Love For Eleanor

By FatimahIdris3

1.1K 807 528

Kutulis kisah ini untuk banyak orang. Untuk mereka yang pernah terluka dan ragu untuk kembali membuka hatinya... More

BAGIAN 1
BAGIAN 2
BAGIAN 3
BAGIAN 4
BAGIAN 5
BAGIAN 6
BAGIAN 7
BAGIAN 9
BAGIAN 10
BAGIAN 11
BAGIAN 12
BAGIAN 13
BAGIAN 14
BAGIAN 15
BAGIAN 16
BAGIAN 17
BAGIAN 18
BAGIAN 19
BAGIAN 20
BAGIAN 21
BAGIAN 22
BAGIAN 23
BAGIAN 24.1
BAGIAN 24.2
BAGIAN 25
BAGIAN 26
BAGIAN 27
BAGIAN 28
BAGIAN 29
BAGIAN 30
BAGIAN 31

BAGIAN 8

64 51 35
By FatimahIdris3

Huyuuuuuuu Author manis balik lagi nie....

Cuma mau ngasih tau aja, kalo author updatenya agak lama soalnya lagi sibuk heheheheheh

Jadi mohon bersabar ya....

Ok.... Kuy langsung dibaca aja.

🌺🌺🌺

         Hari-hari El berjalan seperti biasa. Hanya beberapa hari saja dia bersedih atas perpisahaannya dengan Billy. Hubungannya dengan Ahra dan Fai, kembali seperti sebelumnya.

        Hari ini dia bertemu dengan CEO perusahaan milik keluarga Pradipta. El banyak tau tentang pebisnis-pebisnis dikota ini. Apapun El tau dan tidak perlu diragukan lagi jika wanita itu mengenal beberapa pengusaha terkenal.

        Sambil menunggu Sharga datang, El memainkan ponselnya. Saling mengirim pesan dengan Ahra dan Fai. Sesekali dia melirik kearah Diaz yang duduk diseberangnya. Pria itu memasang wajah datar.

        El mengerutkan keningnya saat mengingat seseorang yang mirip dengan pria didepannya ini saat dibioskop. El terus menatap Diaz. Memperhatikan gerak-gerik pria itu.

"Benar kan, pria ini ciri-cirinya sama seperti pria di bioskop saat itu" Gumam El dalam hati.

          Sementara Diaz yang sadar diperhatikan El, berusaha untuk terlihat biasa saja.

"Ekhem... Sebetar lagi, tuan Pradipta akan datang" Kata Diaz.

        El tersadar saat mendengar suara Diaz. El jadi salah tingkah. Tidak lama tuan Pradipta datang. El sempat terpana melihat ketampanan Sharga. El merutuki dirinya sendiri. Tidak seharusnya dia memikirkan pria lain saat hatinya sudah dimiliki Billy.

         Pertemuanpun berlangsung. El yang memang pada dasarnya cepat akrab dengan banyak orang, cukup santai berbicara dengan Sharga dan Diaz. Walau sesekali El merasa kesal dengan wajah datar Diaz.

        El menghembuskan nafas lega setelah pertemuan dengan Sharga dan Diaz telah selesai. El keluar dari perusahaan milik keluarga Pradipta itu dengan menggerutu. Diaz adalah penyebabnya. Sikap dingin Diaz membuat wanita itu kesal.

"Dasar wajah datar, memangnya dia pikir dia itu tampan apa? Wajah biasa saja dibanggakan" Gerutu El sambil berjalan perlahan menyusuri trotoar.

       Tidak lama ponselnya berdering. Seketika rasa kesal El lenyap. Dengan semangat dia menerima panggilan telepon itu.

"Halo Billy? Bagaimana kabarmu? Kapan kau akan berkunjung kesini?" Tanya El beruntun setelah teleponnya terhubung.

"Sabar... Sabar El, sepertinya kau begitu merindukanku"

         Terdengar suara Billy diseberang sana. Tertawa geli mendengar pertanyaan El.

"Aku memang merindukanmu, memangnya kau tidak merindukanku?" El merengut, meski Billy tidak bisa melihat wajah kesalnya.

"Tentu saja aku merindukanmu, sangaaaaaat merindukanmu" Kata Billy berlebihan.

"Benarkah? Kau tidak berbohong?"

"Tentu saja aku tidak berbohong, mana mungkin aku berbohong pada kekasihku sendiri"

"Dasar tukang rayu"

"Terserah kau saja, oya bagaimana kabarmu?"

"Aku? Tentu saja aku baik, aku bahkan lebih bahagia setelah kau pergi" Jawab El dengan nada yang dibuat seceria mungkin.

         Billy menghela nafas. Walau hanya beberapa bulan menjalin hubungan dengan wanita itu, Billy banyak tau seperti apa El. Apalagi Billy dekat dengan banyak wanita. Jadi dia sedikit tau beberapa karakter wanita meski hanya lewat suara.

"El... Rencananya aku akan mengunjungimu 2 minggu lagi"

"Benarkah? Kau serius?" Tanya El terlampau bahagia. Rasanya dia ingin melompat karna terlalu senang.

"Heum"

"Kebetulan aku tidak terlalu sibuk, jadi daripada tidak melakukan apa-apa, akan lebih baik jika aku menemui kekasihku yang sudah kurindukan"

"Pandai sekali kau merayu, baiklah aku menunggumu"

"Sabar sedikit ya, aku tutup teleponnya"

"Baiklah, sampai bertemu 2 minggu lagi" El urung mematikan ponselnya saat terdengar suara Billy.

"Ada yang lupa"

"Hah? Apa?"

"Mmmmuuuuuuuuuaaaaaaaaaaacchhhh"

      El tersipu mendengar suara kecupan jauh dari sang kekasih. Pipinya terasa panas. Sudah dipastikan kedua pipinya memerah sekarang. Billy memutuskan sambungan teleponnya. El tersenyum sambil memegangi kedua pipinya. Rasa kesalnya pada Diaz berganti rasa bahagia dari Billy. Dengan bersenandung, El melangkah menyusuri jalanan sambil menunggu taksi.

🌺🌺🌺

         Billy menghela nafas setelah memutuskan sambungan teleponnya dengan El. Lalu mengacak-acak rambutnya frustasi. Banyak hal yang dia fikirkan. Tentang ibunya, tentang chitra dan tentunya tentang kekasihnya El.

        Kepulangannya ketempat dia berasal ternyata membawa banyak perubahan pada hidupnya. Ibunya entah dari mana mengetahui hubungannya dengan El. Dengan tiba-tiba ibunya meminta Billy untuk memutuskan hubungannya dengan El.

     Ditengah tegangnya hubungan antara dirinya dan sang ibu, Chitra muncul. Seolah menjadi seorang penyelamat, dia memerankan karakter wanita baik hati didepan ibu Billy. Membuat ibu Billy yang dari awal memang menyukainya makin gencar meminta Billy untuk segera menikahi wanita itu.

"Ma'afkan aku El, aku janji akan melakukan apapun untuk mempertahankan hubungan kita" Gumam Billy.

         Chitra membuka pintu kamar Billy tanpa permisi. Sepertinya wanita ini terlalu berani mengganggu privasinya.

"Bisakah kau mengetuk pintu dulu? Apa kau tidak diajarkan sopan santun?" Billy menaikkan nada suaranya.

        Bukan takut atau merasa bersalah, Chitra dengan seenaknya masuk kedalam kamar Billy. Lalu duduk santai ditempat tidur kekasih El itu.

"Santai saja Bill, tidak perlu berteriak begitu, aku bisa saja melaporkan kelakuanmu itu pada ibumu, dia pasti akan membelaku" Kata Chitra sambil memainkan rambutnya dengan centil.

"Apa maumu??" Tanya Billy geram.

"Mauku?? Hmm.... Sebenarnya tidak terlalu sulit, kau cukup menyetujui permintaan ibumu untuk menikahiku dan tinggalkan wanita yang sama sekali tidak jelas asal-usulnya itu, dengan begitu aku tidak akan mengganggumu" Jawab Chitra.

"Apa kau sedang mengigau? Sampai kapanpun aku tidak akan pernah menikahimu dan jangan pernah berharap aku akan mengakhiri hubunganku dengan El"

"Owh.... Jadi nama wanita itu El"

        Chitra menganggukan kepalanya. Billy menatap tajam kearah Chitra. Seolah berusaha membaca apa yang ada dipikiran wanita itu.

"Jika kau berniat untuk berbuat jahat padanya, aku tidak akan membiarkannya, kau akan langsung berurusan denganku"

"Kita lihat saja, sampai kapan kau akan terus melindunginya, apalagi jika ibumu sendiri yang melakukannya"

        Chitra keluar dari kamar Billy. Pria itu masih mencerna semua perkataan Chitra.

"Billy...!!!! Cepat turun" Suara sang ibu menyadarkan Billy.

"Iya ibu, tunggu sebentar" Sahut Billy sambil melangkah menghampiri sang ibu.

       Billy menatap Chitra yang berdiri tepat disebelah ibunya. Wanita itu mengaitkan tangannya dilengan ibu Billy.

"Ada apa bu?" Tanya Billy.

"Tolong antarkan ibu dan Chitra kepusat perbelanjaan" Jawab sang ibu.

"Astaga ibu, bukankah Chitra membawa mobil? Kenapa harus memintaku untuk mengantarkan?"

"Chitra diantar sopir pribadinya, sudah jangan banyak tanya,cepat ganti pakaianmu dan antar ibu dan Chitra"

"Kenapa dengan baju ini? Bukankah aku hanya menunggu dimobil?"

        Billy terlihat cuek dengan baju yang dipakainya. Kaos berwarna putih polos dan celana pendek dibawah lutut.

"Siapa yang memintamu menunggu dimobil?"

"Lalu?"

"Tentu saja kau ikut masuk kedalam"

"Tapi..."

"Tidak ada tapi-tapi, ayo cepat ganti baju dan celanamu" Perintah sang ibu.

      Jika ibunya sudah memberi perintah, pantang bagi Billy untuk membantah. Dengan berat hati, Billy melangkah memasuki kamarnya untuk mengganti baju dan celananya. Sempat dilihatnya senyum kemenangan tersungging diwajah Chitra.

"Awas saja kau Chitra, aku akan membuatmu menyesal sudah mengganggu hidupku" Geram Billy.

🌺🌺🌺

         El dibuat terkejut hingga dua kali. Pertama El terkejut saat tau bahwa Sharga belum pernah bersentuhan tangan dengan calon istrinya. Lalu yang kedua, dia bahkan baru tau ternyata, calon istri Sharga adalah sahabatnya sendiri, Ahra.

        Malam ini mereka berkumpul disalah satu tempat makan yang sama sekali tidak mencerminkan tempat yang cocok untuk seorang CEO terkenal seperti Sharga. El duduk bersebelahan dengan Diaz. Entahlah sejak kapan, dekat dengan pria itu membuat El sering naik darah.

"Bisakah kau bertukar tempat duduk dengan Fai?" Tanya El.

       Diaz mengernyit sambil melirik pada Sharga dan Ahra yang duduk berdampingan didepannya.

"Apa ada yang salah jika aku duduk disini?" Bukannya menjawab, Diaz balik bertanya.

"Huft... Sudahlah lupakan yang aku ucapkan tadi"

         Pada akhirnya El mengalah setelah Fai sempat memelototinya. El cemberut melihat betapa perhatiannya Sharga pada Ahra. Billy juga perhatian, tapi sayang dia ada ditempat yang jauh.

"Wajahmu tidak perlu dibuat sejelek itu, kau mengganggu penglihatanku" Bisik Diaz tepat ditelinga El.

          El menoleh, menatap kearah pria itu. Tapi Diaz pura-pura bersikap biasa saja.

"Dasar muka datar, kulkas berjalan" Umpat El dalam hati.

"Jangan menatapku begitu, kau tidak akan bisa tidur nanti malam karna terus mengingat wajahku" Kata Diaz tanpa menatap kearah El.

" Ck ck ck.... Percaya diri sekali pria datar ini, memang dia fikir setampan apa dia?" Lagi-lagi kata-kata itu hanya terucap dalam hati El.

"Tidak perlu mengataiku, karna aku bisa tau apa yang kau ucapkan dihati maupun yang kau fikirkan diotakmu itu" Bisik Diaz seolah benar-benar bisa membaca isi hati El.

"El, apa kau baik-baik saja? Kenapa makanannya tidak kau sentuh? Kau tidak suka?" Tanya Ahra yang terlihat khawatir.

"Hehehehehe iya" Jawab El cengengesan.

        Diaz hanya melirik El sekilas. Semua menikmati makanan dengan lahap. El diam-diam tersenyum. Merasakan kehangatan ditengah-tengah orang-orang yang dulunya sama sekali tidak dikenalnya. Tidak pernah terbayang bahwa saat memutuskan untuk hidup mandiri, ternyata El menemukan keluarga baru.

        El menemukan adik-adik yang sudah seperti saudara kandung baginya. Ahra dengan kekanakan dan terkadang menjadi penghiburnya. Fai dengan keibuan dan kebijaksanaannya. Seolah Tuhan sudah mengatur pertemuan ketiganya.

        Sekarang dimeja ini, bertambah lagi orang-orang yang dikenalnya. Sharga yang dulu hanya bisa dilihatnya lewat media sosial dan majalah-majalah bisnis, tidak disangka sebentar lagi akan menjadi suami Ahra. Aro yang dia fikir hanya karyawan biasa di restoran Fai, nyatanya bisa sedekat ini dengannya. Lalu Diaz, walau menyebalkan pria itu cukup sering muncul saat dia sendirian.

         Diaz seolah jadi bumbu tersendiri dalam kisahnya. Berkat Diaz pula, El tidak pernah larut dalam kesedihannya karna menjalin hubungan jarak jauh dengan Billy.

         El mensyukuri itu semua. El berharap semoga suatu saat, akan bertambah orang yang duduk bersama dengannya disini. Orang itu adalah Billy.

🌺🌺🌺

Jangan lupa vote dan komentnya ya....

Makasi❤❤❤❤

Ooooopzzzzzz jangan lupa jaga kesehatan ya.....

     

Continue Reading

You'll Also Like

My sekretaris (21+) By L

General Fiction

1.3M 8.7K 24
Penghibur untuk boss sendiri! _ Sheerin Gabriella Gavin Mahendra
13.8M 1.1M 81
β™  𝘼 π™ˆπ˜Όπ™π™„π˜Ό π™π™Šπ™ˆπ˜Όπ™‰π˜Ύπ™€ β™  "You have two options. 'Be mine', or 'I'll be yours'." Ace Javarius Dieter, bos mafia yang abusive, manipulative, ps...
69.6K 10.5K 35
hanya fiksi! baca aja!
STRANGER By yanjah

General Fiction

648K 72.6K 51
Terendra tak pernah mengira jika diumurnya yang sudah menginjak kepala empat tiba-tiba saja memiliki seorang putra yang datang dari tempat yang tak t...