Park Jaehyung : Not Mine? (Ja...

By asyhwi13

12.9K 1.7K 70

Bagaimana jika pernikahan yang diimpikan selama ini malah berakhir kacau dan tak memiliki arah akan kemana ru... More

Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38 (END)
Bonus Chapter

Chapter 10

384 49 3
By asyhwi13

Happy reading gais...


***


Setelah kejadian ciuman tersebut dilakukan, disinilah Divanka berakhir, diatas kasur milik Jae tanpa mengenakan sehelai kain pun di tubuhnya. Ia menenggelamkan wajahnya didalam selimut saking malunya mengingat betapa indahnya malam pertama yang ia lakukan dengan Jae sejak menikah beberapa bulan lalu, rasa nyeri dibagian paha dalamnya begitu terasa bahkan ia bisa menebak jika ia akan sulit berjalan.

Divanka benar-benar tak percaya jika Jae akan melakukan hal itu, ia mengira itu hanya omong kosong semata. Akibat kejadian itu ia pun dapat melihat sisi lain Jae, perlakuan Jae begitu lembut padanya bahkan diatas kasur pun dia masih sempat memikirkan apa Divanka merasakan sakit atau tidak. Suami idaman bukan?

Disaat Divanka sibuk dengan lamunannya, ia pun dikagetkan oleh tangan yang melingkar di pinggangnya yang pelakunya tak lain dan tak bukan adalah Jae yang ada dibelakangnya. Ia menelan salivanya susah-susah saat merasakan tangan Jae mengelus perut datar Divanka, ternyata sosok Jae Park senakal ini.


“Masih mau?” tanya Divanka.

“Emang boleh?” balas Jae.


Divanka berdecih sebal lalu berbalik menghadap Jae, yang ternyata jarak Jae sangat dekat dengannya sehingga ia hampir menabrak wajah Jae. Dan ketika ia melihat bagaimana penampilan Jae dalam keadaan sadar dari nafsunya tadi, penampilan Jae benar-benar berantakan, bahkan rambut hitamnya acak-acakan akibat dijambak oleh Divanka sendiri.


“Ternyata ini kelakuan asli lo.” ucap Divanka.

“Semua laki-laki kalau dikasih makanan enggak bakal nolak, Van. Makanya kamu harus jaga diri baik-baik, aku enggak mau kalau ada yang sentuh kamu selain aku lagi.” balas Jae.


Suara kekehan dari Divanka pun terdengar lalu dia membalas pelukan Jae, lalu menaruh kepalanya di dada Jae yang tak dilapisi pakaian. Keduanya benar-benar tak menggunakan pakaian, karena mereka baru saja selesai dengan kegiatan panasnya.


“Selangkangan gue masih sakit.” ucap Divanka.

“Entar udah enggak sakit pasti, kamu kek enggak pernah aja,” ejek Jae.


Dengan otomatis Divanka mencubit perut milik Jae, sehingga sang korban berjerit kesakitan. Mata sinis Divanka pun terlihat kembali setelah kejadian manis berlangsung, Jae menampilkan cengengesannya yang membuat Divanka kesal dibuatnya.


“Iya, maaf. By the way, terima kasih, ya.” ucap Jae.

“For what?” tanya Divanka.

“Everything. Aku enggak pernah nyangka kalau kamu percaya sama aku dan kita berakhir seperti sekarang, thank’s, Van.” ungkap Jae.


Divanka menghembuskan nafasnya dengan kasar lalu bangkit dari posisi tidurnya, sehingga membuat selimut yang menutupi tubuhnya jatuh begitu saja karena dia ingin ke kamar mandi membasuh tubuhnya yang terasa lengket.


“Maaf karena gue baru kasih itu sama lo.” ucap Divanka.

“Gapapa, semua butuh waktu. Apalagi kita dijodohin, pasti susah buat kamu terima ini semua.” balas Jae.


Menanggapi ucapan Jae, Divanka mengangguk setuju lalu ia mengikat rambut panjangnya menggunakan karet seadanya, setelah selesai dengan kegiatannya, ia berbalik menatap Jae yang terus memeluk pinggang Divanka erat.


“Masih pagi banget kita ngelakuin itu, lo enggak ke kantor?” tanya Divanka.

“Enggak, aku awalnya mau jemput kamu. Tapi enggak pernah nyangka bakal berakhir diatas kasur sama kamu.” jawab Jae.

“Udah sih, enggak usah diulang-ulang!” omel Divanka.


Jae mengerucutkan bibirnya dan hendak melepaskan pelukannya, membiarkan Divanka ke kamar mandi untuk membasuh tubuhnya sendiri. Selepas Divanka ke kamar mandi, Jae menenggelamkan dirinya kembali kedalam selimut, tubuhnya lumayan lelah padahal ia melakukan kegiatan itu dengan Divanka hanya satu jam.

Dibalik selimut yang menutupinya, Jae tersenyum sendiri dan membayangkan betapa bahagianya ia karena telah mengecap Divanka sebagai hak miliknya. Terlebih lagi melihat bagaimana reaksi Divanka, itu membuat Jae jauh lebih bahagia, seakan-akan Divanka memberikan akses yang lebih memudahkannya agar nyaman melakukannya.


DRRRTTT DRRRTTT


Saat pikiran Jae masih melayang kearah kegiatan panas itu, semuanya langsung buyar saat merasakan getaran ponselnya. Ia pun menyingkap selimutnya dan mengangkat panggilan dari Sungjin, sudah bisa Jae pastikan jika Sungjin akan mengomelinya karena tak masuk kantor hari ini. Sekretaris rasa atasan, ya, hanya Sungjin orangnya.


“Halo? Lo dimana anjir? Kok enggak masuk?” Sambutan itu yang pertama Jae dapatkan disaat ia mengangkat panggilan dari bawahannya itu, yaitu sang Sekretaris, Sungjin. Ia pun bangkit dari posisi tidurnya, agar lebih nyaman bertelfon ria.

“Gue enggak masuk hari ini.” ucap Jae.

“Kenapa? Lo sakit? Lebay!” ejek Sungjin.


Jae memutar malas kedua bola matanya dan hampir saja mengumpati sosok Park Sungjin ini, mana mungkin ia ke kantor dalam keadaan tubuh capek seperti sekarang? Bisa-bisa kerjaan di kantor hanya akan berantakan karena Jae lebih memilih tidur di sofa daripada duduk berkutit dihadapan komputer.


“Banyak tanya lo.” balas Jae.

“Ck, gue kesana atau enggak perlu?” tawar Sungjin.

“Enggak perlu.” ucap Jae.

“Lah, jadi yang urusin lo disana siapa? ‘Kan kata lo Divanka enggak di apart, tapi walaupun dia disana enggak berpengaruh apa-apa sih ke lo.” ucap Sungjin.


Jika Sungjin ada dihadapan Jae, sudah ia pastikan bahwa pria bermarga Park ini akan habis ia hantam menggunakan tas dan berakhir meminta pertolongan orang-orang karena telah dianiaya oleh bos-nya sendiri.


“Gue kesana siang aja, bye!” tutup Jae.


Sambungan telfon langsung dimatikan secara sepihak oleh Jae, karena jika ia meladeni ucapan konyol Sungjin bisa-bisa menghabiskan waktu satu jam kedepan. Lebih baik Jae menghemat waktunya dan juga menghemat paket menelfon Sungjin tentunya.

Tak butuh waktu yang lama, akhirnya Divanka keluar dari kamar mandi dengan tubuh yang dililit handuk diatas lutut. Dia pun mengeringkan rambutnya menggunakan hair dryer milik Jae, tidak mungkin dia ke kamarnya lagi hanya untuk mengambil benda tersebut.


“Kenapa lihatian gue?” tanya Divanka saat dirasakan tatapan Jae semakin membuatnya risih.

“Bisa enggak kamu tidur disini aja?” pinta Jae.


Pergerakan tangan Divanka langsung terhenti dan berbalik menatap Jae, seharusnya ia tak perlu kaget saat Jae meminta hal tersebut. Karena suami-isrti pada umumnya harus tidur sekamar bahkan seranjang, bukan hanya seatap.


“Barang-barang gue banyak, enggak mau kalau disimpan disini.” ucap Divanka.

“Ya udah, kamu aja yang disini, barang-barang kamu simpan disebelah.” usul Jae.



SKAKMAT


Divanka menelan salivanya secara susah-susah lalu tertawa ringan, entah ia harus menjawab apa selain mengiyakannya. Bodoh sekali menolak hal tersebut dengan alasan seperti tadi, mana mungkin Jae akan melepaskannya ‘kan?


TING


Suara ponsel yang berdenting mampu menyelamatkan Divanka dari suasana tegang ini, ia pun kembali mengeringkan rambutnya sedangkan Jae sibuk membuka pesan yang masuk kedalam ponselnya sendiri.

Saat Divanka memperhatikan ekspresi Jae, sepertinya dia mendapatkan pesan yang membuatnya sedikit terkejut. Bahkan sepandai-pandainya Jae menyembunyikan ekspresi kagetnya, tapi bisa terbaca di mata Divanka.


“Siapa?” tanya Divanka.

“Naura.” jawab Jae.


BRAK


Spontan Divanka menyimpan hair dryer diatas meja rias dengan cara kasar sehingga meja tersebut bergetar, ia berdiri dari duduknya lalu berkacak pinggang kearah Jae. Tangan kirinya ia arahkan pada Jae, meminta ponsel tersebut dan ia akan membacanya. Bukan hal yang salah ‘kan jika istri ingin melihat isi chat milik suami sendiri?

Karena Jae masih ingin merasakan bernafas di bumi, ia pun memberikan ponselnya pada Divanka meskipun wanita itu tersulut emosi. Daripada emosinya semakin meledak, lebih baik ia mencegahnya.


Naura
Mlam ini kamu ada waktu ga jae? Kita makan malam bareng yuk

Jae
Ok, send alamat.


“Ini hp kamu, aku harus cari baju yang cocok buat nanti malam. Yang cocok buat adu jambak tepatnya.” gumam Divanka, yang masih dapat didengar oleh Jae.

Divanka menyerahkan kembali ponsel tersebut kepada sang pemilik, dan Jae membaca balasan yang ternyata diterima oleh Divanka. “Kok kamu terima?” tanya Jae.

“Sekali-kali gue mau ketemu sama dia, sekalian kasih peringatan. Enggak usah kecentilan sama suami orang!” tegas Divanka.


***


Bersambung...

Gaje? Maafkan diriku gais, gak ada ide huhu..

Maaf jika ada salah kata atau cerita tydak menarik

Jadilah pembaca yang menghargai penulis dengan cara Vote+Komentarnya ditunggu

Terima kasih dan sampai jumpa 🙏❤️❤️


Continue Reading

You'll Also Like

1M 84.6K 29
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
338K 60K 45
📌 OUT NOW @universe_publisher (shopee) Jadi Arindia nggak selalu seindah pandangan orang-orang. Kemana pun dia pergi, kelima masnya akan selalu ngin...
937 66 1
[Marriage life] [Romance] [Light angst] [kinda 18+] ; Mungkin bagi sebagian orang menikah dengan orang yg kita cinta akan hidup bahagia. Namun tidak...
356K 31.8K 50
Memiliki rasa cinta sepihak selama satu tahun membuat Noah dihadapkan pada dua pilihan; menyerah atau bertahan. Dan ketika dia memilih untuk bertaha...