MY HUSBAND IS MY ENEMY 2 [ on...

Bởi kepojanganberlebihan

4.3M 359K 103K

Rank #1 Comeback/450 stories #2 Nakal/1.52k stories Cerita ini melanjutkan kisah RaniAldo. Rania Pratista Kai... Xem Thêm

MHIME 2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
ini part dipost ulang✨
39
40
41
42
BACA CERITANYA!
43
44
45
46
47
49
50
51
52
53
54
55
56
cekkkk!
57
58
Vote Cover MHIME 1!
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70

48

81.7K 5.5K 3.5K
Bởi kepojanganberlebihan

Eyyooo! Sabi gaa tembus 2k votes & 2k komen lagiii?!

Warning 21+!

Jangan lupa spam komen!

-

Sabtu, 17.00 wib.
      Rania menghentikan langkahnya tepat didepan pintu rumahnya, pikirannya kembali mengingat akan percakapan dirinya dengan Randi tadi malam yang akhirnya membuat Rania tidak jadi pulang tadi malam.

Flashback..

"Bang, gue mau nanya serius sama lo."

"Apa?" tanya Randi, ia lalu menyeruput minumannya.

"Menurut lo, gue sama Aldo masih bisa dibilang suami istri ga, sih, bang?"

Randi mengerutkan dahinya, kembali meletakkan gelasnya diatas meja. "Masih dong," balasnya.

"Kok bisa? Kan, gue sama Aldo udah pisah lama."

"Tapi, nafkah dari Aldo lancar."

Rania menaikkan sebelah alisnya. "Dih, kapan? Ga pernah, tuh, dia ngasih gue nafkah. Gue aja ga pernah ngerasa nerima duit dari dia."

Randi melipat kedua tangannya didada. "Trus, yang biayain kuliah lo siapa? Yang transfer duit ke lo siapa?"

"Papa."

Randi terkekeh pelan, membuat Rania menatapnya dengan curiga.

"Lo ga tau kalo yang dikirim itu duit siapa? Itu semua duit Aldo, Ran. Papa udah ga pernah ngeluarin duit buat lo lagi, semua biaya kuliah, dan lain-lain itu duit Aldo."

Rania mengerutkan dahinya, tak percaya dengan perkataan Randi barusan. "Lo boong, 'kan?"

"Sebenernya Aldo nyuruh gue, Mama, sama Papa buat ga ngasih tau lo, tapi.. karna gue ngerasa tingkah lo udah berlebihan dan ga peduli lagi sama Aldo, mau ga mau gue harus kasi tau lo. Biar lo ngerti, Ran. Aldo ga pernah ninggalin lo sendiri. Jadi, gue harap lo jangan egois lagi."

Rania terdiam saat mendengar perkataan Randi barusan.

"Aldo kurang apalagi sama lo, Rania? Dia udah setia selama ini, dia ga mikirin cita-citanya lagi, dia rela kerja biar bisa ngecukupin keperluan lo." ucap Randi.

"Lo juga tau, 'kan, alesan gue ninggalin dia?"

"Menurut sudut pandang lo, lo emang bener. Lo mau Aldo ngejar cita-citanya. Tapi, lo mikir gak? Seandainya Aldo kuliah, sekarang pasti dia juga masih ikut magang bareng lo. Darimana kalian dapet duit? Masih mau minta sama orang tua?"

"Jadi, berhenti nyalahin Aldo. Lo sendiri ngerasa, 'kan, pisah selama delapan taun? Lo pasti paham, 'kan, perasaan Aldo? Masih untung dia mau nungguin lo sampe sekarang. Cowo lain? Emang ada? Kalo gue, sih, mending cari cewe lain."

Rania memejamkan mata, air matanya mulai mengalir dipipinya.

Randi meneguk salivanya sejenak. "Gue sebenernya ga mau nyudutin lo. Sebagai abang lo, gue mau nyadarin lo. Gue mau lo ngertiin perasaan Aldo juga. Kadang, tingkah lo terlalu berlebihan. Ngerasa diri lo yang disakitin, padahal lo sendiri yang ninggalin Aldo. Lo juga terlalu keras kepala, ga mau dengerin omongan Aldo sama sekali."

Flashback off..

Rania menghembuskan nafasnya dengan kasar. Huft!

Ia lalu membuka pintu utama, melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah.

"Assalamualaikum," ucap Rania dengan pelan. Cewek itu menghentikan langkahnya saat mendapati isi rumah yang sunyi, Pelayan-Pelayan dirumahnya menundukkan kepalanya dihadapan Aldo yang saat ini sedang marah.

"Maaf, Tuan."

Rania mengerutkan dahinya, ada apa ini?

Aldo menghentikan perkataannya, melirik sekilas ke arah Rania lalu memutar kedua bola matanya. Cowok itu lalu melangkahkan kakinya menuju pintu, meninggalkan semua Pelayan serta Rania yang berada didalam rumah.

Rania sempat menatap Aldo dengan tatapan bingung, sedangkan Aldo melewatinya begitu saja tanpa memperdulikan Rania.

Aldo lalu menutup pintu rumahnya dengan kuat.

Brak!

Semua menutup telinganya dengan terkejut.

Rania memberanikan dirinya untuk bertanya kepada seluruh Pelayan dirumahnya. "Ini pada kenapa? Aldo tadi kenapa marah sama kalian?"

Tak ada yang berani menjawab, semua Pelayan menunduk ketakutan.

"Saya nanya, tolong dijawab."

Salah satu Pelayan baru berani berbicara. "E.. kita juga ga tau, Nyonya. Tuan dari tadi pagi marah-marah terus sama kita. Padahal kita semua udah kerjain pekerjaan dengan bener. Tapi, tadi ada yang ga sengaja salah dikit langsung kita semua diomelin habis-habisan, Nyonya. Dan, kita semua diancem dipecat sama Tuan."

Rania menaikkan sebelah alisnya. Ada apa dengan Aldo? Kenapa cowok itu tiba-tiba seperti ini?

"Oh.. makasih penjelasannya."

***

Saat makan malam pun Aldo tak berbicara sedikit pun pada Rania maupun Pelayan-Pelayan lainnya. 

Setelah selesai makan, Aldo langsung beranjak dari duduknya meninggalkan Rania sendirian dimeja makan. Suasana begitu mencekam bagi Pelayan-Pelayan disana.

"Maaf, Nyonya. Tapi, kira-kira kenapa Tuan tiba-tiba seperti ini, ya? Apa kita bisa minta tolong sama Nyonya? Kita takut kalo suasananya kaya gini terus, kita semua juga takut dipecat." ucap salah satu Pelayan wanita, diangguki oleh tujuh Pelayan lainnya.

"Saya juga ga tau.. saya aja baru pulang dari rumah sakit," balas Rania sambil mengusap-usap tengkuknya.

"Tolongin kita, Nyonya.. kita semua ga mau dipecat sama Tuan," pinta Pelayan-Pelayan.

Rania menatap delapan orang Pelayan-Pelayan dirumahnya dengan tak enak hati. "Ehm.. saya usahain, ya," ucapnya. Cewek itu lalu beranjak dari duduknya dan melangkahkan kakinya menuju kamar.

"Makasih banyak, Nyonya."

***

Saat sampai dikamar, tatapan Rania langsung tertuju ke arah Aldo yang duduk sambil terfokus pada laptopnya.

Rania meneguk salivanya sejenak, lalu ia memberanikan dirinya mendekati Aldo.

"Aldo," panggil Rania.

"Hm," gumam Aldo membalas panggilan Rania barusan.

Rania menghentikan langkahnya didekat meja Aldo, berdiri menghadap ke arah Aldo sambil menghela nafasnya sesaat.

"Lo kenapa marah-marah sama mereka? Emang mereka ada salah apa?" tanya Rania.

"Ga ada," balas Aldo dengan cukup dingin.

"Trus, kenapa lo marahin mereka sampe ngancem mau pecat mereka?"

"Gue pengen aja pecat mereka, ada masalah?" balas Aldo.

"Do.. mereka kerja buat ngehidupin keluarganya, lo ga boleh seenaknya gitu sama mereka."

Aldo menoleh ke arah Rania, menatap wajah Rania dengan tatapan dingin. "Lo aja seenaknya ingkar janji sama gue, kenapa gue ga boleh seenaknya sama mereka?"

Rania mengerutkan dahinya. "Gue ngaku gue salah, tapi.. kenapa lo harus lampiasin emosi lo ke mereka? Kenapa ga ke gue aja? Lo bikin mereka ketakutan, Do. Mereka takut kehilangan pekerjaannya."

"Karna tingkah gue yang seenaknya sama mereka, mereka jadi takut kehilangan pekerjaannya? Sedangkan lo yang seenaknya ingkar janji ke gue, ga takut kehilangan gue?"

Rania terdiam. Ia kehabisan kata-kata.

"Udah, lah. Kalo lu ga punya urusan lagi sama gue, mending lo pergi dulu dari hadapan gue. Gue takut ga bisa ngendaliin emosi gue," ucap Aldo.

Rania mengalihkan pandangannya sejenak. Kemudian, ia menarik lengan Aldo dengan kuat, membawa Aldo menuju kasur.

Rania langsung mendorong tubuh Aldo, membuat Aldo terduduk diatas kasur dengan mata yang membulat sempurna.

Jari-jari Rania dengan cepat membuka kancing piyama-nya dihadapan Aldo, matanya mulai berkaca-kaca.

Rania lalu melemparkan pakaiannya ke sembarang arah. Tangannya beralih melepaskan kaitan bra-nya.

Aldo terkejut saat melihat tingkah Rania, ia langsung beranjak dari duduknya dan menahan tangan Rania.

"Ran, lo gila?!"

"Ini, 'kan, yang lo mau?!" pekik Rania, tepat dihadapan Aldo.

Aldo mencengkeram lengan Rania dengan kuat, membuat Rania meringis.

"Akh.."

"Jangan sampe gue ga bisa ngendaliin diri gue lagi, Ran."

Rania menatap mata Aldo dengan tajam, bibirnya langsung mencium bibir Aldo.

Cup..

Cengkeraman Aldo pada lengan Rania perlahan terlepas, ia kembali terdiam.

Rania melepaskan ciumannya dibibir Aldo, lalu ia kembali mendorong tubuh Aldo dengan kuat hingga Aldo terbaring dikasur.

Rania merangkak diatas kasur, cewek itu lalu duduk diatas paha Aldo sambil melepaskan bra-nya.

Aldo memejamkan matanya, meneguk saliva sembari menahan nafsunya.

Rania menyeringai, tangannya langsung menarik kedua tangan Aldo dan nengarahkannya ke payudara.

Rania mendongakkan kepalanya. "Shh.."

Nafas Aldo mulai tak teratur, bersamaan dengan rahangnya yang mengeras. Kalau begini, rasanya Aldo tidak akan mampu menahan nafsunya lagi.

"Remes, Do. Ah.." bisik Rania sambil menggoda Aldo.

Mata Aldo langsung terbuka setelah mendengar perkataan sekaligus desahan Rania barusan. "Hm?"

Rania menggigit bibir bawahnya. Tangannya berpindah ke arah celana Aldo, membuka kancing lalu menarik resleting celana Aldo.

Aldo membelalakkan kedua bola matanya. "Ra-nia.."

Baru saja Rania ingin menarik celana Aldo, tangan Aldo dengan cepat menahannya. Aldo menatap Rania dengan tajam.

"Kenapa? Lo ga mau, Do?"

"Gu- gue.."

"Bukannya lo ngebet, ya?"

Aldo diam sejenak, matanya masih setia menatap Rania dengan begitu tajam. Tak lama kemudian, ia langsung menarik lengan Rania dengan kuat. Kembali menyatukan bibir mereka.

Cup..

Tangan Aldo tak tinggal diam. Ia meremas payudara cewek itu dengan cukup kuat, membuat Rania merasakan sakit dan nikmat dalam waktu bersamaan.

"Ah.. shh.."

Bibir Aldo turun ke leher Rania, menggigitinya dengan penuh nafsu.

"Engh.. Aldo, ah.. em.."

Satu tangan Aldo berpindah ke bawah, jari-jarinya dengan cepat melepaskan celana sekaligus celana dalam Rania.

Rania membelalakkan kedua bola matanya. Dirinya sudah tidak mengenakan apapun.

Aldo melepaskan ciumannya, ia lalu merubah posisi mereka. Kini, Aldo yang menindih tubuh Rania.

Aldo menyeringai. Ia menegakkan tubuhnya sejenak, membuka bajunya.

Rania yang berada didepan Aldo langsung menutupi dadanya dengan melipat kedua tangannya didepan dada, dan merapatkan kakinya sambil ditekuk. Ia malu.

Aldo melemparkan pakaiannya ke sembarang arah, lalu kembali menatap Rania yang tampak meneguk salivanya. Aldo lalu menatap seluruh tubuh Rania.

"Kenapa ditutup?"

Rania mengerutkan dahinya. "Ngapain nanya gitu, sih," protesnya.

"Ya, penasaran. Kan, gue mau masuk."

"Masuk, ya, masuk aja! Ga usah pake nanya." ketus Rania.

Aldo langsung melebarkan paha Rania, tangannya mengusap-usap paha Rania hingga kembali ke payudara dan meremasnya.

Rania mendongakkan kepalanya. "A-ah.."

Aldo tersenyum. Ia langsung mencium dan melumat bibir Rania dengan penuh gairah.

Satu tangan Aldo bermain dibagian bawah Rania, membuat Rania bergerak-gerak karena geli.

Aldo perlahan berpindah mencium payudara Rania.

"Shh.. ah.. Aldo, ah.." racau Rania dengan mata yang merem melek.

"Do.." bisik Rania yang mulai tidak tahan karna merasa Aldo terlalu lama.

"Iya, Sayang?"

"Langsung aja, Do. Gue.. engh.. ga tahan lagi, shh.."

"Oke," bisik Aldo. Ia kembali menegakkan tubuhnya sembari menarik celananya hingga lutut.

Aldo langsung menarik kedua lengan Rania, merubah posisi Rania menjadi duduk. Aldo lalu menggendong tubuh Rania, mengarahkannya duduk diatas paha Aldo.

Rania membelalakkan kedua bola matanya saat melihat benda yang begitu besar dan panjang berdiri tegak dihadapannya.

"Siap?" bisik Aldo, membuat Rania merinding.

"I-ini.."

"Jangan teriak, oke?"

Rania hanya menurut dan menganggukan kepalanya sambil meneguk saliva untuk kesekian kalinya. "O-oke.."

Aldo langsung mengangkat tubuh Rania, memasukkan 'milik' nya ke dalam 'milik' Rania.

"AH!"

Aldo langsung menutup mulut Rania dengan telapak tangannya, membuat Rania memelototi dirinya.

"Stt.. nanti kedengeran," bisik Aldo.

Rania merasakan sesak. 'Milik' Aldo sepertinya memenuhi ruangan 'milik' nya. Rasanya perih dan nikmat.

Aldo menjauhkan telapak tangannya dari mulut Rania.

Mereka berdiam sejenak, membiarkan Rania merasa lebih baik dulu.

Rania memeluk leher Aldo dengan erat. "Perih, Do." bisiknya saat merasa nyeri.

Aldo mengusap-usap punggung Rania dengan tak enak hati. "Maafin gue, Ran."

Rania hanya menganggukan kepalanya, matanya berkaca-kaca.

"Udah bisa lanjut, Ran?" tanya Aldo dengan lembut.

Rania melepaskan pelukannya dileher Aldo, ia kemudian menatap nata Aldo sambil menganggukan kepalanya. "Ehm.. bisa," ucapnya dengan pelan.

Aldo lalu membaringkan tubuh Rania dikasur. Ia menindih Rania, menatap wajah Rania sejenak, lalu mencium kening Rania.

Cup..

"I love you," bisik Aldo.

Air mata Rania langsung mengalir. "I love you too, Aldo."

Aldo menggenggam kedua telapak tangan Rania dengan erat.

Aldo mulai menggenjot pinggangnya dari pelan, hingga cepat.

"Ah! Shh.. ah! Engh.."

"Aldo.. ah! Ah! Ah!"

-

Jangan lupa vote & komen!

Gimana part ini?! Menegangkan? Ato kurang?!😱

See u next part!

Senin, 22 Maret 2021.

Happy birthday!

Have a nice day, all!🔥

Đọc tiếp

Bạn Cũng Sẽ Thích

567K 22K 35
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
250K 23.7K 30
[JANGAN LUPA FOLLOW] Bulan seorang gadis yang harus menerima kenyataan pedih tentang nasib hidupnya, namun semuanya berubah ketika sebuah musibah me...
5.8M 319K 36
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
1.7M 77.8K 41
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...