A Million Path [Taesoo] โœ”๏ธ

By purpleduck97

49.5K 7.7K 611

Aku pikir bercerai berarti segalanya telah berakhir di antara aku dan dia, namun ternyata tidak semudah itu, ... More

1. Prolog "Mistake"
2. Lelah
3. New page
4. Lunch
5. Meet Again
6. Not Fine
7. Still
8. Why
9. Mixed Feeling
10. A Bright day
11. Him
12. Sahabat
13. Maaf
14. Why u come
16. Rindu
17. Ramyeon
18. Try again
19. Little boy
20. Mertua
21. Our path (END)

15. Togetherness

1.9K 344 33
By purpleduck97

Suara pisau yang berpalu dengan talenan menyeruak masuk ke telinga Taeyong. Perlahan-lahan ia membuka mata dan mengedarkan pandangannya. Aroma tumisan bawang putih menggoda penciumannya. Taeyong bangkit perlahan dan merasakan ada yang jatuh dari dahinya, sesuatu yang dingin, nampaknya washlap bekas kompresan. Taeyong kemudian duduk di pinggir tempat tidurnya dan ia tertegun mengingat sesuatu.

Taeyong bangun dan berjalan ke arah dapur, dilihatnya seorang perempuan yang sangat dikenalnya sedang sibuk membuat sesuatu di sana.

"Jisoo?" Panggilnya pelan. Perempuan itu sontak menoleh dan segera menghentikan kegiatannya. Ia berjalan ke arah Taeyong yang berdiri di dekat pintu.

"Kamu udah baikan?" tanya Jisoo, matanya meneliti setiap inci wajah Taeyong yang masih sedikit pucat.

Jisoo kemudian menyentuh dahi Taeyong dengan punggung tangannya. Ia menghela napas lega karena lelaki itu tak lagi sepanas kemarin.

Taeyong masih membeku di tempatnya, mengamati semi-semi rambut Jisoo yang menempel di dahinya karena keringat-keringat tipis.

"Aku masak sesuatu bentar lagi matang." Ucap Jisoo sambil tersenyum tipis.

Taeyong terbengong.

"Taeyong?" Panggil Jisoo menyadari lelaki itu masih mematung selama beberapa detik. Lelaki itu mengerjap.

"I-iya.." Sahutnya pelan.

Jisoo kemudian menuntun Taeyong untuk duduk di kursi meja makan.

"Tunggu bentar ya." Jisoo bergegas kembali melanjutkan masakannya setelah memastikan Taeyong duduk.

Taeyong kemudian melihat sekeliling, ia menyadari rumahnya yang berantakan kini tampak rapi. Taeyong juga menyadari tumpukan cuciannya sudah tergantung rapi di jemuran belakang. Hatinya berdesir.

Beberapa saat kemudian Jisoo mendekat dengan dua mangkuk sup di tangannya. Ia menata makanan di atas meja dan menyiapkan air minum kemudian duduk di hadapan Taeyong.

"Ayo makan." Ajak Jisoo

Ia mendorong mangkuk berisi nasi ke dekat Taeyong. Lelaki itu hanya mengamati gerak-gerik Jisoo.

"Jangan banyak berpikir." Celetuk Jisoo kemudian, sambil menyendok nasi ke mulutnya, "Aku cuma nggak mau kamu mati kelaparan."

Taeyong berdehem, lantas bergerak untuk mulai menyuapkan sesendok nasi ke mulutnya. Hangat. Rasa makanan itu sangat hangat. Nafsu makannya yang sudah hilang sejak beberapa hari terakhir seolah kembali lagi.

Mereka berdua makan dalam suasana hikmad. Tidak ada yg membuka suara, masing masing hanya fokus menikmati makanan. Hal yg biasa terjadi saat mereka masih bersama dulu.

Jisoo tiba-tiba meletakkan garpunya.

"Gimana rasanya?" tanya Jisoo.

Taeyong mendongak, "Enak." jawabnya langsung, karena memang benar rasanya enak menurut Taeyong

"Kamu gimana rasanya?" Tanya Jisoo ulang.

Taeyong mengernyit, kemudian ia paham maksud Jisoo lalu berusaha menarik ujung bibirnya,

"Masih pusing, Jis." Jawabnya dengan suara yang masih agak lemah.

Hati Jisoo tiba-tiba terenyuh. Bukan karena apa, tapi sepertinya ini kali pertama Taeyong mengeluh padanya, walau hanya sekedar mengeluh merasa pusing.

"Selama ini kamu makannya gimana? Ramyeon terus?" Tanya Jisoo lagi.

Samar-samar Taeyong mengangguk, "Aku kan nggak bisa masak." Jawabnya sambil menggaruk tengkuk, "Makanan di luar nggak enak."

"Kerjaan kamu gimana?" Tanya Jisoo lagi.

Taeyong sedikit menghela napas, "Aku sering lembur, aku mau buktiin kalau aku layak jadi manajer." Taeyong tiba-tiba terkekeh sendiri, meski itu terdengar sedikit pahit.

Jisoo mendengarkan Taeyong. Ada sesuatu yang menyentil hatinya.

"Kamu gimana?" kali ini tanya Taeyong balik.

"Aku..." Jisoo memberi jeda pada ucapannya, nampak masih berpikir. "Aku juga nggak tahu."

Taeyong mengerutkan dahinya, menunggu kelanjutan ucapan Jisoo

"Nggak ada yang spesial, Yong." Lanjut Jisoo.

Mereka kemudian saling tatap selama beberapa detik, tenggelam dalam sorot mata masing-masing. Seolah ada kata-kata lain yang ingin diungkap namun masih terkurung begitu dalam di dasar hati.

Hingga suara bel pintu berbunyi dan membuyarkan keheningan di antara mereka.

Taeyong spontan bangun dan berjalan ke arah pintu, mengintip dari lubang di daun pintu untuk melihat siapa yang datang.

"Yuta?"

Jisoo yang masih di tempatnya sontak berdiri.

"Siapa? Yuta?"

Mereka berdua sama-sama membelalak. Seolah paham akan situasi, Jisoo langsung berlari menuju kamar mandi dan bersembunyi di sana. Sementara Taeyong memastikan bahwa Jisoo sudah bersembunyi terlebih dahulu sampai akhirnya ia membukakan pintu untuk Yuta.

"Lama banget bro bukainnya." Protes Yuta begitu pintu terbuka. Ia langsung masuk ke dalam sambil menenteng tasnya.

"Loh, ini kok ada dua mangkuk?" Tanya Yuta ketika ia melihat ada dua mangkuk nasi di atas meja makan saat ia hendak meminta air minum.

"Oh.. I-itu, aku makan dua." Jawab Taeyong asal.

Yuta menatap sangsi ke arahnya, "Nafsu makanmu langsung bagus setelah sembuh ya, langsung makan dua porsi."

Taeyong cuma terkekeh garing, sambil sesekali melirik ke arah kamar mandi, membuatnya tampak semakin mencurigakan di mata Yuta.

Yuya kemudian menyodorkan berkas-berkas yang ia bawa dari hotel ke Taeyong, "Nih, perlu tanda tangan kamu."

Taeyong langsung mengambil berkas itu, ia berjalan ke arah meja kerjanya, mengambil pulpen lalu segera menandatanganinya bahkan tanpa dibaca terlebih dahulu.

"Buru-buru amat, Yong." Komentar Yuta.

Taeyong langsung menyerahkan kembali berkas yang sudah ia tanda tangani pada Yuta.

"Ini Yut. Udah beres." Ucap Taeyong tergesa-gesa, "kamu boleh balik."

Yuta mengerutkan dahi, merasa diusir.

"Aku mau numpang toilet." Ucap Yuta. Taeyong membelalak. Ia spontan mencegat Yuta yang akan berjalan menuju kamar mandi.

"Jangan!" Cegah Taeyong.

"Lah, kenapa? Kebelet nih."

"Closet-nya rusak."

"Trus gimana dong?"

"Ya sana buruan balik biar bisa pipis." Usir Taeyong. Yuta semakin merasa sangsi.

Yuta tiba-tiba berlari menuju kamar mandi dan mencoba membuka pintunya.

Jisoo yang berada di dalam sontak panik ketika pintu kamar mandi dipaksa dibuka, namun untungnya dia sudah mengunci dari dalam.

Yuta mengerutkan dahi ketika pintu kamar mandi tidak bisa dia buka. Taeyong kembali beralasan,

"Pintunya rusak."

Yuta melongo.

"Tadi katanya closetnya yang rusak, sekarang pintunya rusak juga?"

"I-iyaa makanya aku bilang jangan pipis di sini."

"Terus kemarin kamu mandinya gimana?"

"Pintunya baru rusak tadi."

"Hah?"

"Yut kepalaku pusing, kamu mending balik aja sana."

"Trus ini pintunya gimana? Nggak dibenerin?"

"Iyaa nanti aku telpon jasa service pintu."

"Yang bener aja sih yong masa rusak."

Iyaa beneran.. Udah sana balik."

Taeyong bersusah payah menggiring Yuta keluar hingga ia akhirnya berhasil membuat lelaki itu pergi dari sana.

Taeyong menutup pintu apartemennya lantas menghela napas berat. Ia kemudian berjalan ke arah kamar mandi dan mengetuk pintunya.

"Jis, Yuta udah pulang." Panggil Taeyong. Beberapa saat kemudian Jisoo membuka pintu dan keluar dari kamar mandi. Wajahnya tampak berkeringat. Mereka sama-sama menghela napas.

"Sorry Jis, aku nggak tau Yuta bakal dateng."

"Nggak apa-apa." Jawab Jisoo sambil mengusap keringat di pelipisnya.

Mereka kemudian tertawa canggung, menertawai kekonyolan mereka tadi.

"Ayo lanjut makan."

.

.

Taeyong memperhatikan Jisoo yang sedang berkemas untuk pulang. Matahari sudah tinggi dan Jisoo sudah berada di sini sejak semalam, ia harus segera pergi ke restoran.

"Jis, aku anter ya." Taeyong menghampiri Jisoo sambil memakai jaketnya.

Jisoo berdecak, "Nggak perlu, kamu istirahat aja."

Jisoo menyelempangkan tasnya lalu bergegas pergi namun Taeyong langsung mencegat tangannya,

"Makasi udah dateng ke sini." Ucapnya lembut.

Jisoo tersenyum tipis lalu mengangguk.

Taeyong masih belum melepaskan tangannya membuat Jisoo merasa kikuk.

Bukannya dilepas, Taeyong justru menarik tangan Jisoo keluar. Sembari meneteng kunci mobilnya, Taeyong membawa Jisoo krluar apartemen ke halaman parkir. Jisoo terkesiap.

"Aku bisa pulang sendiri kok, Yong." Ucap Jisoo ketika mereka telah sampai di depan mobil Taeyong yang terparkir

"Aku udah baikan." Jawab Taeyong.

"Ayo naik. Aku anter pulang." Lelaki itu menginstruksikan Jisoo untuk segera naik ke dalam mobilnya.

Mau tidak mau Jisoo pun mengikuti Taeyong masuk ke dalam mobil.

Sial, ia deg-degan lagi.

Entah kenapa kebersamaan mereka terasa lebih bermakna dari semestinya.

.

.

Tbc

Thanks for reading ^^

Continue Reading

You'll Also Like

325K 4.5K 10
"Because man and desire can't be separated." ๐Ÿ”žMature content, harap bijak. Buku ini berisi banyak cerita. Setiap ceritanya terdiri dari 2-4 bab. Hap...
6.3M 324K 74
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
4.8M 177K 39
Akibat perjodohan gila yang sudah direncakan oleh kedua orang tua, membuat dean dan alea terjerat status menjadi pasangan suami dan istri. Bisa menik...
1M 48.3K 38
Kalluna Ciara Hermawan memutuskan untuk pulang ke kampung Ibu nya dan meninggalkan hiruk pikuk gemerlap kota metropolitan yang sudah berteman dengan...