Happy reading gais...
***
Weekend ini pasangan suami-istri yang dalam tahap proses harmonis yaitu Divanka dan Jae memutuskan untuk mengunjungi keluarga Yoon, atau lebih tepatnya rumah orangtua Divanka. Awalnya Jae ingin mengajak istri-nya itu ke taman bermain atau sekedar nonton di bioskop, tapi langsung ditolak oleh Divanka dan malah meminta ke rumah orangtuanya sendiri. Sedaritadi Jae memperhatikan ekspresi bahagia Divanka selama diperjalanan, jarang sekali melihat senyum wanita itu yang terlihat cerah, secerah matahari siang.
Tak butuh waktu lama, mereka pun tiba ditujuan dan gerakan cepat Divanka turun dari mobil sesaat kendaraan beroda empat itu berhenti sempurna di teras. Sudah lumayan lama Divanka tak mengunjungi rumah ini, jadi wajar dia lumayan excited dan berakhir tak memperdulikan Jae yang terus mengekorinya dari belakang.
TING TONG
Suara bel yang baru saja dipencet oleh Divanka membuat keheningan pecah, beberapa detik kemudian terdengar suara balasan dari dalam yang mengisyaratkan untuk menunggu sejenak dan setelahnya ekspresi terkejut dari kakak laki-laki Divanka yang dia dapatkan, yaitu Dowoon.
“Kok lo datang?” tanya Dowoon.
Divanka memutar malas kedua bola matanya sembari bersedekap dada, ia menatap sang kakak dari ujung kaki sampai ujung kepala yang lumayan terlihat berantakan. Beginilah kehidupan Direktur Yoon Dowoon, saat hari libur maka penampilannya bisa disandingkan dengan orang gila, itu menurut Divanka.
“Enggak habis pikir gue sama lo.” cecar Divanka.
Kening Dowoon mengernyit, ia melebarkan pintu rumah agar pasangan suami-istri ini dapat masuk dengan leluasa. “Maksud lo?” tanya Dowoon.
“Lihat penampilan lo anjir! Astaga, gue nyerah sama lo, ini baju kusut banget sih kak!” gerutu Divanka.
“Suka-suka gue, kenapa lo yang repot?” balas Dowoon.
Divanka menggeleng-gelengkan kepalanya dan berlalu masuk kedalam rumah untuk menghampiri sang Ibu yang mungkin saja tengah menikmati waktu siangnya dengan cara menonton acara gossip TV, meninggalkan kedua pria tampan yang masih saja heran atas tingkahnya. Bukan hal baru lagi sebenarnya jika Divanka marah tiba-tiba, sifat aslinya memang seperti itu.
“Kenapa lagi dia?” tanya Dowoon, namun Jae mengedikkan bahunya pertanda ia tak tahu-menahu mengapa Divanka marah-marah. Tadi mood wanita itu bagus, tapi saat melihat Dowoon langsung berubah seratus delapan puluh derajat.
Setelahnya, Jae ikut masuk kedalam rumah menyusul Divanka yang mungkin saja sudah bergibah dengan sang Ibu, sedangkan Dowoon menggaruk kepalanya akibat dihadapkan oleh pasangan suami-istri yang sering membuatnya pusing. Kadang baikan, kadang marahan dan kadang pula saling diam, begitulah uniknya Divanka-Jae.
“Eh, Jae, kamu udah makan siang belum?” tanya Ny. Yoon saat melihat sosok Jae sudah ada didepannya.
Jae melirik sekilas kearah Divanka yang tengah memandanginya juga, memberikan kode jika dia harus menjawab apa dan dibalas anggukan kepala oleh Divanka, pertanda Jae boleh menjawab jujur pertanyaan sang Ibu.
“Belum, Bu.” jawab Jae sembari tersenyum.
“Astaga, kalian jam segini belum makan siang? Divanka? Kok kamu tega enggak kasih makan suami kamu?” omel Ny. Yoon.
Sepertinya memilih opsi untuk jujur adalah hal yang salah, seharusnya Divanka menyuruh Jae untuk berbohong saja dan menahan lapar sampai mereka pulang dari rumah ini, makan di restoran lalu kembali ke apartement. Bukannya Divanka malas untuk memasak, dia sudah menyentuh dapur saat jam sembilan pagi tapi langsung dicegah oleh Jae dan mengatakan bahwa lebih baik makan siang diluar saja daripada memasak, ya sudah, Divanka menurut ucapan Jae.
“Aku yang suruh Divanka enggak usah masak, Bu, karena emang aku rencana mau makan diluar.” cegah Jae sebelum amukan sang Ibu semakin membesar.
Sirat mata Ny. Yoon yang sangat mengitimidasi bagi Divanka membuatnya sedikit takut, padahal bukan salahnya tidak memasak dan lagi Jae sudah menjelaskannya, apalagi yang harus dipermasalahkan? Dasar Ibu-Ibu, sukanya mengomel.
“Den-dengerin tuh, Bu. Jae yang suruh aku enggak masak.” gugup Divanka.
PLATAK
Dia langsung mendapatkan jitakan yang lumayan keras dari sang Ibu, sehingga membuatnya meringis kesakitan, apa dia salah ucap? Kenapa dia dijitak? Perasaan Divanka tak melakukan kesalahan apapun selain tidak memasak makan siang.
“Ringan banget, ya, itu mulut panggil Jae aja?” sindir Ny. Yoon.
Satu kata yang terbesit dibenak Divanka yaitu mampus, ia sudah waspada jika Ibu-nya akan mengamuk mendengar Divanka memanggil Jae tanpa embel-embel kakak atau apapun, awalnya dia ingin mencoba panggilan kakak tapi rasanya aneh karena dia sudah terlanjur selalu emosi ketika berhadapan Jae.
“Marahin aja, Bu, emang gitu dia enggak ada rasa hormat sama suami sendiri.” timrung Dowoon yang ikut memojokkan Divanka, melihat wajah Dowoon sangat senang dan puas membuat Divanka kesal sendiri.
“Kamu juga sama aja, enggak tahu ajarin adik kamu!” Spontan kedua mata Dowoon membulat sempurna saat mendapat semprotan juga, tak terima karena kena marah juga.
“Mampus lo.” ejek Divanka.
“Diam lo anak monyet.” gerutu Dowoon.
“Lo kakak monyet dong berarti?” tanya Divanka.
“Ibu enggak mau, ya, punya anak monyet.” cegah Ny. Yoon sebelum diinterupsi oleh Dowoon yang sudah ambil nafas untuk menyahut.
Pertengkaran ini adalah yang pertama kalinya Jae lihat selama menjadi bagian dari keluarga Yoon, dulu setiap Divanka ke rumah ini pasti dia memasang wajah malas dan berakhir mengurung diri di kamar sampai sore. Namun sekarang berbeda, ada sedikit kehidupan yang membuat Jae bahagia karena telah melihat sisi asli dari keluarga ini.
“Lo juga, suami monyet diam aja, kesurupan tahu rasa lo.” ucap Dowoon ke Jae.
Lamunan Jae langsung buyar dan melempari wajah Dowoon menggunakan bantal sofa yang sedaritadi ia peluk, sudah lama ia tak bertengkar dengan Dowoon, terakhir kali ia lakukan mungkin sekitar setahun lalu, ya, sebelum dia menikahi Divanka tentunya.
“Apa sih lo, bawa-bawa suami gue! Udahlah, gue ke dapur aja, mau makan enggak?” tawar Divanka pada Jae, dan dibalas sebuah anggukan.
Setelahnya Divanka meninggalkan ruang tengah menuju dapur, disusul Ny. Yoon dibelakangnya untuk sekedar membantu menyiapkan makanan. Tersisa Jae dan Dowoon di ruang tengah sembari menonton acara gossip artis, channel favorite Ny. Yoon memang tak ada bedanya dengan Ibu-Ibu pada umumnya.
“Ayah mana?” tanya Jae setelah dirasa sofa disebelahnya diduduki oleh Dowoon.
“Ke kantor bentaran, soalnya ada masalah keuangan, palingan bentar lagi balik,” ucap Dowoon, lalu Jae ber-oh ria.
Suasana pun hening, keduanya sama-sama diam dan hanya suara TV yang terdengar memecah keheningan yang terjadi diantara mereka. Sampai lamunan Jae buyar ketika Dowoon bertanya sesuatu, bukan bertanya, melainkan ingin mengobrol agar tak bosan.
“Lo gimana sama Divanka?” tanya Dowoon.
Terlihat Jae nampak berpikir dan seketika otaknya menangkap beberapa kejadian pertengkarannya telah berlalu dengan Divanka, sekarang mereka baik-baik saja meskipun terkadang Divanka sedikit kesal tapi Jae dapat memakluminya. Jae sudah cukup bersyukur karena Divanka tidak pernah keluar malam lagi dan berakhir pulang pagi dalam keadaan mabuk, justru sekarang wanita itu pulang tepat waktu bahkan bisa lebih cepat sesuai dengan jadwal kampusnya sendiri.
“Ya, gimana apanya? Udah agak berubah dibanding sebelumnya.” jawab Jae.
“Syukurlah, ngelihat gimana Divanka tadi bikin gue tenang. Padahal terakhir kali Divanka disini bertengkar hebat sama Ibu dan Ayah, bahkan gue bisa tebak kalau Divanka enggak mau ke rumah ini lagi. Tapi, sekarang dia malah santai seakan-akan enggak pernah ada masalah sama Ibu, untungnya Ibu juga tanggapinnya sama,” ucap Dowoon.
Sebenarnya Divanka itu bukan tipikal orang pendendam, namun dia dapat mengingat ucapan dan tindakan yang membuatnya sakit hati. Dia tak pernah ingin mengungkitnya dan berusaha untuk terlihat baik-baik saja, meskipun aslinya dia keadaan tak baik-baik saja.
“Oh iya, besok jadwal Divanka buat ke rumah sakit periksa kesehatannya, lo mau ikut?” tanya Dowoon.
Jae hampir lupa jika Divanka memiliki riwayat sakit bagian alat kelamin atau dalam bahasa kedokteran disebut Trikomoniasis, salah satu penyakit kelamin yang disebabkan oleh parasite bernama Trichomonas Vaginalis. Awalnya Divanka baik-baik saja, namun setelah dia dirusak oleh mantan pacarnya, dia harus menerima kenyataan bahwa dia tertular dari pria brengsek itu. Infeksi ini tidak fatal, tetapi dapat memicu komplikasi seperti ketidaksuburan, infeksi jaringan kulit vagina.
“Bisa enggak biar gue aja yang antar dia? Biar gue tahu juga tentang penyakit dia,” ucap Jae.
Dowoon tampak berpikir beberapa detik dan menganggukkan kepalanya pertanda ia setuju, sudah seharusnya Jae yang mendampingi Divanka baik itu dalam keadaan senang ataupun susah, ‘kan?
***
Bersambung...
Gaje? Maafkan diriku gais, gak ada ide huhu..
Maaf jika ada salah kata atau cerita tydak menarik
Jadilah pembaca yang menghargai penulis dengan cara Vote+Komentarnya ditunggu
Terima kasih dan sampai jumpa 🙏❤️❤️