Dangerous Dragon

By alvinanora

7.1M 1M 429K

Karya pertama yang dibuat pada 18 Februari 2021, selesai pada 23 Mei 2021, diterbitkan tanggal 22 Agustus 202... More

PEMBUKA
1. Saya persembahkan, iblis kesayangan kita.
2. Membidik gadis sekolah.
3. Perlakuan tidak adil.
4. Jangan banyak bertingkah, jalang.
5. Selamat datang, Anna.
6. Satu kamar dengan pembunuh bayaran.
7. Pengakuan.
8. Beraninya, dia sentuh Anna!
9. Our new devil.
10. Tutup mulut baumu.
11. Masih dalam pelatihan.
12. Bendera perang telah dikibarkan.
13. Jalang dari yang terjalang.
14. Musuh mulai bertindak.
15. Tumbangnya ratu kita.
16. Who's Belezza?
17. Kejanggalan masa lalu.
19. Carlos.
20. Badai yang tak diinginkan.
21. Black Killer?
22. Menghilangnya Belezza.
23. Rundingan pagi.
24. Koneksi untuk menang.
25. Abang.
26. Puncak pembalasan dendam?
27. Selamat tinggal.
28. Yang ditinggalkan.
29. Pemusnahan hama.
30. Rekayasa.
31. Pregnant?
32. Selamat datang, Tuan.
33. Hello Kitty.
34. Positif.
35. Dinyatakan jatuh.
36. Italia.
37. Ancaman.
38. Tertangkap.
39. Terdakwa, Anna Alessia.
40. Pertengkaran narapidana.
IMPORTANT
41. Sinyal perang kedua.
42. Hari sebelum perang.
43. Fero Aaron dan Laudya.
44. Perang kedua dimulai.
45. Selamat tinggal, Anna.
46. Dangerous Dragon.
47. Mission completed.
48. Melepas rindu.
49. Kabar Gembira.
50. Pembersihan nama.
51. Janji Suci.
52. Setelah pemberkatan.
53. Potongan hari.
54. Baby Naiel.
55. Akhir dari kisah ini [ END ]
PENUTUP
PLAGIAT, X.
EVENT PASORA
INFO ORDER
MINI SERIES
EBARA

18. Kecupan Sang Ratu untuk Raja.

140K 21K 5.3K
By alvinanora

Hari kian silam. Anna sudah bekerja keras dari pagi untuk membangkitkan fisiknya yang telah lama tak ia latih itu. Walaupun ia bilang setiap malam sudah berlatih tinju, tetap saja Anna belum terlalu jago dalam bela diri. Apalagi bela diri pisau dan menembak.

Kini, dia sedang latihan bela diri pisau bersama Gabriel. Itu yang terakhir. Ia harap agar waktu cepat berlalu, tubuhnya sudah sangat merindukan kasur empuk di kamarnya.

Untung saja, waktunya sudah hampir habis. Tinggal 10 menit lagi ia berlatih.

Anna dan Gabriel saling menyerang dengan spidol ditangan masing-masing. Hanya untuk eksperimen kecil agar Gabriel tahu, bagian mana saja yang sudah berhasil Anna tusuk.

Kaus putih yang Anna kenakan sudah hampir seluruhnya basah, terkena keringat dari tubuh Anna. Bagaimana tidak? Anna istirahat hanya saat makan, minum, dan mengembalikan nafas normalnya. Selain itu, tidak diperbolehkan istirahat.

Yah, memang harus seperti itu. Mengingat waktu Anna yang tak banyak.

"Udah," Ucap Gabriel menghentikan latihan malam ini. Anna menjauhkan tubuhnya dari Gabriel lalu mengelap keringat di dahinya menggunakan handuk kecil.

"Wuh!" Pekik Anna merasakan lelah yang amat luar biasa.

"Habis ini langsung tidur, besok mau langsung masuk?" Tanya Gabriel.

"Nggak, langsung ketemu aja sama yang nyari aku." Anna mengikat ulang rambutnya yang berantakan itu.

Gabriel sedikit kikuk melihatnya. Entah mengapa ketika melihat wanita sedang mengikat rambut, dirinya merasa tak nyaman. Apalagi sekarang, Anna yang melakukan itu.

"C-carlos?" Gabriel sedikit mengalihkan pandangannya membelakangi Anna.

"Namanya Carlos?" Tanya Anna.

"Gimana bisa lo nggak tau nama wali kota sendiri?" Tanya Gabriel.

Anna selesai mengikat rambutnya lalu tertawa kecil. "Aku kan baru pindah satu tahun lalu, lagian nggak kepo juga," Jawab Anna.

"Fokus ke Jojo sama Flo. Lainnya udah cukup diancem aja, mereka nggak aneh-aneh kan ke lo?" Tanya Gabriel. Anna mengangguk.

"Yang parah emang cuma Jojo sama Flo. Lainnya aku masih bisa maafin," Jawab Anna.

"Aku ke kamar dulu ya," Kata Anna berjalan meninggalkan ruangan khusus untuk latihan bela diri itu.

"Anna," Panggil Gabriel.

"Ya?" Anna berbalik badan.

Gabriel terdiam beberapa detik, sedikit menggaruk kepalanya yang tak gatal itu. "Ah, nggak jadi. Nanti aja."

"Ih gimana sih," Cibir Anna lalu kembali berjalan meninggalkan Gabriel.

"Dia pura-pura nggak peka atau emang nggak peka, sih?" Gumam Gabriel kesal.

•••oOo•••

Fero dan Ray sedang menunggu kedatangan Gabriel di ruang tengah. Seperti biasa, malam ini mereka memutuskan untuk berunding lagi. Tanpa Anna. Yah, para lelaki itu membiarkan Anna untuk istirahat cukup malam ini.

"Udah yakin kan kalau Helena itu Belezza?" Tanya Fero sambil melingkari foto Helena menggunakan spiol berwarna merah.

"Iya, gue masih nggak percaya sebenernya." Ray menghembuskan asap rokoknya.

"Udah selesai cari tau hubungan dia sama Mark?" Tanya Fero. Ray mengangguk sambil mematikan rokoknya.

"Mereka pacaran," Kata Ray.

"Gabriel udah tau?" Tanya Fero.

"Udah, tadi siang kita bahas waktu lo sama Anna latihan," Jawab Ray.

"Jelasin coba, gue nggak paham. Terus kalau mereka pacaran, kenapa harus bunuh Amadea?" Tanya Fero.

Ray menarik senyumannya sambil membenarkan posisi duduknya. "Belezza cemburu sama Amadea," Katanya.

"Gitu doang?" Tanya Fero. Ray mengangguk, masih tertawa kecil.

"Gue pikir Belezza lebih gila daripada mamanya," Kata Ray. Fero mulai tertawa kecil, tak menyangka alasannya sangat sederhana.

"Dia nggak tau kalau pacarnya jadi predator buronan?" Tanya Fero. Ray menggeleng.

"Dia tau baru beberapa hari, habis itu ada kabar Mark tidur sama Amadea. Besoknya dass!!!" Ray menjelaskan dengan ekspresinya yang sangat serius dan gerakan tangannya yang mengibas.

"Dia bunuh Amadea," Lanjutnya.

"Dia niat banget sih, nyari orang buat dibunuh bareng sama Amadea. Mana mukanya dihancurin lagi," Tambah Ray lagi.

"Apalagi bersiiihhh banget mainnya, nggak ada kecurigaan waktu itu. Semua orang ngira itu Belezza padahal tubuh orang lain," Sahut Fero.

"Bener, dia masih anak sekolah waktu itu tapi jago banget bikin rekayasa biar dia nggak jadi tersangka," Tambah Ray.

"Ah! Dia nggak bunuh mark waktu itu karna tau mark bakal di incer sama Gabriel! Makanya dia tujuin tersangkanya ke Mark!" Seru Fero.

"BRAVO!" Pekik Ray.
"Makin kesini makin bisa disambung-sambungin."

"Parah parah parah," Sambung Fero. Pembicaraan mereka berdua berakhir ketika Gabriel datang.

"Kita besok mulai operasi," Kata Gabriel sambil duduk di sofa.

"Kita ada kerjaan besok, man." Suara Ray.

"Ada anak-anak, kan? Biar mereka aja yang ngurus," Jawab Gabriel.

"Besok siapa dulu?" Tanya Fero.

"Vanya dulu, baru Belezza."

"Kenapa kemaren lo nggak langsung aja tuh, BOOM!!! Tembak kepalanya," Seru Ray dengan gerakan tangannya menyerupai pistol.

"Nggak seru," Jawab Gabriel.

"Kita ulur waktu biar dia ngerasain gelisah, main-main dulu aja. Nikmatin waktunya," Lanjutnya.

"Wahhhhhhhh," Suara Ray sambil bertepuk tangan.

"Gimana Carlos?" Tanya Fero.

"Itu biar Anna yang urus. Kita cuma mau ambil untung aja, nggak akan terlalu jauh juga." Suara Gabriel.

"Dunia bener-bener sempit banget. Bisa nyambung gitu kita sama Anna," Ujar Ray menggelengkan kepalanya.

"Eh iya, penelpon itu gimana?" Tanya Fero kepada Ray. Yang ditanya menggeleng.

"Nggak ada petunjuk sama sekali, buntu. Kalau ada satu aja petunjuk, gue bisa cari tau siapa dia. Tapi ini nggak. Nggak ada kaitannya," Jawab Ray, pasrah.

"Kalau sampai waktunya kita nyerang Belezza dan belum ada petunjuk juga, buang aja," Kata Gabriel.

"Udah siap bro?" Tanya Fero sambil menepuk bahu Gabriel.

"Seratus persen," Balas Gabriel, tersenyum miring.

"Sia-sia kita dulu ngejar Mark," Celetuk Ray.

"Nggak sia-sia. Mark udah nidurin adek gue," Sahut Gabriel.

"Lagian kalau nggak ada kasus dia, kita juga nggak akan ketemu kali," Tambah Fero.

•••oOo•••

"Anna?" Gabriel mengetuk pintu kamar gadis itu.

"Udah tidur, ya?" Tanya Gabriel.

Niatnya, malam ini setelah berunding ia ingin mengatakan sesuatu sebelum benar-benar berperang, tapi sepertinya Anna sudah tidur lebih dulu.

"Yaudah, maaf gangg-"

KLIK.

Terdengar seseorang membuka kunci kamar Anna. Pintu tersebut perlahan terbuka.

"Kenapa?" Tanya Anna.

Gabriel sedikit tersentak melihat wajah Anna diselimuti sesuatu berwarna putih. Ah, itu masker.

"Muka lo," Gabriel bergidik.

"Ini masker," Jawab Anna sambil berjalan menuju ranjangnya lagi, membiarkan Gabriel berdiri di ambang pintu kamarnya.

"Gue masuk, ya?" Tanya Gabriel. Anna hanya berdehem, menyetujuinya.

"Gimana jadinya? Mulai darimana dulu besok?" Tanya Anna yang sudah berbaring di ranjang itu, ia juga menutup matanya.

"Lo urus aja Carlos, Flo sama Jojo. Vanya biar kita yang urus," Jawab Gabriel sambil membuka pintu kaca balkon kamar Anna.

Anna dengan cepat membuka matanya dan terduduk.

"Dingin!" Pekiknya.

"Lepas dulu sono itunya, gue mau ngomong sama lo!" Balas Gabriel.

"Dari tadi mau ngomong mau ngomong mulu!" Anna beranjak dari ranjangnya lalu duduk di depan meja rias.

"Udah bukan Anna yang pertama kali gue kenal ye lo! Dulu aja i-iyaaa, e-enggak, mmm a-aku t-akut," Gabriel menirukan gaya bicara Anna, dulu.

"Hish!" Desis Anna yang sedang mengelus lembut kulit wajahnya itu.

"Gue duduk di balkon, ya?" Tanya Gabriel. Tak ada jawaban dari wanita itu. Jadi, Gabriel langsung saja duduk di balkon kamar tersebut.

Entah apa yang akan dia katakan malam itu, tapi tatapan matanya jelas sekali mengisyaratkan kegelisahan.

"Mau ngomong apa?" Gabriel tersentak kecil ketika Anna sudah duduk di dekatnya.

"Nggak, cuma nggak bisa tidur aja," Jawab Gabriel, dusta.

"Hih!" Anna memukul pelan lengan Gabriel.

Keduanya sempat diam untuk beberapa menit, sibuk dengan pikirannya masing-masing. Sampai akhirnya Gabriel bersuara.

"Kenapa lo nggak jawab?" Tanya Gabriel.

"Jawab apa?"

"Waktu itu."

"Apa?"

"Waktu gue bilang suka lo." Anna menoleh, menatap Gabriel.

"Lo nggak tau? Gue nunggu," Ucap Gabriel lagi, mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Maaf," Ucap Anna.

"Uh?" Gabriel menoleh.

"Maaf buat?" Tanya Gabriel.

"Buat iel nunggu."

"Ah, nggak." Gabriel mengalihkan pandangannya lagi sambil tertawa kecil. Anna menghela nafasnya lalu tersenyum tipis.

"Gue juga nggak maksa kalau emang lo-"

CUP!

Anna dengan cepat memotong kalimat Gabriel dengan mengecup pipinya. Gabriel terpaku di sana. Ia merasakan darahnya mengalir begitu cepat. Ia yang tadinya dingin karena angin malam itu, tiba-tiba saja merasa gerah.

"Udah cukup, kan? Buat ngejawab," Kata Anna sambil mencondongkan tubuhnya kearah Gabriel.

Gabriel menoleh. Ia merasa salah tingkah saat itu juga. Tak tahu harus menjawab apa. Anna yang melihat ekspresi Gabriel langsung tertawa kecil.

"Maaf," Ucap Anna. Gabriel ikut tertawa kecil, mengikuti Anna.

"Ternyata gini kalau lagi salah tingkah," Ledek Anna.

"Lo ngeledek?" Tanya Gabriel, mulai mencairkan rasa canggungnya.

"Nggak," Jawab Anna sambil tersenyum.

"Tuh senyum!"

"Aku bilang nggak," Jawab Anna lagi, masih tersenyum.

"Iel nggak nawarin Anna lagi?" Tanya Anna.

"Nawarin apa?"

"Tidur sama Iel."

"Mau?"

"Mau."

"Tapi nggak di sofa," Jawab Gabriel.

"Terus?"

"Berdua di kasur sama gue." Anna tertawa kecil lagi.

"Kenapa ketawa?" Tanya Gabriel.

"Ayo," Anna beranjak dari duduknya.

"Kemana?" Tanya Gabriel.

"Ke kamar iel."

•••••

Continue Reading

You'll Also Like

3.6M 163K 50
Mereka Sama Sama Tidak Percaya Dengan Cinta , Mereka Sama Sama Menggangap Cinta Itu Hanyalah Bullshit.. Sebuah Omong Kosong Yang Hanya Dikatakan Tanp...
42.5K 4.5K 70
Cover by pinterest Follow sebelum membaca ••••••••••••••••••••••••• Seseorang yang menyombongkan kecantikannya, dan merusak mental orang lain tidak...
13K 2.7K 69
"Ya lo lemah, gue giniin aja udah baper." Balas laki-laki jangkung itu. "Nala, gue suka senyum lo. Manis." Ucap siswa itu. "Setau gue, gak ada yang n...
3.1M 192K 70
𝐒𝐢𝐧𝐨𝐩𝐬𝐢𝐬: Baru saja Kayla memaki tokoh antagonis dalam novel 'Fall in Love' yang ia baca, Kayla tak menyangka, setelah kecelakaan, ia malah t...