KOSAN 23 BUJANG

De veunder

574K 104K 53.1K

Kosan warisan sujarat bukan hanya sebatas tempat sewaan perbulan atau pertahun tapi ini lebih dari kata 'Ruma... Mais

Prolog
O1. Bujang Lantai 1
O2. Bujang Lantai 2
O3. Bujang Lantai 3
O4. Tragedi Goreng Telur
O5. Ketakutan Danish
O6. Meresahkan
O7. Berbeda
O8. Seperti Bintang
O9. Sidang Umum PBB
1O. Bujang Baru
11. Teori Bujang
12. Pengukuhan
13. Duo meresahkan
14. Kedatangan Sujarat
15. Rahasia
16. Neo Dream Festival
17. Games
18. Demo
19. Teka-teki
2O. Sit Down
21. Main aman
22. From Nasa
23. Perkara Peduli
24. Scandal
- Messages from Bujang.
25. Sebuah pilihan
27. Arrivederci
28. My Rosie
29. Surat Permohonan
30. Merenungkan Nikmat
Bintang Fotocopy
31. We're just friend

26. Proker Bujang

15.8K 2.7K 1.4K
De veunder

Bujang warisan sujarat terbentuk layaknya sebuah organisasi kampus namun versi lingkup warga kosan. Mereka melakukan voting untuk memilih Bapak Asrama alias Dewan senior dan kandidat terkuat hari itu ada Joni dan Keanu.

Tata sempat ditunjuk untuk maju sebagai calon Dewan Senior tapi ada beberapa bujang yang menolak dengan alasan jika Tata terpilih para bujang tidak akan mendengarkan segala arahan si tertua di bujang itu karena ya...Tata itu punya aura yang mudah dinistakan. Pada akhirnya cowok itu memilih buat dikandidatin jadi Sekretaris Dewan Senior, makanya tiap ada PBB pasti dia yang selalu jadi notulen dibantu Haikal sebagai Moderator.

Ketika musyawarah besar dilakukan sebagian besar bujang memilih Joni sebagai Dewan Senior dan berkembanglah struktur organisasi di Bujang Sujarat. Selaku Dewan Senior tentunya Joni memiliki beberapa program yang harus diterapkan demi kebaikan bersama, salah satunya program "Dua Kali Hidup Bersih".

Program ini terlaksana ketika masa kepengurusan Joni berjalan sekitaran dua minggu. Para bujang lain juga ikut setuju dengan keputusan Joni, terlebih setelah kasus Rosie yang mengamuk abis-abisan setelah janda bolongnya hancur diinjak penggemar para bujang waktu itu. Demi menebus kekacauan yang ada, mereka berinisiatif meringankan pekerjaan Rosie dengan membantunya membersihkan wilayah kosan.

Bagian halaman depan diambil alih oleh Bujang lantai satu. Jingga dan Caesar sibuk menggunting rumput liar yang semakin hari semakin panjang. Januar sibuk menyiram tanaman kesayangan Rosie, Lingga sibuk membersihkan lumut yang menempel pada tembok-tembok kosan dibantu dengan Haikal. Sisanya ada Rangga yang sibuk berkelahi dengan bujang lantai tiga karena Lukas senang main kejar-kejaran dengan Tezar hanya karena katak yang tiba-tiba muncul dibalik rumput.

"Kak Lukas larinya di kawasan bujang lantai tiga aja dong! Ini selang Januar kesendat karena kebanyakan diinjak sama kalian!" teriak Rangga yang kini emosi melihat air yang dipakai menyiram tanaman menjadi tidak lancar.

Januar cuman bisa tersenyum melihat betapa lucunya perdebatan pagi ini.

Lukas yang sibuk menghindari si katak kini menatap tajam Rangga, "Lo pikir gue juga seneng kayak gini? Pegel lah anjir!" selanjutnya ia kembali memekik ketika katak itu kembali melompat tak tentu arah, "AAAA MAMA SI JELEK MERESAHKAN!"

Jingga menghentikan pekerjaannya lalu kembali memulai aksi julidnya, "Dih gaya doang gede tapi takut katak!"

Tezar yang mendengar ucapan Jingga kini memberanikan diri menendang katak yang melompat ke arahnya, "Cih, sana dicium Jingga biar lo jadi pangeran!"

Pekerjaan menjadi berantakan saat Jingga ikutan berteriak karena katak itu kini menempel di sendal jepitnya. Caesar ikutan panik yang membuat Lingga dan Haikal terpaksa menghentikan pekerjaannya.

Lupakan soal kekacauan yang sering diperbuat oleh bujang lantai tiga, sekarang kita akan beralih dengan kinerja bujang lantai dua. Para anak maniak sosial media itu mendapat bagian membersihkan bagian rooftop dan juga bertanggung jawab penuh atas kebersihan ruangan para bujang lantai satu sampai tiga. Berhubung bujang lantai dua memiliki kekuatan yang lebih besar daripada bujang lain makanya pekerjaannya juga lebih banyak.

Jika dibagian halaman depan sibuk berteriak karena ulang seekor katak, beda halnya dengan bujang lantai dua yang kini menyalakan speaker besar. Tak lupa pula lagu viral tiktok yang baru juga ikut terputar. Alpha hanya bisa menggeleng sambil menepuk-nepuk karpet berdebu yang ia sandarkan pada kursi.

"Ayo para bujang merapat dan atur posisi!" teriak Devano menggunakan Toa yang sukses membuat para bujang lantai dua menoleh.

"Ayo para prikes ngumpul dulu!" Kini giliran Juan yang mengambil alih alat pembesar suara itu dari Devano.

Tata menyikut lengan Yaya, "Prikes apaan dah?"

Cowok gondrong itu mengangkat bahunya lalu menatap Juan, "Prikes itu apaan?"

Juan tersenyum lebar lalu kembali berteriak, "Pria kesepian! Hahaha!"

Yaya mengambil tangan Tata untuk menahannya, "Tahan gue, Bang! Bentar lagi ini sapu melayang dikepala Juan!"

Joni dan Jeffrey sukses tertawa melihat bagaimana ekspresi berlebihan yang Yaya perlihatkan saat ini. Setelah menghabiskan tenaga cukup banyak akhirnya para bujang kini berkumpul rapi dihadapan Juan.

"Devano putar musiknya!" Intruksi Juan.

Adimas menghela nafas lalu menyikut Alpha, "Ini anak mau ngapain lagi?"

Alpha mengangkat bahunya tak tahu, "Entah."

MASA LALU!

Terpesona
Aku terpesona
Memandang
Memandang wajahmu yang manis~

Para bujang sukses saling memandang sedangkan si duo meresahkan itu tersenyum lebar.

"Challenge baru. Lumayan kalo fyp, endorse ngalir lagi bro." ucap Juan sambil melipat tangannya membentuk pistol lalu menembakkannya tetap dihadapan Adimas.

Adimas menggelengkan kepala, "Dasar otak duit."

Devano ikut membela Juan, "Jangan salah, bro. Otak duit gini juga kita itu mampu memberi makan dua puluh lebih kepala di kosan ini pas Rapat PBB. Ya nggak, Juan?"

Juan mengibaskan rambut badainya ke belakang, "Jelas!"

Jeffrey menggeleng sambil tertawa kecil, "Terus kita harus ngapain? Maaf nih ya, kita nggak main tiktok jadi nggak tau gerakannya gimana."

Juan menepuk dadanya pelan sambil berjalan penuh pesona di depan para bujang. Adimas lagi-lagi rasanya ingin melempari kepala Juan dengan kemoceng yang dipegangnya.

"Perhatikan baik-baik. Gerakan ini harus kompak, ekspresi harus terlihat natural dan paling penting semangatnya harus membara." Intruksi Juan sambil memperagakan gerakan Challenge terpesona itu.

Tata memijit kepalanya pusing, "Ini mah gue bisa-bisa encok sebelum waktunya."

Para bujang sukses tertawa kecuali Juan yang masih saja semangat menjelaskan. Mereka mengamati seksama bagaimana Juan menggerakkan tangan serta kakinya dengan ritme yang sesuai dengan musik yang terputar.

"Sampai sini, paham?" tanya Juan.

Alpha mengangguk, "Paham-paham."

Joni menatap Alpha, "Lo gak usah ikutan deh, Al. Lo kan abis jatuh dari genteng. Ikut bersih-bersih aja seharusnya lo gak boleh karena lo harus istirahat."

Alpha tertawa sambil mengibaskan tangannya di udara, "Aelah, ginian doang mah biasa. Lupa lo kalo gue anak teknik? Hal kayak gini mah makanan sehari-hari pas maba."

"Idih sombong bener." cibir Yaya.

Joni menghela nafas, "Yaudah terserah lo tapi ya itu lo harus hati-hati. Lutut lo masih memar masalahnya."

"Anak teknik mah apa aja dihantam. Gimana, Al?" tanya Juan meledek.

Alpha mengangguk sambil menunjuk Juan, "Yoih!"

Adimas menggeleng kepala, "Susah emang kalo bicara ama dua batu."

Juan memilih mengabaikan ucapan Adimas, ia berjalan ke arah kardus lalu menyandarkan ponselnya disana. Hal terpenting baginya yaitu gimana caranya konten tiktoknya kembali berfungsi setelah rehat sehari karena kasus penuduhan gay di instagram. Setelah berhasil menjadikan Gita sebagai pengalihan isu akhirnya perlahan rumor gay itu juga perlahan-lahan mengubur. Tak jarang ada beberapa penggemar Juan yang kecewa karena doi udah punya degeman, mana di post pula fotonya di akun instagram. Makin panaslah jagat instagram.

Musik kembali menggema sedangkan para bujang mengambil tempat masing-masing. Kalo di prediksi sih konten yang ini bakal fyp karena rata-rata bujang pake baju hitam yang konon katanya kalo cowok pake baju kaos hitam itu damage-nya makin bertambah. Apalagi pada keringetan abis membersihkan lantai bawah dan rooftop.

MASA LALU!

Terpesona
Aku terpesona
Memandang
Memandang wajahmu yang manis~

Para bujang kompak bertepuk tangan dengan kaki yang dihentakkan diatas lantai. Tak lupa gerakan push-up dan bangkit ke posisi semula juga dilakukan membuat tulang Tata rasanya mau lepas.

Bagaikan mutiara wajahmu bola (bola) matamu
Bagaikan kain sutra lesungnya
(lesung) pipimu

Kedua tangan para bujang membentuk lingkaran dengan kaki yang melangkah teratur ke kanan dan kekiri mengikuti tempo lagu. Iya, ini gerakan baru yang dibuat oleh Juan makanya yang lain hanya mengikut.

Cantiknya kamu
Eloknya kamu
Semua yang ada padamu membuat
aku jadi gelisah
Sampai-sampai aku terbangun dari tidurku~

Tepat setelah lagu telah usai, Rosie ikutan muncul dibalik pintu rooftop dengan nampan yang berisi jus jeruk. Mata Yaya rasanya mau keluar dari tempatnya sangking senangnya dibawakan yang segar-segar, maklumlah habis ladenin permintaan Juan rasanya tenaga terkuras habis.

Cowok yang hobby tiktok itu langsung berlari mengambil ponselnya yang ia tempelkan di dekat kardus tadi. Alpha memutar bola matanya malas saat matanya bertemu dengan Rosie.

"Nih minum dulu para bujang cakep." ucap Rosie sambil meletakkan nampan berisi jus jeruk diatas meja.

Joni tersenyum, "Makasih ya, Rosie."

“Sama-sama.”

Para bujang satu persatu melangkah mengambil gelas yang tersusun rapi diatas nampan. Yaya segera mengambil satu gelas jus jeruk lalu meneguknya dengan cepat, melegakan sekali rasanya.

"Ternyata bukan cuman jus yang menyegarkan Rosie eh taunya lo juga nyegerin dipandang, ehehe." ujar Yaya saat meletakkan kembali minumannya yang tersisa setengah itu.

Adimas rasanya mau tersendak saat mendengar ucapan Yaya. Hampir aja jusnya ikutan muncrat dan mengenai wajah Tata. Kalo beneran kejadian bakal rame deh suasanya. Juan berjalan cepat menghampiri para bujang setelah mengunggah konten tiktok barunya.

"Ada-ada deh, hahaha." komentar Rosie.

Alpha menaruh gelasnya kembali, "Bentar lagi meletus dah itu kepala."

Rosie menatap malas Alpha. Memang ya kerjaan cowok satu itu gak ada lain kalo bukan merusak suasana. Dia kayaknya nggak bisa liat Rosie disanjung sekali aja, selalu aja dijatuhin dengan kata-kata menyebalkan miliknya.

"Abis lakuin challenge terpesona eh kayaknya kita beneran terpesona liat mba mawar datang pake daster kembang." ujar Devano setelah berhasil membasahi tenggorokannya yang kering.

Jeffrey tertawa kecil, "Abaikan perkataan mereka, Rosie. Biasalah buaya sering cari makan."

Yaya menatap tajam kearah Jeffrey, "Apakah saya harus memberi anda sebuah kaca agar anda bisa berkaca barang sejenak?"

Devano yang memang dasarnya tidak pernah lepas dari kata humor rendah kini tertawa kencang. Juan sampai-sampai ikutan menepuk bahu Devano agar cowok itu sadar kalo ketawa, takutnya ini anak beneran kesurupan karena kebanyakan tertawa.

"Rosie, kapan lo mau pamit sama anak-anak?" ucap Adimas santai sambil terus memegang gelasnya.

Joni menyeritkan alis, ia memandang Adimas dan Rosie bergantian.

"Pamit?"

Rosie menelan ludahnya dengan susah payah, dia bingung harus menjelaskan apa jika nantinya para bujang dihadapannya ini mempertanyakan banyak hal tentang pertanyaan ambigu dari Adimas tadi. Alpha hanya diam mengamati, dari raut wajahnya dia tahu jelas kalau ada sesuatu hal yang cewek itu sembunyikan.

"Bang, katanya tadi mau survey kerjaan anak-anak. Gue temenin mau nggak?" Jeffrey mulai bersuara, ia sengaja mengalihkan topik yang menurutnya sangat sensitif bila dibahas sekarang.

Joni terdiam sejenak, ia menunggu jawaban dari pihak Rosie ataupun Adimas.

"Bang, beneran nih gak mau gue temenin?" tawar Jeffrey sekali lagi.

Para bujang saling menatap kecuali Jeffrey dan Adimas. Mereka tidak paham apa maksud dari ucapan Adimas tadi. Merasa kedua pihak masih bungkam dan membuang banyak waktu akhirnya Joni menghela nafas lalu mengangguk.

"Yaudah, ayo. Gue takut mereka ngerusuh di halaman depan dan belakang," Joni mengode Jeffrey agar cowok itu mengikut dengannya, "Rosie, gue pamit duluan ya. Masalah pertanyaan gue tadi bentar aja jawabnya kalo gue habis survey para bujang."

Rosie mengangguk kaku, "Iya."

Adimas perlahan mundur, tubuhnya bersandar pada tembok rooftop sambil memerhatian Rosie yang masih saja tidak berkata jujur kepada para bujang. Tata cuman bisa mengamati sambil sesekali menggigit es batu yang ada di mulutnya. Alpha tidak mau ambil pusing, ia memilih bermasa bodoh dengan duduk diatas lantai sambil bermain game. Devano dan Juan saling melirik, mereka sibuk bertelepati. Beda halnya dengan Yaya yang perlahan mendekat ke arah Rosie.

"Apa ada sesuatu hal yang nggak gue tau?" tanyanya dengan nada tak biasa.

Jika dihadapkan seperti ini, rasanya Rosie mau menghilang saja dari Bumi. Yaya sedikit menakutkan kalo udah pasang wajah serius kayak gini.

---

Januar sibuk menumbuk kaporit yang habis dibelinya di toko bangunan sepuluh menit yang lalu. Dia kasihan melihat Haikal dan Lingga yang bersusah payah membersihkan lumut tapi tetap aja gagal. Alhasil dia kembali menggunakan pemahaman teorinya agar pekerjaan dua roomate-nya itu sedikit ringan.

Tezar, Lukas, Jingga dan Caesar malah asik main bola setelah menghabiskan waktu sekitar lima belas menit untuk berdebat dan mengusir katak menyebalkan tadi. Rangga cuman bisa jadi penonton sambil sesekali meluruskan kakinya ke depan karena capek menangkap katak lalu membuangnya ke luar kosan.

"Nah kalo udah kayak gini..." Januar mengangkat wadah yang berisi kaporit yang telah ia tumbuk, "Kalian taburin ke permukaan yang berlumut. Jangan lupa diamin sekitar sejam atau dua jam terus bersihin pake air sabun dan bilas deh sampai permukaannya gak licin lagi."

Lingga menatap Haikal, "Temen lo emang selalu paling bisa buat gue takjub."

Haikal mengangguk, "Kalo liat bapaknya rasanya pengen sayang anaknya tapi sayang Butena meresahkan jadi rasanya gue pengen racunin mulu."

Lingga tertawa lalu segera mengalihkan pandangannya ke arah Januar yang kini tersenyum lebar sambil menyodorkan wadah kaporitnya ke arah Lingga.

"Makasih ya, Jan. Ternyata kepintaran lo itu gak sia-sia." ucap Lingga.

Januar tersenyum lebar lalu mengangguk, "Kebetulan doang ini, Ling. Gue gak pinter banget kok."

Haikal berusaha untuk menahan emosinya, "Merendah untuk ditampar ini mah, ehehe."

PRAAK!!!

Ketiganya kompak menoleh saat mendengar suara pecahan. Keempat orang yang sibuk bermain bola tadi mendadak terdiam di tempat dengan degup jantung yang tak karuan.

"Ini mah kita lagi nantangin malaikat maut, Kas..." bisik Tezar kepada Lukas.

Jingga menatap ke arah si biang kerok yang sukses memecahkan pot keramik yang digantung Rosie dibagian depan, "Ulah Kak Lukas nih!"

Caesar ikut mengangguk semangat, "Betul. Dari tadi teriak pelanggaran tetap aja bolanya di tendang!"

Tezar yang merasa Lukas dipojokkan kini ikut bersuara membela, "Heh bocah! Ini kesalahan kita bersama ya jadi stop nuduh-nuduh!"

Rangga menoleh ke arah kebelakang saat mendengar suara Joni dan Jeffrey yang sibuk berbincang menuruni tangga. Dengan cepat cowok berambut hitam itu bangkit lalu berlari kearah Tezar dan Caesar yang sibuk berdebat.

"Gawat Bang Joni dan Kak Jeffrey udah patroli!" ujar Rangga yang sukses membuat keempat orang yang bermain bola tadi panik.

"Hidup emang keras, yang halus emang cuman suara doi kalo telfonan." Tezar menghela nafas pasrah.

Rangga menepuk dahinya, "Sempat-sempatnya bucin, ampun dah!"

"Hidup emang pait, yang manis emang cuman janji-janji doi doang." tambah Lukas.

Rangga tidak habis pikir bagaimana paniknya nanti Joni dan Jeffrey ketika menyadari kesalahan yang diperbuat keempat orang ini. Belum lagi amukan Rosie yang luar biasa menakutkan ketika telah datang dengan sapu lidinya yang kutukannya luar biasa menyebalkan.

Tapi namanya juga resiko, kalo berani buat salah ya...harus juga berani bertanggung jawabkan?

Jadi, jalan satu-satunya yang bisa keempat orang itu lakukan yaitu menikmati nasihat bertubi Joni dan Jeffrey juga omelan tiada akhir milik Rosie.

———

Bujang lantai tiga kompak mendapat bagian halaman belakang. Wicaksono dan Dery sibuk mengecat batu-batu yang nantinya akan digunakan untuk menghias taman yang dibuat oleh Keanu dan Yusuf.

"Kayaknya gue emang ditakdirin bakal melajang deh sampai tua." ucap Wicaksono dengan nada lemahnya sambil terus mewarnai batu-batu yang ada dihadapannya.

"Kenapa bilang gitu? Lo mati rasa abis di ghosting?" tanya Dery tanpa mengalihkan pandangannya dari batu yang di catnya.

Wicaksono membalikkan batunya lalu kembali bersuara, "Prediksi dari KTP. Katanya status gue belum kawin dan masa berlakunya seumur hidup pula. Gimana coba gue bisa optimis kalo gue ada pasangan di masa depan?"

Dery menarik nafas panjang lalu mengangkat kaleng cat tembok miliknya, "Gue tau lo lagi tekanan batin abis patah hati tapi jangan menguras emosi gue juga dong. Lo mau gue siram cat ini?"

Wicaksono menghentikan aktivitasnya, ia menatap Dery heran.

"Nguras emosi darimananya? Mendinglah gue kuras bak lebih berguna dan dapat pahala juga."

Dery rasanya mau mengusap wajahnya kasar tapi sadar tangannya lagi penuh dengan bekas cat tembok.

"Beri hamba kesabaran, Ya Allah..."

Danish memotong kayu menggunakan gergaji sekalian dia memperatekkan kerajinan baru yang ia lihat di youtube. Rencana dia mau buat taman baca biar para bujang kalo gak ada kerjaan bisa menambah pengetahuan dengan literasi.

Stefan dan Steven sibuk memperbaiki tali jemuran yang terlepas setelah Lukas datang menjemur celana jeansnya kemarin. Didukung dengan teori-teori jenius milik Stefan, mereka berusaha membuat tali jemuran yang kuat menggunakan prinsip fisika milik cowok penggemar buku itu.

"Jemurannya cepat putus karena tekanan terlalu banyak dibebankan kepada jemuran. Seharusnya Kak Lukas gak langsung jemur dengan cara dempet-dempet dan gak lebarin pakaian yang dia jemur." ucap Stefan sambil menarik tali jemuran lalu diputarkan ke tempat penyangga-berniat untuk mengikatnya erat.

"Memangnya kalo dempet-dempet kenapa?" tanya Steven.

"Kalo kayak kemarin, tekanan airnya saling menumpuk sehingga berat jeans semakin bertambah. Kalo dijemurin secara melebar, tekanan airnya bakal menyebar dan memudahkan pakaian juga biar kering," ucap Stefan setelah berhasil mengikat erat talinya, "Selain itu kalo mau pakaian cepat kering, kita juga harus pisahin warna dan bahan kainnya."

"Emang berpengaruh?" tanya Steven lagi dengan tangan yang sibuk melilit tali.

Stefan mengangguk, "Setiap warna pakaian itu punya karakter berbeda dalam menyerap panas. Kalo pakaiannya warnanya cerah maka makin gede peluang cahaya dan panas yang dipantulkan kembali. Nah, beda lagi kalo warnanya gelap maka cahaya dan panas makin banyak diserap sehingga pakaian kita cepat kering."

Steven membuka mulutnya membentuk huruf vokal. Rasanya nggak pernah rugi kalo kita berteman dengan Stefan karena otaknya itu kayak jendela dunia. Ada aja hal yang dia tahu dan cara penjelasannya mudah dipahami untuk otak ukuran ecek-ecek macam Steven.

"Air yang menguap karena sinar matahari merupakan salah satu contoh perpindahan zat cair ke zat gas. Sinar matahari memberikan energi panas sehingga suhu udara meningkat. Meningkatnya suhu udara membuat air bakal menguap lebih cepat dan molekul air bakal cepat pindah ke udara. Makanya kalo menjemur kita dianjurin di area terbuka kayak gini dan itu juga sih perhatiin bahan, warna dan cara menjemurnya,"

Stefan menarik ujung celana yang sekarang dipakainya, "Kalo celana panjang kayak gini gabungkan kedua ujung bawah celana harus disesuaikan dengan kedua jahitan ujung celana bagian dalam terus posisi penjemurannya harus terjungkir sehingga bagian pinggang mengarah ke bawah. Hal ini dilakuin biar airnya cepat jatuh ke bawah sehingga pakaian mudah kering."

"Gak pernah bolos sekolah ya lo?" tanya Steven.

Stefan menatap cowok di hadapannya sejenak lalu tertawa kecil, "Pernah sekali. Gue bolosnya selalu ke perpustakaan. Sepi sih soalnya jadi adem."

Steven mundur perlahan, ia memerhatikan tali jemuran yang telah terpasang dengan erat lalu memandang Stefan selanjutnya.

"Kalo gitu ceritanya mah bolos lo berfaedah, Stef." komentarnya.

Keanu mengatur batu-batu yang telah rampung diselesaikan oleh Dery dan Wicaksono. Disampingnya ada Yusuf yang sibuk menghitung ada berapa banyak peluang batu agar bisa mengisi kekosongan ruang yang dibuat oleh Keanu.

"Ukuran batunya kan beda-beda jadi masing-masing ukuran 10cm harus dibanyakin biar sisi sempit yang bagian sana bisa ke isi." ujar Yusuf sambil menunjuk sisi yang dimaksudnya.

"Ini batunya udah seimbang gak sih pembagiannya?" tanya Keanu sambil menaruh batu yang diambilnya tadi.

"Warna putihkan udah mengisi 20% dari ruang yang ada, terus warna merah juga mengisi 20% dan bentar deh kayaknya Wicak kebanyakan ngecat warna kuning. Ini kayaknya kok kuningnya lebih dari 20% sih?" tanya Yusuf sambil menghitung jumlah batu berwarna kuning, "Wah ini mah lebih 5% dari yang kita hitung tadi."

Keanu mengangguk, ia menoleh kearah Wicak yang ada dibelakangnya.

"Wicak, warna kuningnya kelebihan. Lo lanjut deh warnain warna hijau aja." ucapnya.

Wicak yang sibuk mengecat kini mendongak lalu mengangguk, "Oke."

Danish merenggangkan ototnya yang kaku karena kebanyakan menunduk. Lukas dan Tezar belum balik dari tadi, padahal niatnya izin tadi buat beli paku. Sudah setengah jam tapi dua orang itu belum muncul juga.

"Eh, kok dua orang itu belum balik ya?" tanya Danish.

Dery mengangkat bahunya sebagai respon, "Lagi singgah makan kali? kayak gak tau aja lo dua orang itu gimana. Kalo disuruh A pasti larinya ke B dulu baru ke A."

Danish hanya bisa menghela nafas, susah emang kalo berharap sama dua orang itu.

---

Terima kasih kepada teman-teman yang telah rela menanti. Maaf, saya gak bermaksud ghosting...hanya saja ada beberapa kepentingan mendadak yang terjadi minggu lalu.

Jika ada yang ingin ditanyakan bisa mengisi sc yang tersedia di link bio wattpad saya.

Sampai bertemu di chapter selanjutnya!

Continue lendo

Você também vai gostar

29.2M 1.2M 44
[Story 4] Di penghujung umur kepala tiga dan menjadi satu-satunya orang yang belum nikah di circle sudah tentu jadi beban pikiran. Mau tak mau perjod...
21.2M 1.9M 91
[CHAPTER MASIH LENGKAP, EXTRA CHAPTER TERSEDIA DI KARYAKARSA] Sembari menunggu jadwal wisuda, Sabrina memutuskan menerima tawaran bekerja sementara d...
3.2M 225K 60
Bagaimana rasanya di pepet oleh dosen yang terkenal seantero kampus ini? "Yaudah taun depan aja ya, pak." "SEKARANG ANDIRA!" "Pak, nama saya Anindhi...
18.8M 1.1M 57
PROSES REVISIAN YA! 23/03/20 cover by : canva