Hari kian silam, sementara Gabriel dan Anna masih saja menikmati waktu berdua malam ini. Selesai berbelanja, Gabriel mengajak Anna untuk makan.
Kalian ingin tahu apa saja yang Anna beli?
Hermès Kelly Rose Gold, Guerlain Diamond Lipstick, Marc Jacobs Carolyn Crocodile, Parfum Joy, dan beberapa baju di bawah 5 juta.
Inikah yang dinamakan jangan boros? Gabriel menghabiskan uang milyaran sore itu. Yah, bukan masalah besar baginya. Bahkan, dia mengira Anna akan menghabiskan 50 milyar lebih. Ternyata hanya 45 milyar saja.
"Iel aku kok pengen beli baju Hello Kitty, ya?" Tanya Anna kepada Gabriel yang masih asyik mengunyah makanan. Gabriel tak menjawab, ia hanya berdehem sambil mengangkat kedua alisnya.
"Beli, ya? Yang murahan aja. Cuma buat tidur." Gabriel mengangguk, ia mengambil gelas di depannya lalu meneguk minuman tersebut.
"Baju couple maksud aku. Kamu pakai juga."
UHHUKKKKKK!!!! UHUUKKKKKKK!!!!!
Gabriel langsung tersedak mendengar permintaan Anna.
"Hah?" Tanyanya.
"Aku pengen. Ya ya ya ya?" Rayu Anna dengan mode aegyo.
"Nggak ah!" Tolak Gabriel.
"Ih!"
"Ya masa aku suruh pakai baju Hello Kitty." Gabriel memelankan suaranya ketika mengucapkan kata Hello Kitty.
"Kan nanti malam pas tidur doang!" Protes Anna.
"Nggak! Nggak mau."
"Ih iel apaan sih nggak seru!" Anna melengos.
"Ya, y-ya masa ak-" Gabriel menghela nafasnya.
"Ya udah iya. Kita beli nanti," Kata Gabriel, pasrah.
Anna sedikit melirik Gabriel, lalu menarik ujung bibirnya. "Gitu dong!" Serunya.
"Kamu aneh-aneh banget sih," Komentar Gabriel.
"Biarin, kan lucu!" Balas Anna.
"Eh, aku ke toilet dulu, ya?" Tanya Anna kepada Gabriel.
Ketika kekasihnya itu mengangguk, Anna langsung beranjak dari tempatnya duduk. Namun, saat dirinya ingin melangkahkan kaki tiba-tiba saja seorang laki-laki menabrak tubuh Anna.
"Awh!" Rintih Anna. Bagian dadanya kini basah terkena minuman dari sang penabrak tadi.
"Ouh! Sorry!" Pekik seorang lelaki itu sambil mengambil minumannya yang tumpah.
Gabriel sontak berdiri.
"Sorry, kamu nggak papa, kan?" Tanya lelaki dengan kacamata hitam itu, tangannya mencoba untuk membersihkan baju Anna. Padahal, kalau di pikir-pikir itu hanya sia-sia.
Gabriel melotot ketika dada Anna di raba oleh seorang lelaki tersebut.
"Heh heh!" Gabriel menepis tangan lelaki tersebut dan menarik tangan Anna hingga posisinya berada di belakang Gabriel.
"Lain kali hati-hati. Udah udah sana!" Titah Gabriel.
"Ouh! Sorry man! Sorry!" Kata laki-laki tersebut lalu melenggang pergi meninggalkan tempat duduk di sudut Restaurant mewah itu.
Anna mengernyitkan keningnya. Ia sedikit familiar dengan suara itu. Ia terus menatap punggung lelaki itu sampai menghilang dari balik dinding.
"Hey."
Anna tersentak kecil. "Hm?" Ia menoleh ke arah Gabriel.
"Liatin apa? Kamu kenal?" Tanya Gabriel.
"Ah, nggak kok," Jawab Anna sambil menggelengkan kepalanya.
"Aku ke toilet dulu, ya." Anna pun berjalan menuju toilet meninggalkan Gabriel.
"Siapa, ya?" Gumam Anna ketika ia sudah jauh dari Gabriel.
"Ouh! Sorry!"
"Ouh! Sorry!"
"Sorry, kamu nggak papa, kan?"
Suaranya terngiang-ngiang di telinga Anna. Ia terus saja mengingat itu suara siapa.
"Anna Alessia?"
"Salam buat calon suamimu."
Tiba-tiba ingatan terlintas dipikirannya. Ia menghentikan langkah tepat di depan toilet wanita.
"Penelpon itu," Gumam Anna ragu, sepersekian detik ia pun menggelengkan kepalanya dengan cepat. Berharap ia melupakan kejadian tadi.
Mungkin hanya mirip.
•••oOo•••
Anna meraih ponselnya ketika mendengar dering telepon. Ia mendapati nama Abang Anjing di layarnya. Anna menghela nafas lalu menerima panggilan tersebut.
"Apa?" Anna membuka suara.
"Dari mana lu! Gue telpon nggak bisa dari tadi!" Seru Ray.
"Habis keluar sama iel, ini baru pulang," Jawab Anna sambil merebahkan tubuhnya di kasur.
"Mana iel?" Tanya Ray.
"Noh mandi."
"Vidcall aja vidcall, terima cepet!" Suruh Ray ketika ia mengalihkan panggilan suara menjadi panggilan video.
"Cie mau ditinggal besok," Ledek Ray ketika ia melihat muka Anna muncul di layarnya.
"Nggak sedih wle!" Balas Anna sambil menjulurkan lidahnya.
"Ututu masa? Kita liat aja kali yeee besok," Cibir Ray.
"Abang ngapain sih nelpon?!" Tanya Anna.
"Ya emang kenapa sih! Pengen aja nih!" Balas Ray.
"Ganggu tau nggak!"
"Lahhh! Gue mati aja lu nangis giliran gue balik malah pada kesel sama gue. Begimaneeee sihhh?!" Protes Ray.
"Abisnya abang nyebelin!"
Anna menoleh ke arah kamar mandi ketika pintu terbuka, ia mendapati Gabriel menggunakan baju tidur bermotif Hello Kitty.
Anna menahan tawanya, sedangkan Gabriel memasang muka masam.
"Ganti, ya?" Pinta Gabriel.
"Nggak! Nggak boleh!" Jawab Anna sambil tertawa.
"Ihhhhh!" Rengek Gabriel.
"Siapa tuh?" Tanya Ray dari seberang telepon. Anna pun mengalihkan kamera ke arah Gabriel.
"JIAAAAAAAKHHHHHHHHHHH !!!!!!! HAHAHAHAHAHAHAHAHAHA!" Sembur Ray ketika melihat pakaian Gabriel.
"LU NGAPAIN WOY?! SUKA HELLO KITTY LO SEKARANG?! HAHAHAHAHHAHA!" Seru Ray lagi sambil tertawa.
"Ih Anna udah ah! Jangan di arahin ke aku!" Protes Gabriel sambil berjalan menuju ranjang. Anna hanya cekikikan melihatnya.
"Lucunya ututututuuuu," Kata Anna sambil mengacak-acak rambut Gabriel.
"APAAN SIH LU GILA! IEL UDAH GILA FIX!" Ledek Ray.
"Lucu tau!" Sahut Anna.
"Lucu apanya dah anjrit! Jangan lupa sono suruh pake masker wajah sekalian! Hahahaha!" Ray tak berhentinya meledek Gabriel.
"Ih orang lucu gini! Dah ah! Ray ganggu! Aku tutup dulu!"
Tanpa menunggu jawaban dari Ray, Anna langsung menutup panggilan tersebut. Ia pun menoleh ke arah Gabriel, lagi.
"Unyu unyu unyuuuu!" Anna menggoda Gabriel sambil mencubit kedua pipi lelaki itu.
"Pokonya aku gamau pake ini lagi!" Pinta Gabriel.
"Iya iya ih!" Jawab Anna sambil tertawa.
Demi apapun, memang Gabriel lucu sekali malam ini. Baju berwarna pink itu membuat Gabriel terlihat seperti anak mama, bukan seperti pembunuh bayaran.
•••oOo•••
"NGAPAIN TELPON LAGI?!" Tanya Fero ketika menerima panggilan dari seseorang. Kini ia baru saja selesai mandi. Ia tak memakai baju, mempebabatkan garis-garis pada perut dan dadanya.
Lawan bicaranya cekikikan.
"Besok berangkat jam berapa?" Tanya lelaki dari seberang sana.
"Jam delapan kayaknya, kenapa?" Tanya Fero.
"Titip bawain kamera gue dong!" Seru lelaki itu, siapa lagi kalau bukan Ray?
"Nggak! Nggak mau!" Tolak Fero sambil menoleh ke arah kopernya. Di atas koper tersebut sudah ada kamera milik Ray.
Ya, sebelum Ray meminta, Fero sudah lebih dulu berniat untuk membawakan adiknya kamera tersebut. Memang, Fero ini diam-diam pengertian juga.
"Ihhh! Bawain nggak?!"
"Gue bilang nggak ya nggak!"
"Yaudah lu nggak perlu ke sini!" Sembur Ray.
"Dih emang gue nggak ada rencana buat nemuin lo! Orang gue sama iel mau ada acara sendiri!" Balas Fero sambil tertawa.
"Bodo amat lu awas aja ke sini!" Tepat setelah itu, Ray menutup panggilan teleponnya. Fero cekikikan setelah menggoda seorang Ray.
•••••