CHARMOLIPI | HOGWARTS X OC

بواسطة laceirn

44.1K 6.3K 2.4K

Ini bukan tentang Cinderella yang menemukan pangerannya dalam satu malam, bukan juga tentang Aurora yang ters... المزيد

CAST
Prologue
Prologue II
s a t u
d u a
t i g a
e m p a t
l i m a
e n a m
t u j u h
d e l a p a n
s e m b i l a n
s e p u l u h
s e b e l a s
d u a b e l a s
t i g a b e l a s
e m p a t b e l a s
l i m a b e l a s
e n a m b e l a s
t u j u h b e l a s
d e l a p a n b e l a s
s e m b i l a n b e l a s
e p i l o g
t a h u n k e ─ 4
p r o l o g
d u a
t i g a
e m p a t
l i m a
e n a m
t u j u h
✨HAPPY EID MUBARAK✨

s a t u

977 170 90
بواسطة laceirn

Haii gezzz, chapt pertama di tahun keempatt
Semoga suka yaa
Jangan lupa vomment, nanti kukirimin cogan😙
•••••

Seorang gadis berambut coklat terang yang digelung tengah berjalan dengan sebuah koper besar di tangan kanannya.

Di atas koper tersebut juga terdapat tas jinjing. Sedang di pundak gadis itu terdapat tas punggung berukuran sedang.

Ia menghentikan langkahnya saat sudah berdiri di depan bangunan rumah bertumpuk tumpuk yang tampak sempit.

Helaan nafas terdengar sebelum kakinya kembali melangkah.

Gadis itu mengintip dari bagian atas pintu yang terbuka, melihat apakah ada orang yang tengah di lantai bawah rumah itu.

"Ibu, Ayah, aku sampai!"

Suara nyaring dari gadis itu tak mendapat sahutan. Tanpa menunggu lagi, ia langsung meraih kunci di pintu bagian bawah dan membukanya.

Masuk sambil menyeret kopernya susah payah.

"Oh, Listy sayang. Kau sudah sampai?" suara itu terdengar setelah suara langkah menuruni tangga.

Listy tersenyum melihat Molly yang melangkah menuju ke arahnya.

Gadis itu langsung memeluk tubuh Molly saat wanita itu merentangkan tangannya.

Mereka berpelukan sekilas, sebelum Molly melepaskannya lebih dulu. Beralih menangkup wajah Listy dan mengelus pipi serta rambut gadis itu bergantian.

"Kau tak apa-apa, Sayang?"

"Kau tadi kesini dengan siapa?"

"Apa kau mengalami kesulitan?"

Listy terkekeh mendengar pertanyaan beruntun dari Molly, kemudian menggeleng pelan.

"Aku baik-baik saja, Bu. Dan tadi aku kesini sendirian."

Kening Molly berkerut prihatin saat tahu fakta bahwa gadis ini lagi-lagi datang ke The Burrow sendirian.

Terakhir kali Listy diantar orang tuanya ke The Burrow adalah saat ia dititipkan untuk keberangkatan pertama kalinya ke Hogwarts.

"Kau lelah, Sayang?" Molly kembali bertanya sambil mengelus rambut gadis itu.

"Yah, sedikit," Listy mengangguk pelan. Molly ikut mengangguk mendengarnya.

"Kau bisa ke kamar Ginny untuk istirahat. Biarkan Si kembar yang memindahkan barang-barangmu," tangan Molly yang sebelumnya di kepala Listy beralih mengelus pundaknya.

Listy mengangguk sebagai jawabannya.

"Ya sudah, kalau kau lapar makan saja masih ada sisa makan siang tadi."

Listy lagi-lagi mengangguk. Molly menepuk pundaknya beberapa kali sebelum berbalik.

"Ibu."

Molly kembali berbalik menghadap gadis itu dengan kening terangkat penasaran.

"Tolong peluk aku sekali lagi."

Molly mengulum senyumnya mendengar lirihan gadis itu sebelum akhirnya memeluk gadis itu erat.

Mengusap-usap punggungnya, membiarkan Listy menikmati kehangatan pelukan darinya.

Cukup lama keduanya berpelukan, Molly melepaskannya.

"Sudah, kau naik saja ya."

Listy mengangguk sambil tersenyum. Kemudian melangkah menuju tangga dan menaikinya satu-persatu menuju kamar Ginny.

Belum sampai di depan pintu kamar Ginny, ia berpapasan dengan Si kembar yang hendak turun.

"Hei, tolong bawakan barang-barangku yang di bawah ke kamar Ginny, oke? Terima kasih."

Tanpa menunggu jawaban keduanya, Listy langsung melangkah menuju kamar Ginny dan masuk ke dalam.

Si kembar yang melihat kelakuan Listy saling pandang.

"HEI, KEMANA SOPAN SANTUNMU HAH?"

"TUTUP MULUTMU DAN BAWAKAN SAJA!"

Tengah malam, Listy masih tetap tak bisa tidur. Sedari tadi, ia hanya berguling ke kanan dan kiri mencari posisi yang nyaman, tapi tak kunjung ketemu.

Ia beralih duduk, melihat ke arah ranjang Ginny yang terisi oleh pemiliknya juga seorang gadis lain berambut megar, Hermione.

Hermione datang sore tadi, beberapa jam setelah kedatangannya sendiri.

Listy turun dari ranjangnya dan keluar dari kamar Ginny. Melangkah menuruni tangga dan mendekat ke arah sofa yang ada di ruang tengah The Burrow.

Disana gadis itu terduduk sendirian, menatapi jendela dengan tatapan kosong.

Pikirannya mengulang kembali kejadian di Manor-nya beberapa jam sebelum ia tiba di The Burrow.

Flashback

Sudah tiga hari Listy pulang dari Prancis. Dan selama itu pula ia selalu ada di dalam kamarnya sendiri. Hanya keluar ketika makan bersama.

Listy tengah duduk di kursi meja belajarnya, dengan beberapa surat yang berserakan di hadapannya.

Surat-surat yang ia dapatkan selama berada di tahun ketiganya.

Di tangannya juga ada sebuah surat baru yang ia dapatkan beberapa saat yang lalu.

Surat dari Mrs. Weasley yang mengajaknya untuk menginap di The Burrow selama sisa libur musim panas, dan ajakan untuk menonton Piala Dunia Quidditch bersama para Weasley yang lain.

Gadis itu diam sambil memikirkan bagaimana caranya izin kepada Ibunya.

Matanya melirik tanggal, lalu beralih kearah jam dinding yang ada di kamarnya.

Ia mengangguk singkat sebelum beranjak berdiri dan keluar dari kamar.

Kakinya menyusuri beberapa ruangan yang ada di Manor-nya untuk mencari keberadaan Ibunya.

Listy merapatkan bibirnya ketika melihat sosok Ibunya yang tengah minum teh sendirian di ruang santai.

"Mum," panggilnya pelan.

Emilie yang hendak menyesap tehnya menoleh sekilas, kemudian melanjutkan kegiatannya yang tertunda.

Listy menelan ludahnya melihat respon Ibunya yang seperti itu.

"Mum, Mrs. Weasley mengajakku untuk menon-"

"Terserah padamu mau pergi atau tidak."

Listy merapatkan bibirnya sambil menelan ludah saat perkataannya dipotong.

Ia tersenyum tipis.

"Kalau begitu hari ini aku harus beli perlengkapan seko-"

"Beli saja sendiri. Ambil uang di Gringgotts," Emilie bahkan tak repot-repot untuk melirik Listy ketika menjawab.

Ekspresi gadis itu langsung berubah kecewa mendengar jawaban Ibunya yang lagi-lagi memotong perkataannya.

Pasalnya, meski ia tahu Ibunya tak pernah memerdulikan apapun yang ia lakukan. Ia selalu ditemani ketika pergi ke Diagon Alley untuk membeli keperluan sekolahnya.

Tapi kali ini.

"Kenapa?"

Emilie diam saat mendengar pertanyaan dengan suara lirih dari Listy.

"Kenapa Mum tiba-tiba tidak mau menemaniku?"

Emilie menaruh cangkir tehnya di meja kemudian menoleh, menatap Listy dengan kening berkerut tak suka.

"Kenapa aku harus menemani anak sialan sepertimu?"

Mulut gadis itu terbuka seakan hendak menjawab, tapi tertutup lagi bahkan sebelum suara apapun sempat keluar.

"Pergi saja dengan Ibu Blood-traitor-mu itu!"

Emilie beranjak berdiri, melangkah melewati Listy bahkan tanpa sedikit pun melirik ke arah anaknya.

Langkahnya terhenti setelah beberapa langkah melewati gadis itu.

"Aku akan bersyukur jika tak melihat wajahmu sampai tahun depan."

Flashback end

Listy menghela nafas berat. Matanya sudah berkaca-kaca mengingat perkataan Ibunya tadi.

Sebenarnya itu bukanlah kata-kata menyakitkan yang pertama kali ia dapatkan, tapi entah kenapa rasanya masih sama menyesakkan seperti sebelum-sebelumnya.

Gadis itu menggigit bibir bawahnya saat air matanya mulai turun. Berusaha agar tidak menimbulkan suara apapun meski ia yakin yang lain tak akan terganggu meski ia terisak.

Suara langkah kaki menuruni tangga terdengar. Dengan cepat, Listy mengusap air matanya.

"Listy?"

Gadis itu menoleh, menemukan George yang tengah turun dari anak tangga terakhir sambil menatap ke arahnya bingung.

"Ya. Kau belum tidur?"

George menggeleng, sambil melangkah menjauhi tangga.

"Belum. Kau mau coklat panas?"

"Ya. Terima kasih."

George lantas mengambil teko dan mulai memasak air menggunakan benda itu. Lalu menyiapkan dua cangkir dan meracik minuman coklat di dua cangkir tersebut.

"Kau belum tidur atau terbangun?"

Listy menoleh ke arah George yang tengah bersandar di meja makan.

"Lebih tepatnya tidak bisa tidur."

"Apa ada masalah?"

Listy kembali menatap jendela yang bahkan tak ada menariknya sama sekali di banding laki-laki itu sambil mengulum senyumnya.

Tuuitttt

Suara mirip siulan terdengar dari teko yang berada di atas kompor, menandakan bahwa air di dalamnya telah mendidih.

Tak lama suara tersebut hilang, George melangkah menghampiri Listy dengan dua cangkir coklat panas di tangannya.

Laki-laki itu menaruh kedua cangkir tersebut di atas meja, kemudian ia ikut duduk di samping Listy.

George mencodongkan tubuhnya ke arah Listy, memiringkan kepalanya untuk mengamati wajah Listy yang terlihat sedikit lebih merah dari biasanya, terutama di bagian mata dan hidung.

"Kau habis menangis?"

Bibir gadis itu bergetar lagi, George sedikit tertegun saat melihat mata gadis itu berkaca-kaca ketika menatapnya.

Tangan panjang George terulur dan menarik tubuh Listy. Mendekap gadis itu erat.

Listy mulai menangis lagi di dada bidang laki-laki itu. Sedangkan George menempatkan dagunya di atas kepala gadis itu sambol mengusap pelan punggungnya.

"Menangislah. Aku ada disini."

Mendengar bisikan George, isakan gadis itu semakin kencang tapi teredam karena dada bidang laki-laki itu.

Lama berada di posisi yang sama, tangisan Listy semakin mereda.

George hampir melepaskan pelukannya, tapi tidak jadi saat Listy balik memeluknya sambil berbisik, "Tolong seperti ini dulu sebentar."

George yang memang tidak pernah bisa melihat Listy sedih menurutinya. Masih terus mengusap punggung gadis itu, sesekali beralih memainkan rambutnya yang kali ini tergerai berantakan.

"Kau tahu. Jika seperti ini, aku teringat waktu kita berdua dan Fred hujan-hujan."

Listy mendongak menatap George dengan kening berkerut tanpa mau melepaskan pelukannya.

Laki-laki itu ikut menunduk, membalas tatapan mata sembab Listy yang menyiratkan kebingungan.

"Yang mana?"

"Kau lupa? Yang waktu kita bertiga hujan-hujan dan kau menangis."

Listy melirik ke kanan dan ke kiri dengan kening berkerut dalam seolah tengah berpikir keras.

"Sejujurnya aku tidak ingat. Kau bisa menceritakannya untukku?"

George tersenyum meski beberapa detik sebelumnya ia sedikit kecewa saat tahu bahwa gadis itu lupa kenangan mereka sewaktu kecil.

"Tentu saja," George mengangguk kecil masih sambil menunduk menatap Listy yang kini terlihat lebih rileks di pelukannya.

"Jadi waktu itu.."

Flashback

Fred, George, Ron, Listy, dan Ginny tengah bermain masak-masakan di halaman sekitar The Burrow.

Listy dan Ginny sebagai tukang masaknya, dan para anak laki-laki menjadi pembelinya.

Waktu itu Listy tengah berumur lima tahun. Ia berkunjung ke The Burrow sendirian karena Raphael tengah melakukan photoshoot untuk majalah salah satu butik cabang perusahaan Ayahnya. Tentunya di temani oleh Ayahnya dan Ibunya.

"Anak-anak ayo segera masuk. Sebentar lagi hujan!" suara Molly berteriak dari dalam rumah terdengar.

Ginny berdiri, Listy yang berada di sampingnya mendongak menatap Ginny kebingungan.

"Ayo!" ajak Ginny melangkah menghampiri Ron.

"Ada apa?" Listy berkedip bingung melihat ke arah Ginny.

"Mum sudah menyuruh kita masuk. Ayo masuk! Sebentar lagi hujan," Ginny dengan sedikit cadel kembali bersuara sambil menarik Ron agar ikut berdiri.

Ron dengan wajah cemongnya karena hampir sungguhan memakan masakan Listy dan Ginny yang terbuat dari tanah liat berdiri, mengikuti langkah Ginny yang menariknya.

Listy dengan dress bunga-bunga di atas lutut yang sudah kotor di beberapa bagian menatap Ginny dan Ron yang menjauh.

Ikut berdiri, dan hendak mengikuti langkah mereka. Tapi harus balik mundur saat ditarik Fred dan George.

Listy mendongak dan menatap keduanya bingung.

"Kenapa?"

"Kau mau kemana?" Fred bertanya dengan senyuman jahil di wajahnya.

"Mau masuk," Listy dengan polosnya menjawab sambil menunjuk ke arah rumah.

"Mau masuk?" Listy mengangguk sambil menatap George yang juga menyeringai jahil.

"Bagaimana kalau hujan-hujan bersama kami?"

Listy menatap Fred ragu, kemudian beralih menatap George. Anak itu mengangguk-angguk menyakinkan.

Listy tersenyum kemudian ikut mengangguk-angguk dengan semangat.

"Tapi nanti kalau ditanya Mum, bilang kalau kau yang mengajak kami. Oke?"

Listy mengerutkan keningnya bingung.

"Kenapa harus aku?"

"Karena nanti kalau Mum tahu kami yang mengajak, Mum akan membunuh kami."

"Kau tidak mau kami dibunuh kan?"

Listy menggeleng dengan wajah ngeri.

"Makanya nanti bilang kalau kau yang mengajak. Oke?"

Listy mengangguk patuh.

Fred dan George saling menatap dengan senyuman jahil mereka.

Tak lama hujan deras mengguyur daerah sekitar The Burrow.

Fred dan George melonjak-lonjak kegirangan di bawah guyuran hujan.

Listy yang melihat keduanya ikut-ikutan melonjak-lonjak sambil berteriak-teriak.

Fred dan George diam, kemudian berbisik satu sama lain.

"LISTY!" Fred memanggil anak perempuan itu sambil berteriak karena khawatir panggilannya tak terdengar akibat guyuran hujan.

Listy berhenti melonjak-lonjak saat Fred dan kembarannya berjalan mendekat.

"Kita main kejar-kejaran ya? Kau mau kan?"

Listy diam seolah berpikir sebentar sebelum mengangguk menyetujui.

Fred dan George menepuk pundak Listy berbarengan.

"Kau yang jaga!"

"Kau yang jaga!"

Keduanya lantas berlari menjauhi Listy secara bersamaan. Listy awalnya bingung, tapi kemudian ia tertawa kencang sambil ikut berlari mengejar.

Tapi hujan yang cukup deras membuat pandangan anak itu sedikit tidak jelas.

Ia berhenti saat tidak lagi melihat bayangan kedua anak kembar yang bermain kejar-kejaran dengannya tadi.

Listy menoleh ke kanan dan ke kiri.

"FRED! GEORGE!" anak itu berteriak memanggil.

"FRED, GEORGE! KALIAN DIMANA?"

Anak itu makin panik saat tidak mendapat sahutan. Ia takut sesuatu yang buruk mungkin saja bisa terjadi padanya atau pada dua anak kembar tadi dan membuat Molly mungkin saja menyalahkannya saat tahu yang terjadi.

Berbeda dengan Listy yang kebingungan mencari Si kembar. Dua anak jahil itu kini sudah berada di depan rumah sambil memutar-mutar bajunya masing-masing yang baru saja dilepas. Menyisakan celana pendek yang telah basah.

Tiba-tiba pintu rumah terbuka, menampakkan Molly yang yang berkacak pinggang menatap anak kembarnya garang.

"FRED! GEORGE! APA YANG KALIAN LAKUKAN? CEPAT MASUK!"

Fred dan George tertawa senang, tapi setelahnya menuruti perkataan Ibunya.

Kedua anak itu masuk ke dalam rumah hendak mengikuti langkah Ibunya. Tapi terhenti saat Molly tiba-tiba berbalik.

"Dimana Listy?"

Keduanya memasang wajah terkejut setengah mati saat teringat.

Molly yang menyadari ada sesuatu yang janggal menatap penuh selidik.

"Dimana dia?"

"I-itu, tadi kami main kejar-kejaran dan dia yang jaga."

"Iya. Tapi, dia belum menemukan kami sampai saat ini."

Molly melolot mendengar penjelasan bergantian kedua putranya.

"MERLIN! GEORGE CEPAT KAU CARI LISTY! BIAR FRED MANDI DULUAN!"

George mengangguk patuh, kemudian langsung berbalik untuk mencari Listy setelah memberikan kaos basahnya pada Fred.

"BOCAH NAKAL! LIHAT BADANMU ITU. KOTOR SEKALI! MAU MENYAINGI BABI YANG BERMAIN LUMPUR HA?"

George masih dapat mendengar teriakan Molly. Tapi setelahnya ia langsung fokus untuk mencari Listy.

Anak laki-laki itu menerjang hujan, menoleh ke kanan dan kiri saat berada di tempat awal mereka bermain kejar-kejaran tadi.

"FRED! GEORGE!"

George menoleh saat mendengar teriakan seorang anak diiringi suara tangisan.

"JANGAN TINGGALKAN AKU SENDIRIAN HUAA!"

George langsung berlari mendekati asal suara. Larinya makin kencang saat melihat Listy yang telah basah kuyup berdiri sambil menangis histeris.

"Listy?"

Listy langsung menoleh saat merasakan tepukan di pundakknya diikuti sebuah suara berasal dari belakangnya.

"GEORGE!"

Anak itu langsung memeluk erat tubuh tanpa kaos George.

George sedikit terkejut, tapi kemudian ikut membalas pelukan anak itu sama eratnya.

"Maaf," gumamnya pelan sambil membiarkan anak itu puas menangis di pelukannya.

Setelah itu, keduanya masuk ke dalam rumah. Molly terus berteriak memarahi kedua anak kembarnya.

Listy juga ikut dimarahi karena mau-mau saja menuruti dua anak jahil itu, ditambah ia sempat membela mereka.

Tapi meski begitu, Molly membuatkan ketiganya coklat panas dan membantu mengeringkan rambut Listy juga menghangatkan tubuh ketiga anak bandel itu.

Flashback end

George tertawa pelan usai menceritakan kejadian itu. Listy juga ikut tertawa menyadari kepolosannya saat kecil.

"Kalian sangat kejam padaku saat kecil," George tertawa sambil masih mengelus punggung gadis itu.

"Kau saja yang gampang dibodohi waktu kecil."

Listy menyebikkan bibirnya mendengar ejekan George.

"Mau minum coklat panas?" Listy mengangguk.

Keduanya melepaskan pelukan mereka. George mengambil dua cangkir yang berada di depan keduanya.

Listy mengambil alih salah satu cangkir yang disodorkan oleh George, kemudian meminumnya.

George memperhatikan Listy sebentar, sebelum melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Listy.

Cukup lama diam, Listy meminum tegukan terakhir coklat panasnya. Ia menoleh ke arah George.

"Sudah selesai?"

George meneguk habis coklatnya, kemudian mengangguk dan memberikan cangkir tersebut kepada Listy.

Gadis itu berdiri dan mendekat ke arah wastafel untuk mencuci kedua cangkir tersebut.

George mengikuti gadis itu dan memilih berdiri dengan salah satu tangan menumpu di meja makan.

"Terima kasih untuk malam ini. Aku naik dulu."

Listy melangkah menuju tangga tanpa menunggu jawaban dari George.

George menegakkan tubuhnya dan berbalik menatap ke arah punggung gadis itu.

"Listy."

Gadis itu menghentikan langkahnya tanpa berniat berbalik.

"Kau harus ingat kalau kau tidak pernah sendiri. Ada Mum, Dad, Bill, Charlie, Percy, Fred, Ron, Ginny, Harry, Hermione, dan tentunya.. Aku."

•••••

Makasihh bgt yaa buat yang udah baca dan meninggalkan jejak, semoga tetep pada setia sama cerita ini yaa sesetia kita sama karakter fiksi🙂

Hope u like it ❤️💚💙💛
(btw, ini aku warna love nya sesuai sama asrama hogwarts lhoo <3)

kalo ada yang salah ato typo, tandain ajaa✨

kecup jauh😘😘😘
luci-lace💗

See you on the next chapter dear✨

واصل القراءة

ستعجبك أيضاً

84.3K 7.9K 21
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
AMETHYST BOY بواسطة AANS

قصص الهواة

495K 49.5K 38
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
104K 10.1K 27
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...
74.8K 6.8K 50
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...