Don't Go!!! [SeokSoo]✔

By ChaSaelsha05

29.6K 2.4K 84

Perjuangan seorang pemuda melawan semua rintangan hidupnya dan selalu terkhianati disetiap dia mulai percaya... More

Prolog
Part 1
Part 2
Part 3
part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23 [end]
Special Chap (1)
Special Chap (2 end)
Promosi

Part 11

741 74 0
By ChaSaelsha05

Menyusuri jalan seoul Dino melangkahkan kaki mengikuti kemana saja kakinya ingin melangkah, hari sudah malam tapi Dino masih berada diluar, tenang saja ia sudah meminta izin pada orangtuanya dan mereka setuju.

Dino memasukan tangannya kedalam saku, ditemani angin malam, rambut yang ikut terbawa angin, Dino hanya menikmati terpaan angin diwajahnya.

Saat dipertengahan perjalanan Dino melihat seorang pemuda yang menunggu didepan toko kecil, pemuda itu hanya menundukkan kepala sambil menendang angin, tampaknya pemuda itu bosan, tidak lama datanglah seorang lelaki menghampiri pemuda tersebut dengan makanan ditangan kanannya, pemuda tadi tampak sumringah melihat kedatangan kakaknya dan mereka pergi dengan sesekali bercanda dan tertawa lepas, sedangkan Dino hanya menatap sendu kepergian mereka.

'Andai kau masih disini hyung, mungkin kita juga akan seperti mereka...' -lirih batin Dino.

Dino melanjutkan perjalanannya cukup lama berjalan kini ia memasuki sebuah bar yang ramai dikunjungi orang, musik berdentum keras, lampu yang kedap-kedip serta berbagai warna ikut menghiasi, mendudukan diri dipojokan tak lama datanglah seorang pelayan yang membawa satu botol wine dan meletakkannya diatas meja.

Dino membawa botolnya pergi keatas lantai menuju kamar yang sudah menjadi kebiasaannya untuk melampiaskan perasaannya, membuka pintu kamar perlahan lalu ia menguncinya.

Dino duduk dilantai dengan bersandar pada kaki kasur, ia membuka botol wine lalu langsung meneguknya dan meletaknya kasar kembali, air mata sudah mengalir meski raut mukanya tidak menunjukkan apapun.

Ya, seperti inilah Dino sekarang, ia melampiaskan semua; rasa sakit, sedih, kecewa dan rindu dikamar yang sudah menjadi rutin kegiatannya sehari-harinya, Dino tidak tahu harus melampiaskan nya bagaimana lagi sehingga ia hanya berpikir dengan meminum bisa membuat sakitnya berkurang meski hanya sedikit.

"Sudah lima tahun kau pergi hyung, tapi tetap saja aku tidak bisa melupakanmu." Ucap Dino datar tapi air matanya semakin mengalir deras.

Menegukan kembali minumannya Dino hanya membiarkan air matanya menetes, berdiri dari duduknya Dino menghampaskan tubuhnya diatas kasur, matanya menatap kosong ke langit-langit kamar.

"Ha ha HA HA HA." Tawa Dino kencang. "Bodoh! kau bodoh Dino." Rutuk Dino sambil memukul kepalanya. "Kenapa kau pergi? bukankah aku sudah menyuruhmu untuk tidak membiarkannya pergi,TAPI KENAPA KAU MENGAMBILNYA!!" teriak Dino diakhir kalimat.

Cukup lama menangis kini isak Dino pun terdengar, mendudukan diri ia perlahan berdiri dan bersimpuh diatas lantai. "Aku menyesal hiks... Maafkan aku hyung, seharusnya aku memberitahukan yang lain tentangmu pasti semua ini masih bisa teratasi... hiks Aaarrgh." Jerit Dino pilu.

Prang

Dino menghampaskan botol wine yang ia pegang diatas lantai, pecahan-pecahan kaca berceceran serta wine yang masih ada didalam botol tersebut menyebar dan membasahi celana bagian lututnya.

Menangis pilu Dino mengadahkan kepalanya membiarkan air mata mengalir dikedua sudut matanya,meremat dada sesak ia hanya terisak dengan bahu bergetar.

"Apa aku salah mengharap kau kembali hyung?... hiks." Tanya Dino lirih sambil sesegukan.

Cukup lama menangisi hyungnya kini Dino memutuskan untuk membersihkan diri dan pulang kerumah karna ini sudah larut malam, setelah memastikan penampilannya nya seperti semula Dino pun melangkahkan kaki meninggalkan kamar tersebut.


—Please Back—

Dokyeom, Sehun dan Jongin sekarang tengah berada di cafe terkenal tapi hanya sedikit orang yang berada disana mengingat seberapa mahalnya makanan disana bahkan yang berada didalam cafe adalah orang yang memiliki hidup terjamin.

"Mom Dk masih belum lancar berbicara bahasa inggris bagaimana ini?"-Dokyeom.

"Yahh sayang sekali mom juga tidak bisa bicara bahasa inggris hehe." -Jongin.

"Dad akan ajarkan tapi kalau dad sibuk Dk kursus bahasa inggris saja bagaimana?" -Sehun.

"Tidak masalah." -Dokyeom.

"Baiklah besok Dk sudah mulai kursus" -Sehun.

"Hm... HAH?!" -Dokyeom.

"Kenapa?" -Jongin.

"Kenapa secepat itu?" -Dokyeom.

"Apa masalahnya, lebih cepat lebih baik nak." -Jongin.

"Yaa tap-" ucapan Dokyeom terpotong.

"Tidak ada tapi-tapian." -Sehun.

Dokyeom mendengus. "Terserahlah." Ketus Dokyeom.

Sehun dan Jongin hanya tersenyum lega melihat Dokyeom yang langsung mengalah tanpa berdebat lagi, mengingat Dokyeom adalah orang yang suka berdebat bahkan sampai orang kwalahan berdebat dengannya sampai akhirnya ia lah yang memenangkan perdebatan tersebut.

"Mom, dad. Dk ke toilet sebentar." Pamit Dokyeom.

Sehun dan jongin mengangguk."Jangan lama-lama  ya." -Jongin.

"Iyaa mom." -Dokyeom.

Dokyeom berlalu pergi ke toilet untuk membersihkan diri setelah beberapa menit ia pun akhirnyanya keluar dari toliet, saat Dokyeom melewati pintu masuk ia tidak sengaja melihat anak kecil yang berdiri didepan pintu,Dokyeom mengampiri anak kecil tersebut.

"Hei kau sedang apa?" -Dokyeom.

Anak kecil tadi tersentak mendengar suara orang dibelakangnya, ia pun berbalik dan menatap Dokyeom takut.

"Jangan takut aku hanya bertanya." -Dokyeom.

"A-aku ha-hanya... T-tidak ada." Ucap anak itu gugup dan berniat pergi tapi dicegah oleh Dokyeom.

Dokyeom bisa melihat penampilan anak kecil itu sudah usang, beberapa bagian ada yang robek, bahkan anak kecil itu tidak memakai sepatu atau bahkan sandal untuk melindungi telapak kakinya.

"Tunggu sebentar, apa kau lapar?" -Dokyeom.

Anak kecil tersebut hanya menunduk dan tak lama mengangguk ragu, Dokyeom mengambil dompet disaku celananya dan tak lama ia mengambil beberapa helai dolar lalu memberikannya pada anak kecil tadi.

"Ini untukmu, ambillah..." -Dokyeom.

Anak kecil tadi tampak bingung,Dokyeom yang melihat anak kecil itu tidak mengambil uang yang ia beri, akhirnya ia pun meraih tangan kecil tersebut lalu meletakkannya ditelapak tangan anak kecil tersebut.

"Terimakasih tuan." Ucap antusias anak kecil itu menatap Dokyeom dengan kedua mata bulat yang berbinar.

Dokyeom mengangguk membalas tatapan anak kecil itu dengan senyuman tulusnya. "Makanlah setelah ini." -Dokyeom.

Anak kecil tadi tersenyum lebar sambil mengangguk lalu pergi meninggalkan Dokyeom yang masih menatap punggung sempitnya sampai anak kecil itu masuk kedalam toko makanan, akhirnya Dokyeom memutuskan untuk kembali masuk kedalam cafe.

Dokyeom menghampiri ibu dan ayahnya dengan tersenyum tampan bahkan pengunjung cafe dan pelayan disana sempat memberhentikan kegiatan mereka sejenak untuk menatapnya kagum, Dokyeom tidak melihat orang sekitarnya karna ia fokus melihat Sehun dan Jongin yang juga menatapnya dengan pandangan berbeda, Dokyeom duduk kembali di kursinya tadi.

Sehun menatap anaknya datar. "Cih tebar pesona." Cibir Sehun.

Dokyeom menatap ayahnya sinis."Terserah." Ketus Dokyeom, ia beralih menatap Jongin dengan tersenyum lembut.

"Kenapa lama sekali?" tanya Jongin sambil membalas senyuman sang anak.

"Tadi Dk keluar sebentar." -Dokyeom.

"Kenapa keluar?"-Sehun.

"Ada anak kecil yang hanya diam berdiri didepan pintu, jadi Dk menghampirinya dan ternyata anak itu kelaparan ya sudah Dk kasih uang buat dia makan." Jelas Dokyeom.

Sehun dan Jongin hanya mengangguk paham, tak lama dua pelayan wanita menghampiri meja mereka dan menghidangkan beberapa makanan, Dokyeom yang melihat banyak makanan kesukaannya pun sudah tidak sabar untuk makan sedangkan kedua orang tuanya hanya terkekeh melihat Dokyeom.

Ya, sesuai janji yang Sehun berikan ia mengajak Dokyeom dan istrinya untuk makan diluar.

"Terimakasih." Ucap Dokyeom menatap kedua pelayan wanita tadi dengan tersenyum tampan sedangkan yang ditatap tampak sangat gugup sambil menganguk ragu.

'Uhh tampan sekali'

Ya seperti itulah isi dalam hati kedua pelayan wanita tadi dengan pipi yang merona serta tersenyum malu-malu, Dokyeom mengalihkan kembali pandangannya lalu memakan lahap makanannya.

"Ekhem." -Sehun.

Kedua tatapan pelayan tadi buyar setelah mendengar deheman Sehun, dengan rasa malu karna sudah tertangkap basah menatap anaknya kedua pelayan tadi membungkuk singkat dan berlalu pergi.

Jongin yang melihat kejadian tadi hanya terkekeh geli, ia tahu ketamapanan anaknya tidak diragukan lagi, bahkan ia mendengar kedua sahabat anaknya mengatakan bahwa Dokyeom menjadi prince university saat pertama kali masuk kuliah.

Mereka bertiga memakan dengan tenang dan sesekali mengobrol tanpa memerdulikan tatapan orang sekitar.


—Please Back

Didalam kamar Joshua kini sudah ada Seongchol dan Jeonghan, mereka duduk disofa sambil berbincang serius.

"Joshua-ah cobalah untuk terbuka, jangan biarkan dirimu seperti ini." -Jeonghan.

Joshua hanya diam tidak merespon apapun, ia hanya menatap kosong kedepan.

"Cobalah untuk berinteraksi dengan yang lain mungkin dengan begitu kau bisa melupakan Seokmin perlahan." -Seongchol.

"Aku ingin... Tapi tidak bisa." Lirih Joshua.

Menghela nafas pelan. "Jangan memendamnya terlalu dalam nanti kau akan sulit untuk mengeluarkannya." -Jeonghan.

"Semakin aku ingin melupakanya semakin tambah aku mencintainya." Jujur Joshua.

"Tidak ada cara lain selain mencari pengganti Seokmin dihatimu." -Seongchol.

Joshua terdiam sebentar, jika ditanya mencari pengganti kalau bisa sudah dari dulu ia mendapatkan pengganti Seokmin.

"Tidak bisa hyung, aku sudah menutup pintu hatiku hanya untuknya." -Joshua.

"Jangan seperti ini, sampai kapan kau akan menutup pintu hatimu? masih banyak yang lain pasti dari salah satu mereka ada yang mencintaimu." -Seongchol.

"Shua yang dikatakan Seongchol tadi benar, cobalah untuk membuka pintu hatimu." -Jeonghan.

"TAPI AKU MENCINTAINYA!!" tanpa sadar Joshua meninggikan suaranya diselingi air mata yang menetes.

Jeonghan dan Seongchol tersentak mendengar suara Joshua yang meninggi, mereka tahu pasti sangat sulit melupakan Seokmin yang selama ini sudah mengisi atau bahkan sepenuhnya di dalam hati Joshua.

"Sampai kapan kau seperti ini? sadarlah dia sudah tenang diatas sana, jangan menangisi orang yang tidak pernah bisa kau miliki, jangan buat dirimu hanya bergantung pada Seokmin, dengan dirimu seperti ini bukannya membuat Seokmin tenang kau malah membuatnya kecewa." Jelas Seongchol.

Joshua hanya diam, hatinya semakin sakit setelah mendengar perkataan Seongchol barusan.

"Pikirkan bagaimana perasaan orangtuamu dengan melihat kondisimu yang seperti ini, hyung mohon Joshua-ah jangan egois hanya memikirkan dirimu sendiri." -Jeonghan.

Joshua tersentak mendengar perkataan Jeonghan, apa selama ini ia egois? apa semua orang kecewa dengannya? Joshua semakin merutuki dirinya yang bodoh tidak bisa memikirkan perasaan orang sekitarnya.

"Setidaknya kunjungilah dia, sudah empat tahun kau belum mengunjunginya, mungkin dengan mengunjungi kemotriumnya bisa membuatmu sedikit terbuka, limpahkah semua keluh kesahmu didepannya." -Jeonghan.

"Kau hanya bisa mengatakan tanpa tahu aku yang sudah berusaha sekuat tenaga." Ujar Joshua.

Seongchol dan Jeonghan menatap Joshua sendu, mereka merasa bersalah karna sudah berkata seperti itu. "Maaf Joshua-ah kami tidak bermak-" ucapan Seongchol terpotong.

"Keluar." Ucap Joshua pelan, ia masih duduk sambil menunduk dengan jari bertaut erat.

"Kam-" ucapan Jeonghan juga terpotong oleh Joshua.

"Tinggalkan aku sendiri, kumohon." Pinta Joshua, kedua tangannya bergetar menadakan ia sedang menahan tangis.

Tidak ingin membuat keadaan semakin buruk akhirnya Seungchol dan Jeonghan memutuskan untuk memberikan Joshua waktu untuk sendiri dan berlalu pergi.

Suara pintu tertutup dan detik itulah air mata Joshua menetes, menggigit bibir bawahnya kuat, ia mengadah membiarkan air mata mengalir. Perkataan Seungchol dan Jeonghan masih terngiang dikepalanya, Joshua melampiaskan sakitnya dengan mengenggam tangannya erat sampai tangan itu bergetar dan buku-buku jarinya memutih.

"Aku tidak tahu harus bagaimana lagi, aku sudah terlalu mencintaimu sehingga aku menutup pintu hatiku untuk yang lain, sampai kapan Seokmin-ah?... Sampai kapan aku harus menanggung semua ini, setidaknya izinkan aku untuk melihatmu atau bawa aku bersamamu, jangan biarkan aku sendiri disini tanpamu kumohon..." Lirihnya, cukup lama mengadah kini ia menundukkan kepalanya.

Joshua sudah mati-matian menahan tangis tapi tetap saja air mata itu terus saja mengalir membasahi pipi dan juga lehernya, baju bagian lehernya sudah basah karna meresap air mata Joshua. "Berhenti... hiks ini sakit, cukup! aku tidak sanggup lagi hiks." Rintih Joshua sambil memukul dadanya sesak, bukannya berhenti menetes kini air mata Joshua semakin mengalir deras tidak bisa tertahan lagi. "Aarrgh... BERHENTI!!... hiks." Joshua berteriak keras dengan semakin kuat memukul dadanya tapi tetap saja ia masih merasa sesak, membaringkan tubuhnya diatas sofa perlahan dengan masih sesegukan ia mencoba memejamkan matanya.

Walau Joshua sudah tenang tetap saja ia masih tersedu dalam tidurnya, nafasnya sudah teratur dan tak lama ia tertidur karna kelelahan menangis, dalam tidurnya Joshua selalu mengigaukan nama Seokmin.

.

.

.

Ibu Joshua memanggil dan mengetuk pintu kamar anaknya tapi Joshua tidak menyahut panggilannya.

"Apa dia tidur?" tanya ibu Joshua lirih.

Mengetuk ulang kembali pintu kamar Joshua tapi tetap saja tak ada respon dari dalam. "Nak buka pintunya, kau belum makan seharian." Ucap ibunya sedikit meninggikan suara.

Menghela nafas pelan ibu Joshua mengalah dan berlalu pergi sambil membawa nampan dikedua tangannya.

"Bagaimana? apa Joshua mau makan?" tanya ayah Joshua.

Meletakkan kembali nampan yang ia bawa ke atas meja, ibu Joshua pun duduk disamping suaminya. "Dia tidak membuka pintu kamarnya." Lirih ibu Joshua sendu.

"Mungkin dia sedang tidur, biarkan saja nanti dia akan turun untuk makan." Ucap ayah Joshua menenangkan istrinya.

"Dia sudah banyak berubah, aku takut kondisinya semakin bertambah buruk." -Ibu Joshua.

"Percaya padanya, aku yakin dia bisa menjaga dirinya." Ayah Joshua.

"Bahkan dia sudah berniat ingin mengakhiri hidupnya, apa yang kau maksud dengan dia bisa menjaga dirinya?" -Ibu Joshua.

"Tenanglah, Joshua butuh waktu untuk menenangkan dirinya." -Ayah Joshua.

"Tapi ini sudah lama semenjak kepergian Seokmin tetap saja tidak ada perubahan dengannya." -Ibu Joshua.

"Joshua sangat mencintai Seokmin dan karna rasa cinta sekaligus rasa bersalah membuatnya tidak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk." -Ayah Joshua.

Ibu Joshua menangis meratapi kondisi anaknya yang memprihatinkan, mereka sudah berusaha sebisa mungkin bahkan meluangkan waktu mereka untuk Joshua agar ia tidak semakin terpuruk, ayah Joshua mengusap air mata istrinya dan menggenggam tangan istrinya lembut.

"Kita tidak boleh lemah seperti ini, bagaimanapun Joshua masih membutuhkan bantuan kita disisinya." Ucap ayah Joshua menyemangati istrinya.

"Kau benar kita tidak boleh seperti ini, aku akan berusaha lebih baik lagi agar Joshua tidak menutup dirinya lagi." Lirih ibu Joshua pelan.

Mereka melanjutkan makan malam mereka dengan tenang, keadaan rumah sunyi karna semua pelayan sudah pulang ke pavillium mereka masing-masing, makan merekapun juga tidak selera karna memikirkan keadaan anaknya sekarang.




Tbc

~See you next time yeorobun~

Continue Reading

You'll Also Like

98.1K 5.9K 29
Warn:Angst!mpreg!don't like BxB get out! nb:fast plot! (𝙏𝙄𝘿𝘼𝙆 𝘼𝘿𝘼 𝙍𝙀𝙑𝙄𝙎𝙄,𝙈𝘼𝙆𝙇𝙐𝙈 𝙎𝘼𝙅𝘼 𝙅𝙄𝙆𝘼 𝘽𝘼𝙉𝙔𝘼𝙆 𝙏𝙔𝙋𝙊 𝙏𝙆𝙎.) ...
13.3K 1.5K 29
Ketika dr. Davin bertemu cintanya di perkampungan sang kakek dan Yuan yang kembali melihat dunia setelah 20 tahun. *Sangat halu dan gak masuk akal, p...
21.4K 1.8K 35
Cerita ini terinspirasi dari ice fantasy. Warning BoyxBoy/Yaoi. Yang homopobic silahkan di skip saja. Cerita ini lebih fokus ke HunHan. Namun akan ad...
254K 36.8K 31
Bukankah mereka sama, meskipun penampilannya berbeda? Warn! MxM Alternative Universe OOC Mpreg Disclaimer! Pictures and names are used to visualise o...