If You Know When [TELAH DITER...

Von ItsmeIndriya_

1M 120K 15.4K

Trilogi IYKW Series Sekian lama menghilang, akhirnya Vanilla kembali dengan harapan baru untuk akhir kisah pe... Mehr

Prolog
Satu
Dua
Tiga
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh
Sebelas
Dua Belas
Tiga Belas
PENGUMUMAN
Empat Belas
Lima Belas
Enam Belas
Tujuh Belas
Delapan Belas
Sembilan Belas
Dua Puluh
Dua Puluh Satu
Dua Puluh Dua
Dua Puluh Tiga
Dua Puluh Empat
Dua Puluh Lima
Dua Puluh Enam
Dua Puluh Tujuh
Dua Puluh Delapan
Dua Puluh Sembilan
Tiga Puluh
Tiga Puluh Satu
Tiga Puluh Dua
Tiga Puluh Tiga
Tiga Puluh Empat
Tiga Puluh Lima
Tiga Puluh Enam
Tiga Puluh Tujuh
Tiga Puluh Delapan
Tiga Puluh Sembilan
Empat Puluh
Empat Puluh Satu
Empat Puluh Dua
Empat Puluh Tiga
Empat Puluh Empat
Empat Puluh Lima
Empat Puluh Enam
Empat Puluh Tujuh
Empat Puluh Delapan
Empat Puluh Sembilan
Lima Puluh
Lima Puluh Satu
Lima Puluh Dua
Lima Puluh Tiga
Lima Puluh Empat
Lima Puluh Lima
Lima Puluh Enam
Lima Puluh Tujuh
VOTE COVER!!!
Lima Puluh Sembilan
Enam Puluh
Enam Puluh Satu
Enam Puluh Dua
Enam Puluh Tiga
Enam Puluh Empat
Enam Puluh Lima
TERIMA KASIH
PRE-ORDER IYKWHEN
LDR SERIES 1 || OBSESI ELANG
DIARY VANILLA

Lima Puluh Delapan

7.2K 866 46
Von ItsmeIndriya_

*Part 58 & 59 aku republish karena ternyata isinya ketukar dan aku baru sadar, hehe.

Vanilla sedang sibuk membantu kliennya yang sedang fitting gaun pengantin di butik miliknya. Sudah berulang kali Vanilla ingatkan untuk menjaga pola makan agar berat badan tidak bertambah, namun kliennya itu tidak mengindahkan perkataan Vanilla. Alhasil, gaun tersebut tidak muat. Vanilla mendengus, kepalanya berdenyut sakit. Rasanya Vanilla ingin mengamuk, namun ia harus memasang senyum palsu di hadapan kliennya.

Ditambah dengan kesalahan salah satu stafnya yang membuat gaun tersebut tidak sesuai dengan keinginan kliennya. Otomatis Vanilla harus mengubahnya dalam waktu sesingkat mungkin, mengingat gaun tersebut akan di gunakan dalam beberapa hari kedepan.

Ketika Vanilla sedang dipusingkan dengan pekerjaannya, Vanilla di kejutkan oleh sosok Sandra yang tiba-tiba masuk ke ruang fitting dengan napas ngos-ngosan. Perut Sandra yang terlihat membuat Vanilla memasang tampang ngeri, takut jika temannya itu terpeleset atau bahkan tersandung kakinya sendiri.

"Vanilla..." ucap Sandra hampir kehabisan napas.

Vanilla langsung memberi kode pada asistennya agar mengambil alih pekerjaan Vanilla. Lalu membawa Sandra ke ruangannya. Ia memberi sebotol air mineral pada Sandra yang langsung habis dalam hitungan detik.

"Lo ngapain sih buru-buru gitu?" tanya Vanilla heran.

Sandra langsung memasang tampang memelas dihadapan Vanilla. "Vino udah dua hari di Bali, dan gak pulang-pulang," ujar Sandra.

"Terus hubungannya sama gue apa, San?"

"Gue kangen," rengeknya.

Rahang Vanilla terbuka setengah dengan mimiknya yang geli mendengarkan ucapan Sandra. Tidak pernah Vanilla lihat Sandra memasang tampang seperti barusan. "Temenin gue ke Bali, Vanilla!" ucap Sandra lagi.

"Sorry, kerjaan gue banyak, San." Vanilla duduk sembari memperhatikan buku sketsa dan juga tablet dihadapannya.

"Lo gak kasihan sama gue, Nil?"

"Gak."

"Gue lagi hamil, loh."

Vanilla mendengus. "Sandra, gue gak bisa ninggalin kerjaan gue gitu aja. Gue punya banyak deadline yang harus selesai dalam beberapa hari ke depan." Vanilla berbicara sehalus mungkin agar Sandra memahami situasinya.

"Kan ada asisten lo." Vanilla tetap menolak.

Sandra akui kali ini ia agak sulit membujuk Vanilla, namun ia harus tetap merengek hingga temannya itu setuju dengan ajakannya.

"Kalau gue gak berbadan dua juga gue gak akan mau ngerengek ke lo, Nil. Please, mau ya..."

Tanpa berkata apa-apa, Vanilla menggelengkan kepala. Ia tidak mau konsentrasinya hancur karena mendengar rengekan Sandra.

"Kalau gue pergi sendiri terus terjadi apa-apa sama gue, gimana?"

"Yaudah kalau gitu lo gak usah pergi. Diam aja dirumah, kan lagi hamil."

Mendengar jawaban Vanilla, Sandra langsung mengerang frustasi sembari mengacak-acak rambutnya. Ia menarik napas dan meniup rambut yang menutupi wajahnya, lalu berdiri dan berjalan mendekati Vanilla. "Jadi, lo gak mau?" tanya Sandra di balas gumaman oleh Vanilla. "Yaudah, kalau gitu gue bakal nekat pergi sendiri."

Sandra mengambil tasnya dan keluar dari ruangan Vanilla dengan sengaja membanting pintunya. Vanilla terkejut ketika mendengar suara bantingan tersebut dan mendengus entah untuk ke berapa kalinya. Tiba-tiba ia langsung teringat dengan hal-hal yang pernah di lakukan oleh Sandra selama mereka tinggal bersama. Tak peduli bagaimana pun keadaannya, jika Sandra sudah mengatakan bahwa ia nekat pergi, maka Sandra akan melakukannya.

"Haish!" erang Vanilla tak bisa berkonstrasi lagi.

Vanilla berdiri dari kursi yang ia duduki dan segera keluar menyusul Sandra, sebelum temannya itu pergi. Sesampainya di luar, ia masih melihat mobil Sandra terparkir di depan butik. Vanilla menatap ke sekelilingnya, namun tak menemukan sosok Sandra. Ia pun mendongak ke atas dan memutuskan untuk mengecek apakah Sandra ada di cafe atas butiknya atau tidak.

Benar. Sandra duduk di salah satu kursi dengan segelas minuman dan sepotong cheescake yang tersaji diatas meja. Vanilla pun melangkah menghampiri Sandra yang langsung tersenyum lebar saat Vanilla duduk berhadapan dengannya.

Vanilla kembali menghela napas. "Fine, gue bakal temanin lo dan setelah itu langsung balik ke Jakarta," ucapnya menyeruput minuman Sandra.

"Gak gitu konsepnya Vanilla!"

"Ya terus lo mau gue jadi orang ketiga diantara lo sama Vino gitu?" ucapnya sensi.

Sandra malah menganggukkan kepala. "Vino pasti bakal sibuk sama kerjaannya dan gue gak punya teman. Kalau sama lo kan, gue jadi bisa jalan-jalan, gak mati bosan karena nungguin Vino. Lagian lo juga pasti butuh hiburan, Nil."

"Terserah lo deh, San."

Sandra kembali tersenyum lebar. "Besok siang kita berangkat ya? Gak lama kok disana, paling dua tiga hari doang."

Vanilla tidak menjawab, ia memutar bola matanya dan memutuskan untuk menghabiskan cake milik Sandra untuk meluapkan kekesalannya hari ini.

***

Pukul empat sore, Vanilla dan Sandra sudah tiba di Bandara Ngurah Rai Bali. Mereka langsung dijemput oleh supir utusan Vino yang akan mengantar mereka menuju villa yang berada di daerah Jimbaran. Selama perjalanan, selama itu pula Sandra tak henti-hentinya mengoceh tentang agenda yang akan mereka lakukan nanti.

Sekitar dua puluh menit kemudian, mereka telah sampai di villa yang akan jadi tempat mereka menginap. Sandra langsung menarik Vanilla untuk masuk, sementara barang-barangnya akan di bawa oleh petugas villa. Ketika masuk ke dalam kamar, Vanilla langsung disuguhkan pemandangan yang begitu memanjakan mata.

"Tuh gak nyesal kan lo ikut gue," ucap Sandra yang melihat ekspresi kagum Vanilla.

Sandra melirik jam di pergelangan tangannya yang menunjukkan hampir pukul lima sore. "Nil, ke pantai yuk," ajak Sandra. Vanilla hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban dan mengikuti Sandra keluar dari dalam kamar. Sepertinya Vanilla tidak akan menyesal dengan keputusannya menemai Sandra.

"Ah, sejuknya...." ucap Sandra merentangkan tangan, merasakan semilir angin yang menerpa wajahnya.

Vanilla hanya diam. Ia melangkah sembari memperhatikan kakinya diatas pasir. Sesekali ia memainkan kerang-kerang yang berada disekitar kakinya dan merasakan deburan ombak yang menghempas pesisir pantai.

"Nil..." panggil Sandra mengalihkan perhatian Vanilla. "Lo lagi ada masalah ya?" tanya Sandra.

"Enggak."

"Jangan bohong. Lo kangen kan sama Dava?"

Vanilla kembali terdiam. Setelah perkelahiannya beberapa waktu lalu, Vanilla kembali tidak berhubungan dengan Dava dan ia tidak tahu bagaimana kabar laki-laki itu. Vanilla mengelak bahwa ia merindukan Dava.

"Andai kisah gue semulus kisah lo dan Vino," ucapnya tersenyum tipis.

"Kalau lo memang lagi ada masalah sama Dava, jangan menghindar. Lebih baik kalian omongin baik-baik dan cari jalan keluarnya."

Vanilla kembali tersenyum mendengar nasehat yang diberikan Sandra.

Sandra menarik napas dalam-dalam. "Sebenarnya orang tua gue juga gak setuju sama hubungan gue dan Vino," ucap Sandra kembali membuat Vanilla menatapnya. "Tapi Vino berhasil meyakinkan orang tua dengan mengatakan bahwa gue akan bahagia bila hidup bersama dia."

"Tapi gue gak senormal lo, San."

"Plis deh, jangan ngomong begitu. Semua orang itu gak bisa disama ratakan, mereka punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Lo merasa seperti itu karena lo cuma memikirkan kekurangan yang lo punya, tanpa sadar bahwa lo memiliki kelebihan yang gak di miliki orang lain. Nil, jangan jadikan kekurangan lo sebagai penghalang kebahagian lo sendiri. Anggap aja kekurangan itu anugrah dari Tuhan yang menandakan bahwa lo itu spesial, lo istimewah."

Vanilla nyaris menangis mendengar ucapan Sandra. Ia tidak tahu harus menjawab seperti apa, jadi ia hanya mengembang senyum dengan ucapan terima kasih yang tersirat di sorot mata Vanilla.

"Tuh, lo lihat." Sandra mengarahkan pandangannya lurus ke depan. Otomatis Vanilla mengikuti arah pandangan Sandra. "Dava sama tersiksanya seperti lo."

Di kejauhan sana, Vanilla melihat empat orang pria yang sedang bersama. Tiga diantara mereka sibuk kejar-kejaran seperti anak kecil sembari bermain air, sementara yang satu lagi hanya duduk diam menatap langit yang berwarna oranye.

Vanilla langsung menatap Sandra dan detik itu juga menggelengkan kepala tak percaya. "Rencana lo atau rencana Dava?" tanya Vanilla. Sandra hanya mengangkat kedua bahunya. Ia berjalan mendahului Vanilla yang masih tidak percaya dengan apa yang di lakukan oleh temannya itu.

***

"Hai..." sapa Vanilla mengambil tempat di sebelah Dava yang sedang duduk menyendiri di pinggir kolam. Dava menoleh dan melempar senyum pada Vanilla yang langsung dibalas dengan senyum tipis pula.

"Lo tahu kalau gue bakal ikut Sandra ke sini?" tanya Vanilla.

Dava menganggukkan kepala. Awalnya Dava ragu jika Sandra berhasil membujuk Vanilla. Namun ketika melihat langsung Sandra dan Vanilla tadi sore, Dava langsung percaya jika Sandra memang pandai merayu seseorang.

"Maaf atas sikap gue belakangan ini," ucap Vanilla.

Dava menoleh, menatap Vanilla yang sedang memainkan kakinya di dalam air. "Sejak dulu, lo selalu mencoba menyembunyikan perasaan lo yang sebenarnya. Karena lo gak mau orang-orang mengasihani lo. Bodohnya, gue percaya gitu aja sama apa yang gue lihat."

"Sudah jadi masa lalu, Dav. Gak perlu di sesali lagi."

"Vanilla Arneysa Putri Bharmantyo, satu-satunya orang yang berhasil menjungkir balikkan dunia gue dalam sekejap." Dava kembali menatap Vanilla, "lo mau tunggu gue sebentar lagi?" tanya nya penuh harap.

"Gue gak mau kehilangan lo, dan gue gak mau menyesal lebih lama lagi."

Vanilla menarik tangan Dava dan menautkan jari-jemarinya diantara jari jemari Dava yang terlihat lebih besar. Ia mendongak menatap Dava sembari tersenyum hangat. "Hal yang sama juga berlaku untuk lo. Lo mau tunggu gue sampai gue membaik?" Vanilla memberikan pertanyaan yang sama.

"Seharusnya gue gak membiarkan lo berjuang sendirian. Gue juga harus meyakinkan orang tua lo bahwa gue adalah wanita yang pantas untuk menjadi pendamping hidup lo suatu nanti."

"Nah, gitu dong. Kenapa gak dari kemarin-kemarin coba bilangnya? Pakai acara menghindar segala, kan gue jadi kangen terus tiap hari. Gue gak fokus kerja karena di pikiran gue cuma ada lo."

"Dav, plis deh jangan kebanyak bergaul sama Elang. Geli tahu dengarnya."

Dava meledakkan tawanya, Vanilla pun ikut tertawa. Mungkin ini yang dinamakan, setiap kejadian pasti ada hikmahnya. Dengan apa yang terjadi sebelumnya, bisa dijadikan pelajaran untuk lebih baik dan lebih bijak kedepannya.

"Woy, duo kasmaran!"

Teriakan itu mengalihkan pandangan Vanilla dan Dava. "Ayo buruan! Katanya mau makan malam bareng."

Dava terlebih dahulu berdiri lalu mengulurkan tangannya pada Vanilla untuk membantu wanita itu berdiri. Vanilla mengulas senyum dan berjalan beriringan dengan Dava yang tidak melepaskan genggaman tangannya.

Genggaman tangan itu terasa hangat. Membuatnya merasa bahagia meski hanya sesaat. Bagaimana pun juga Vanilla sudah bertekat, ia akan mengejar cintanya. Sesulit apapun rintangan yang akan ia hadapi, Vanilla akan berusaha sebisa mungkin. Sudah cukup ia kehilangan masa lalunya. Ia tidak mau ikut kehilangan masa depannya.

***

AYO BANG DAPA GAS TERUS SAMPAI READERS PADA BAPER!!!!


Rabu, 24 Februari 2021

Weiterlesen

Das wird dir gefallen

6.2M 266K 58
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
My Nerd Girl Von 🍒

Jugendliteratur

70.5K 3.6K 11
"Hating, cursing, bullying... But loving you" Story by devaokta (Indonesian Language) [Start : 04 Oktober 2020] [End : ]
ALZELVIN Von Diazepam

Jugendliteratur

4.6M 270K 32
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
383 148 5
kamu amerta dalam aksara ku. start : des 27, 2023