es nya yang mengalir di tenggorokan ku rasanya sangat enak, tak lupa juga dengan memakan cake nya. Setelah dari cafe, pemburuan diskon dilanjutkan kembali oleh Tante dan Oma. Aku hanya mengikuti mereka dari belakang dan terkadang sesekali memberikan pilihan juga.

Kini sudah jam 4 sore tak terasa kami menghabiskan waktu di mall sekitar 3 jam lamanya. Sesampainya di rumah aku langsung masuk kamar dan meletakan tubuh ku di ranjang, sedangkan Oma dan Tante sibuk membuka belanjaan mereka di bawah.

Aku mengingat nomor yang tidak dikenal yang meneleponku tadi. Aku langsung mengambil handphone-ku dan menghidupkan nya.
Setelah hidup aku dapat melihat banyak sekali notifikasi dari berbagai aplikasi yang terdownload di handphone-ku. Aku kembali menelepon nomor yang tidak dikenal tersebut, karna rasa kepo ku sekarang sudah naik drastis.

"Halo" ucap nya kembali dengan suara bariton miliknya. Aku memberanikan diri untuk menjawab nya.

"Halo" balasku.

"Kenapa dari tadi telpone ku tidak di angkat? Aku tau kau itu sibuk tapi setidaknya kasih kabar kalau kau itu belum mati." cerocosnya yang membuat aku langsung menjauhkan handphone dari telinga.

David? batinku.

Itu suara David bukan? Tapi kenapa dia bisa mendapatkan nomor ku? Yang tau nomor ku satu-satunya cuma Elsa.

"Dengar gak?!" Pekik David dari sana.

"Iya-iya gak usah teriak-teriak bego," kesalku.

"Kau sih kayak orang tuli, gak mau menjawab."

"Apakah saya peduli?" ucapku.

"Kau yaa dibilangin."

"Anjay." ucapku kembali dengan kata-kata savege dari tik-tok miliku yang pernah lewat dari fyp.

"Kau ya mancing emosi, awas saja kalau kau pulang nanti, aku bakalan buat kau minta maaf ke aku."

"Kalem bos kalem," balas ku kemudian.

"Kalem-kalem kau pikir aku siapa bego," David sudah terpancing emosi sedari tadi, tapi dia tetap menahan nya. Itu membuat ku merasa menang.

"Ya bukan urusan ku lah." Sahutku.

"Sudah berani melawan? Liat saja nanti nilai sejarah mu bakalan ilang." Ancam nya.

Tut ...

Panggilan berakhir, setelah mengatakan itu dengan sepihak David mematikan sambungan telepone nya.

Sekarang aku merasa cemas, seperti yang kalian tau David tidak pernah main-main dengan perkataanya. Dan tadi dia mengancam nilai sejarahku.
Aku kembali menelepon David berharap dia mengangkat nya, agar aku bisa berbicara baik-baik dengan nya.

"Oh shit," pekik ku. Aku langsung menjauhkan handphone-ku dari hadapan ku, setiap kali aku melihat benda itu aku langsung mengingat ancaman David.

"Kakak ..." ucap Citra yang baru saja pulang dari sekolah nya.

"Kau sudah pulang?"

"Iya, aku sangat lelah." keluhnya.

"Hehe, Kakak juga ternyata gitu?"

"Benarkah?"

"Iya, di mana Bintang?" tanyaku yang tidak melihat Bintang.

"Abang lagi di sekolah main basket." jelas Citra.

"Kau sendiri tidak les?"

"Tidak untuk hari ini,"

"Kakak tadi baru pulang dari mall ya?"

"Iya"

"Pasti sangat melelahkan bukan? Apalagi jika sama oma dan mama."

"Ya."

"Citra juga seperti itu, makanya kalau Citra di ajak belanja Citra gak mau karena capek."

"Astaga hehehe"

"Kakak, Citra mandi dulu ya soalnya udah bau." ucapnya. Citra terlihat sangat polos, bahkan wajahnya juga terlihat imut.

"Yaudah sana, pantasan bau ternyata dari mu" jawabku.

"Heheh"

Setelah itu Citra pergi mandi. Sambil menunggu Citra aku membalas isi pesan Elsa yang menanyakan kabar ku. Karna malas mengetik akhirnya aku menelepon nya.

"Iya tau masa dia ngancam aku kalau nilai sejarah ku bakalan anjlok. Gila bangat pokoknya."

"Kau sih main pergi gak bilang-bilang," Sahut Elsa dari seberang telepone.

"Ya kan Papa juga bilang nya waktu malam-malam cuk jadi gak sempat deh." jelasku.

"Yaa tapi setidaknya kau bisa chat aku kek atau izin dulu kek, ini langsung main kabur saja."

"Iya-iya aku minta maaf," Pasrahku.

"Kau kapan balik nya?" tanya Elsa.

"Aku juga gak tau."

"Eh yang penting kalau kau entar balik jangan lupa oleh-oleh deh."

"Dasar ... iya-iya kau tenang saja, tapi kau juga harus pastiin kalau nilai sejarah ku tidak anjlok."

"Aman mah itu," sahut Elsa.

"Kakak lagi neleponan sama siapa?" tanya Citra yang baru saja keluar dari kamar mandi.

"Teman Ra"

"Ohh ..."

"Itu siapa Cia?" jawab Elsa yang mendengarkan ku berbicara ke orang lain.

"Sepupu ku," Jawabku.

"Dia tau bahasa Indonesia?" tanya nya.

"Sekeluarga bahkan."

"Ehh buset dah, benaran?" tanya Elsa tak percaya.

"Iya"

"Tapi kok kau tidak tau bahasa Prancis sih?"

"Ehh aku tau yaa, walaupun cuma dikit."

"Tapi aku gak pernah dengar?" jawab nya.

"Est-ce vrai?" yang artinya 'benarkah?'

"Ehh buset ku kirain kau gak tau."

"Kan aku sudah bilang kalau aku tau" jawabku.

"Ehh sudah dulu ya soalnya aku mau makan malam dulu." pamit Elsa ke aku.

"Iya sana makan dulu."

"Bye .... bye"

"Bye." Setelah itu panggilan telepon pun berakhir. Aku melihat Citra yang sibuk dengan kucing peliharaan nya.

"Demen bangat deh melihara kucing," ucapku.

"Hehe gemes tau Kak," jawab Citra.

Aku tidak terlalu suka memelihara hewan, karena itu sangat merepotkan. Beda lagi dengan bulu nya yang menyebar ke berbagai ruangan.

"Kak Cia Citra cantik gak?" tanyanya.

"Tentu, kau bahkan sangat mengemaskan."

"Benarkah?"

"Ehm" sahutku. Setelah itu Citra bercermin kembali dan melihat ke arah ku.

"Masi cantik?" tanya nya kembali.

"Iya"

"Kakak fotoin Citra ya sama Puspus." ucap nya sambil memberikan handphone-nya kepada ku.

"Ya sudah sana, biar Kakak yang fotoin."

"Yeyee~" Citra dengan cepat mengangkat Puspus dan menggendong nya.

Cekreng ...

"Wah bagus, Citra mau lagi," jawab nya yang melihat hasil foto nya.

"Iya-iya" jawabku. Lalu kembali mengambil foto nya.

Setelah selesai dengan foto, aku duduk di kasur dan menutup mata. Hari ini rasanya sangat lelah.

"Ehh ayo makan, dari tadi di panggilin gak nyaut-nyaut." ucap Bintang yang baru saja masuk.

"Lah kok cepat banget?" tanya Citra.

"Maksud ku itu kalian bantuin Oma sana masak." Ralat Bintang.

"Bilang kek, kebiasaan banget deh typo ngomong." jawab Citra.

"Buruan ... ngapain juga di sini,"

"Iya. Bawel bangat dah kayak cewek," Cerocos ku yang membuat Citra tertawa.

"Yaaa cewek, berarti bencong dong? Canda bencong," Ejek Citra.

Aku dan Citra langsung menuju dapur membantu Oma dan Tante memasak. Sebenarnya kami tidak masak sih, cuma bantu-bantuin hal-hal kecil aja seperti mengiris bawang misal nya.

"Papa belum pulang ya Ma?" tanya Citra kepada Tante.

"Bentar lagi katanya lagi di jalan."

"Terus kalau Paman?" tanya Citra kembali.

"Iya sama bentar lagi, mereka sama kok."

"Udah cuci dulu sana sayur nya baru diiris-iris," Perintah Tante kepada Citra.

"Cia itu wortelnya terlalu kekecilan sayang." ucap Tante yang melihat aku memotong wortel nya.

"Benarkah?"

"Gini," ucap Tante sambil mempraktekan kepadaku cara memotong nya yang bagus.

"Ohh bilang kek kan Cia gak tau."

"Makanya di tanya dulu."

"Yaudah kerjain kayak gitu saja jangan kekecilan dan jangan kebesaran." Sambung Tante.

"Oke Tan" jawabku.

Aku memotong wortel nya sesuai yang diperintahkan Tante kepadaku. Setelah itu aku langsung mencucinya dengan air yang bersih.

"Wortel nya masukan saja ke dalam sayur yang di masak Citra Cia," ucap Tante.

Aku langsung memasukan wortelnya ke dalam sayur yang di masak Citra.
Tak berapa lama juga Papa dan Om juga datang. Setelah selesai memasak kami makan malam bersama di meja makan bersama.

"Jadi gimana nih liburan nya mau ke mana?" tanya Tante.

"Pantai deh Ma," Usul Citra.

Kami sedang berbincang mengenai jalan-jalan sebelum kami pulang ke Indonesia.

"Iya Oma juga sudah lama tidak ke sana" Sahut Oma yang setuju dengan usul Citra.

"Tuh kan Oma saja setuju, nanti di sana kita bbq-an, bakar-bakar ikan atau daging pasti keren deh," Tambah Citra.

"Kalau Bintang setuju saja sih" Sahut Bintang.

"Aku juga." balas ku.

"Kalau Abang gimana?" tanya Tante kepada Papa ku.

"Setuju saja." jawab Papa ku.

"Abang nya ditanya tapi suaminya enggak," ucap Om yang membuat kami semua tersenyum melihat Om yang cemburu.

"Kalau suami ku tersayang gimana?" tanya Tante kepada Om.

"Iya." jawab Om.

"Baguslah berarti kita semua akan pergi ke pantai." jawab Tante memberi keputusan.

"Yeee~" Teriak Citra dengan girang.

Setelah selesai makan malam kami langsung tidur, hari ini aku akan tidur di kamar Citra. Sebelum tidur tak lupa aku mencuci kaki dan wajah ku lalu mengosok gigi. Selepas itu aku langsung tidur bersama Citra. Aku menutup mata ku perlahan dan mulai tertidur.

# # #

"Pagi Kakak Cia" Sapa Citra yang ada di samping ku.

"Kau cepat sekali bagun, ini masih malam," jawab ku yang melihat jendela kamar masih gelap di luar sana.

"Ihh bagun temanin Citra joging yuk," Bujuk Citra.

"Emmh enggak deh Kakak mau tidur lagi."

"Ayo dong Kak," Sambil menarik selimut yang kukenakan. Aku membalikan badanku dan tetap tidur.

"Kakak ...."

"Kamu saja sana," jawabku.

Setelah mengatakan itu Citra keluar kamar. Aku senang karna tidak di ganggu tidur lagi. Dengan cepat aku menutup wajahku dan tubuhku dengan selimut, lalu tertidur.

"Ciaaaaa" Teriak seseorang.

Aku langsung membuka mataku dan terbangun karena terkejut. Dan sial nya itu ternyata Bintang dengan pengkeras suara.

"Bangun woy, yok joging," ucap Bintang sambil menarik kaki ku.

"Enggak ahh kalian saja, aku malas."

"Ayo ...."

Citra dan Bintang kini berhasil membangunkan aku. Dengan malas nya aku terpaksa mengganti pakaian ku menjadi baju joging.

"Yeeee~" ucap Citra yang melihat ku mengganti pakaian.

"Ayo Kak," Seru nya kembali.

Aku, Bintang dan Citra memulai hari dengan joging. Kami joging hanya di sekitar kawasan rumah. Aku terus berlari menyesuaikan hentakan kaki ku bersamaan dengan Citra, sedangkan Bintang dia berlari terlalu cepat dan jujur saja aku tidak bisa menyeimbangkan lari nya.

"Kakak, Citra capek. Duduk dulu ya," ucap Citra sambil duduk di trotoar.

Aku duduk di samping Citra menyesuaikan nafas ku agar kembali norma.

"Apa Kakak haus?" tanya nya.

"Iya tapi warung gak ada di sini."

"Bentar lagi warung nya bakalan buka kok, kita tunggu saja sambil nunggu Abang."

"Dia kok lama?" tanyaku. Pasalnya sedari tadi Bintang tidak ada kabar nya, antah dia sudah pulang dulu atau masih joging aku tidak tau. Jika di telepon juga handphone-ku tinggal di rumah, karena aku takut jatuh saat berlari.

"Kalian sudah selesai?" ucap Bintang yang baru saja datang dan langsung tertidur di trotoar.

"Iya nih, Abang sih lama bangat." jawab Citra.

"Namanya juga joging dek."

"Beli minuman yuk aku haus," Sahut ku.

"Yaudah kita jalan saja sampe dapat warung," kata Bintang.

"Tapi warungnya kan ada di dekat rumah kita Bang," sambung Citra.

"Maksud nya swalayan?" tanyaku. Seingat ku warung dekat rumah memang gak ada tapi swalayan ada.

"Iya lumayankan ber ace sekalian di sana," ucap Bintang sambil menaikan alis nya.

"Yaudah ayo, tapi gimana kalau belum buka?" tanya Citra.

"Sudah buka sih itu, kan masih jauh dari sini jadi kita jalan nya pelan-pelan saja." jawab Bintang.

Akhirnya kami memutuskan untuk jalan kaki menuju swalayan dekat rumah. Jalanan masih sepi ini masih jam 6 pagi, dan yang pastinya hanya tukang sapu jalanan saja yang sudah bekerja.

"Ehh Bang ada anjing!" ucap Citra kepada Bintang.

"Sudah gak usah lari santai saja jalan nya,"

"Kau takut anjing?" tanyaku.

"Iya nyeremin tau Kak,"

"Bang anjing nya ngikutin Citra di belakang." Panik nya dan mulai memeluk Bintang.

"Sudah santai saja gak bakalan di gigit kok," ucap Bintang dengan santai.

"Bang !!!" teriak Citra karena anjing jalanan tersebut tiba-tiba menggonggong.

TBC

Gracia Ardville

Elsa Oktya Margaretta

Kayla Ricelle

Citra Ardville

David Leonard Vernando

Erwin Alvaro Senjaya

Satria Yoranda

Bintang Ardville

Bagas Ardville

Continue Reading

You'll Also Like

355K 43.7K 33
Cashel, pemuda manis yang tengah duduk di bangku kelas tiga SMA itu seringkali di sebut sebagai jenius gila. dengan ingatan fotografis dan IQ di atas...
RAYDEN By onel

Teen Fiction

3.6M 225K 68
[Follow dulu, agar chapter terbaru muncul] "If not with u, then not with anyone." Alora tidak menyangka jika kedatangan Alora di rumah temannya akan...
5M 378K 53
❗Part terbaru akan muncul kalau kalian sudah follow ❗ Hazel Auristela, perempuan cantik yang hobi membuat kue. Dia punya impian ingin memiliki toko k...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

4.4M 257K 31
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...