Love For Eleanor

By FatimahIdris3

1.1K 807 528

Kutulis kisah ini untuk banyak orang. Untuk mereka yang pernah terluka dan ragu untuk kembali membuka hatinya... More

BAGIAN 1
BAGIAN 2
BAGIAN 3
BAGIAN 4
BAGIAN 6
BAGIAN 7
BAGIAN 8
BAGIAN 9
BAGIAN 10
BAGIAN 11
BAGIAN 12
BAGIAN 13
BAGIAN 14
BAGIAN 15
BAGIAN 16
BAGIAN 17
BAGIAN 18
BAGIAN 19
BAGIAN 20
BAGIAN 21
BAGIAN 22
BAGIAN 23
BAGIAN 24.1
BAGIAN 24.2
BAGIAN 25
BAGIAN 26
BAGIAN 27
BAGIAN 28
BAGIAN 29
BAGIAN 30
BAGIAN 31

BAGIAN 5

79 60 47
By FatimahIdris3

Selamat membaca ya....

Ma'af kalo masih banyak kekurangan.

🌺🌺🌺

          Malam minggu, malam yang sudah ditunggu oleh El. Malam ini dia akan bertemu dengan Billy. Bolehkah El menyebutnya sebagai first date. Ini memang bukan yang pertama kalinya bagi El.

        Dulu semasa sekolah, El beberapa kali menjalin hubungan dengan pria. Walaupun tidak ada yang bertahan lama, tapi cukup memberi banyak pengalaman dan kenangan. Terakhir dia menjalin hubungan dengan pemilik sebuah kafe.

          Tidak ada yang istimewa. El merasa sedikit tertekan karna keposesifan sang kekasih. Akhirnya El memilih mengakhirinya saja. Itu sudah sekitar 1 tahun yang lalu.

           El menatap pantulan dirinya dicermin. Horizontal striped t-shirt menjadi pilihan El dengan skinny jeans berwarna hitam. Memang simple karna El bukan tipe wanita yang terlalu feminim tapi bukan juga tomboy. Dia perpaduan antara sifat Ahra yang feminim dan sifat Fai yang tomboy. Tapi jika dipikir-pikir, ketiganya memiliki selera fashion yang sama.

"Ck ck ck... Aku tau, aku memang terlahir cantik" Kata El bermonolog sendiri.

           El membuka pesan yang dikirim oleh Billy.

"Aku sudah sampai dibioskop, kau dimana?"(Billy)

"Aku masih dijalan, tunggu sebentar lagi ya"(Eleanor)

"Baiklah"(Billy)

            Dasar wanita, dimanapun sama saja. Katanya dijalan, nyatanya masih dirumah. Sentuhan terakhir, El membubuhkan lips tint berwarna pink pada bibirnya. Membuat wajahnya tidak terlalu pucat.

"Baiklah, ayo pergi" El melangkahkan kakinya keluar apartement untuk menemui Billy.

🌺🌺🌺

       El tengah fokus pada layar besar didepannya. Disampingnya ada Billy yang diam-diam mencuri pandang kearahnya. Sudah beberapa menit yang lalu keduanya berada diantara beberapa penonton yang tengah menikmati film yang sedang diputar.

Flasback on :

"Ma'af aku terlambat" Kata El saat tiba didepan Billy.

         Billy terpana melihat penampilan El. Tidak seperti kebanyakan wanita yang pernah diajaknya menonton, El sangat berbeda. El tidak berpenampilan berlebihan. Sangat sederhana dan Billy suka itu.

"Billy, apa kau baik-baik saja?" El melambaikan tangannya didepan Billy.

"Aaah ya, aku tidak apa-apa" Billy mengusap belakang lehernya salah tingkah.

"Apa yang akan kita tonton malam ini?" Tanya El sambil memperhatikan beberapa poster yang terpampang didinding bioskop.

"Kau suka film bergenre apa?" Bukannya menjawab, Billy malah balik bertanya.

"Apa saja, aku suka" Jawab El.

"Bagaimana jika Classic again? Sepertinya itu menarik" Usul Billy.

"Wow, kau suka cerita tentang cinta segitiga ya, boleh juga" Kata El.

"Baiklah, aku akan membeli tiketnya, kau tunggu saja disini" Kata Billy.

"Baiklah" El duduk disebuah kursi panjang.

        Billy dengan semangat membeli tiket dan beberapa cemilan untuknya dan El. Selama mengantri saat membeli tiket, pandangan Billy tidak pernah lepas dari El. Billy jadi semakin yakin jika dia memiliki perasaan khusus untuk wanita itu.

        Sementara El, bukannya tidak sadar jika sejak dia datang Billy terus memerhatikannya. Namun El berusaha bersikap biasa saja.

       Setelah beberapa menit, mereka akhirnya mendapatkan tiketnya.

Flashback Off.

🌺🌺🌺

         Diaz benci saat malam minggu tiba. Sebagai seorang pria yang tidak memiliki pasangan, malam minggu memang malam yang menyedihkan. Apalagi, Sharga satu-satunya sahabat serta saudaranya itu sedang berusaha menakhlukkan hati wanita yang disukainya.

         Alhasil, Diaz kesepian. Pria itu akhirnya memutuskan untuk pergi menonton dibioskop. Awalnya dia ingin mengajak Sikha, si sekretaris Sharga. Tapi mengingat banyak wartawan yang akan mengincarnya, jadi dia mengurungkan niatnya itu.

         Walau hanya orang kepercayaan Sharga, kehidupan Diaz juga menjadi incaran para pencari berita. Alasannya tentu karna Diaz memiliki peran khusus dalam hidup seorang CEO terkenal pemilik perusahaan keluarga Pradipta. Diaz juga memiliki setengah dari kekayaan keluarga Pradipta.

          Sebagai anak angkat dari paman dan bibi Sharga yang sudah meninggal, tentu banyak orang yang memandang remeh dirinya. Tapi tidak sedikit yang senang dengan keberadaannya disamping Sharga.

          Kesetiaan Diaz jangan diragukan lagi. Bahkan dia terkenal dengan sebutan pria berkepribadian ganda. Itu karna dia akan ramah dan konyol didepan orang-orang terdekat dan mengenalnya. Tapi dia akan bersikap dingin pada orang-orang yang tidak dikenalnya. Apalagi pada orang yang menurutnya bisa membahayakan Sharga.

          Dengan kaos polos putih, cardigan rajut, celana jeans dan sneakers, tidak lupa topi dan masker Diaz melangkah keluar dari kamarnya. Seperti rencananya, dia akan menonton malam ini.

"Selamat malam, Mila" Sapa Diaz saat berpapasan dengan salah satu pelayan dirumah besar itu.

"Selamat malam, tuan Diaz, apa anda akan pergi?" Tanya Mila saat melihat penampilan Diaz.

"Heum, tolong katakan pada Sharga jika dia sudah pulang ya, aku pergi dulu" Diaz melangkah tanpa menunggu jawaban dari Mila.

"Hati-hati, tuan" Teriak Mila mengingatkan.

         Diaz mengendarai motor berharga 515 juta miliknya dengan kecepatan normal. Menikmati jalanan yang ramai jika malam minggu tiba. Diaz jarang menggunakan motornya ini.

       Sehari-hari, Diaz menggunakan mobil. Hanya saat-saat tertentu saja dia menggunakan motor yang dibelinya beberapa tahun lalu itu.

       Sekitar 30 menit, Diaz sampai dibioskop. Setelah memarkirkan motornya, Diaz melangkah memasuki bioskop. Diaz mengedarkan pandangannya menatap sekitar. Hingga matanya menangkap sosok wanita yang tidak asing baginya tengah duduk disalah satu kursi panjang.

"Sedang apa wanita aneh itu disini?" Tanya Diaz bermonolog sendiri.

        Seorang pria menghampiri wanita yang tidak lain adalah El. Melihat itu, Diaz seolah mendapat jawaban atas pertanyaannya tadi. Ini malam minggu sudah pasti wanita itu berkencan dengan kekasihnya.

        Diaz tidak bisa melihat dengan jelas wajah pria yang bersama El itu karna pria itu membelakanginya. Sebenarnya Diaz tidak begitu peduli. Tapi entah dorongan dari mana dia malah penasaran seperti apa wanita itu jika bersama kekasihnya.

        Saat melihat El dan pria yang Diaz simpulkan sebagai kekasihnya itu, masuk kesalah satu ruangan bioskop, Diaz segera memesan tiket yang sama.

       Disinilah sekarang pria itu. Menatap layar besar didepannya tanpa minat. Film yang diputar didepan sana tidak menarik sama sekali dimatanya. Tentu saja karna itu bukan film kesukaannya.

        Diaz menatap kearah depan. Tepat dua kursi dideretan depan. El dan pria yang Diaz fikir pacarnya tengah asik menikmati film.

"Apa yang membuat pria itu menyukai wanita aneh seperti dia?" Gumam Diaz bermonolog sendiri.

      Diaz mengarahkan matanya kesekeliling bioskop. Semua yang ada diruangan itu datang berpasangan. Sementara Diaz hanya satu-satunya yang datang sendiri.

"Astaga, sepertinya aku salah masuk bioskop, dasar bodoh, untuk apa juga aku mengikuti wanita aneh itu"

       Diaz merutuki kebodohannya. Lalu kembali dia menatap kearah El dan Billy. Otak jahilnya mulai bekerja. Diaz mengambil satu popcorn, lalu melemparnya kearah El. Tepat mengenai pundak El. Selanjutnya dia pura-pura tidak melakukan apa-apa. Diaz pura-pura fokus pada film didepannya.

        Sementara El yang merasa ada seseorang yang melempar sesuatu padanya menolehkan kepalanya kebelakang. Mencari siapa yang dengan jahilnya melempar popcorn. Karna penerangan yang tidak begitu cukup, El susah mengenali satu persatu orang didalam bioskop itu. El kembali menatap kedepan.

"Ada apa?" Bisik Billy.

"Tidak apa-apa, aku hanya merasa ada yang melempar sesuatu tadi" Jawab El.

"Mungkin hanya pikiranmu saja"

"Iya, mungkin" El tidak lagi memperdulikan hal itu.

        Diaz yang melihat kebingungan El merasa puas. Dia menahan tawanya agar tidak pecah dan berakhir diusir dari ruangan itu. Lagi, Diaz melempar popcorn kearah El. Kali ini El tidak menoleh. Diaz mencoba sekali lagi. El masih belum merespon.

           Hingga lemparan ketiga, baru El merespon. El langsung menoleh yang membuat Diaz langsung menunduk. Pura-pura memperbaiki sepatunya. El menyipitkan matanya. Berusaha menemukan seseorang yang sudah jahil padanya.

          Gotcha, El menemukannya. Disana dideretan belakang ada seseorang yang mencurigakan. Walau orang itu menundukkan kepalanya, El yakin tidak salah. Dari posturnya jika El bisa menebak, itu orang kepercayaan tuan Pradipta.

        El menggelengkan kepalanya. Jika dipikir lagi itu tidak mungkin. Untuk apa orang sedingin Diaz berada di tempat semacam ini. El kembali memfokuskan dirinya kedepan.

"Ada yang melempar popcorn lagi?" Tanya Billy menyadarkan El dari pikirannya.

"Heum" Jawab El singkat sambil menganggukkan kepalanya.

"Aku akan meminta satpam untuk mencari siapa orang yang menjahilimu" Billy akan berdiri dari duduknya, namun El menahannya.

"Tidak perlu, Billy. Aku tidak apa-apa" Kata El sambil tersenyum.

"Tapi..."

"Sudah tidak apa-apa"

"Baiklah" Billy kembali duduk dengan tenang.

🌺🌺🌺

           Film yang ditonton El dan Billy.    berakhir 2 jam 5 menit. Sekarang keduanya sudah keluar dari bioskop. El memicingkan mata saat pria yang sempat dicurigainya ikut keluar dari bioskop yang sama dengannya.

"Ada apa El?" Tanya Billy sambil mengikuti arah El memandang.

"Tidak ada apa-apa, heheheeh" Jawab El sambil tersenyum.

"Oya, bagaimana jika kita makan malam lebih dulu? Setelah ini aku akan mengantarmu pulang" Usul Billy.

"Baiklah, bolehkah aku ketoilet sebentar?"

"Silahkan, aku akan menunggu disini"

"Tunggu sebentar ya"

        El melangkah kearah toilet. Tapi sesampainya didepan pintu toilet, El malah berbelok. Mengejar pria yang sedang berjalan menuju tempat parkir motor.

        Sayangnya El terlambat. Pria itu sudah melajukan motornya meninggalkan bioskop.

"Sial, hampir saja aku tau siapa orang itu. Aku yakin pasti pria itu orang kepercayaan CEO" Gerutu El.

"Tapi untuk apa juga dia ditempat ini dan menjahiliku? Seperti tidak ada pekerjaan lain saja. Aaaaah sudahlah" El berbalik masuk kedalam bioskop dan menemui Billy.

       Sementara beberapa meter dari bioskop, Diaz yang mengendarai motornya dengan sedikit lebih cepat, perlahan memelankan laju motornya. Diaz hampir saja tertangkap basah oleh El.

"Hampir saja dia melihatku" Gumam Diaz dibalik helm fullface yang dipakainya.

          Diaz melajukan motornya menuju arah pulang. Cukup untuk malam ini. Dia memang harusnya tidur saja dirumah. Malam minggu memang tidak cocok untuknya.

🌺🌺🌺

       "Whoaaaaaaaaaaam, berhentilah  berjalan kesana kemari Ahra, aku pusing melihatmu seperti itu" Kata Fai yang memperhatikan Ahra terus berjalan mondar-mandir didepan pintu.

       Beberapa kali dia mengintip  lewat jendela. Bukan tanpa alasan Ahra bersikap seperti itu. Pasalnya, sampai detik ini El tidak juga ada tanda-tanda akan datang. El memang sudah mengirimkan pesan, tapi tetap saja Ahra khawatir.

       Sebelumnya, El tidak pernah pulang larut malam. Ini sudah hampir jam 11 malam tapi El sama sekali tidak ada kabar. Beberapa kali Ahra mengirim pesan tapi tidak ada balasan. Meneleponnya juga tidak ada jawaban.

        Kalaupun El pulang keapartementnya, pastilah wanita itu memberi kabar. Seperti biasa yang dia lakukan. Entah kenapa malam ini El sama sekali tidak ada kabar.

"El sebenarnya kemana? Kenapa sama sekali tidak ada kabar darinya? Bagaimana jika terjadi sesuatu padanya?" Tanya Ahra dengan wajah khawatirnya yang tidak bisa disembunyikan.

"Husttt! Jangan mengatakan hal yang aneh-aneh, mungkin saja El sedang bertemu kliennya, jadi dia sengaja tidak menjawab telepon ataupun membalas pesanmu" Jawab Fai tampak tenang.

"Tapi El tidak pernah seperti ini sebelumnya, dia selalu memberi kabar, bahkan saat bertemu klien sekalipun, dia akan membalas pesanku"

"Sudahlah Ahra, ayo tidur aku sudah mengantuk, El bukan anak kecil lagi, nanti dia juga akan pulang atau langsung ke apartementnya"

         Fai melangkah masuk kedalam kamar. Tanpa sepengetahuan Ahra, Fai mengecek ponselnya. Melihat pesan yang juga dikirimnya pada El beberapa menit lalu. Belum ada tanda dibaca.

"Awas saja kau besok" Gumam Fai sambil meletakkan ponselnya disamping bantal.

"Ahra!!!! Ayo tidur, besok kau harus mengajar, jangan sampai terlambat bangun" Kata Fai mengingatkan Ahra yang masih enggan beranjak dari ruang tamu.

           Ahra menyusul Fai masuk kedalam kamar. Merebahkan tubuhnya disebelah Fai.

"Aku harap El baik-baik saja" Gumam Ahra lalu memejamkan mata.

           Tidak butuh waktu lama untuk Ahra masuk kedalam alam mimpi. Fai menggelengkan kepalanya tidak habis pikir saat terdengar suara mendengkur Ahra.

"Ck ck ck, aku yang mengantuk, tapi dia yang lebih dulu tidur" Kata Fai bermonolog sendiri.

          Akhirnya wanita itu ikut memejamkan matanya. Menyusul Ahra kealam mimpi.

🌺🌺🌺

        El turun dari motor matic milik Billy. Menyerahkan helm yang tadi dipakainya. El menatap kearah tempat kost Fai dan Ahra. Sudah dipastikan semua lampu didalam sudah dimatikan. Tentu saja, ini sudah jam 11.30. Sudah pasti Ahra dan Fai tidur.

"Ma'af ya membuatmu pulang larut malam" Kata Billy yang berhasil mengembalikan fokus El.

"Ya tidak apa-apa, aku juga lupa waktu, hmm... Terima kasih sudah mengantarku"

"Sama-sama"

          Beberapa saat tidak ada yang bicara. Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing.

"El..."

"Bill..."

         Keduanya berucap bersamaan. Membuat mereka sama-sama salah tingkah. El tersipu malu sambil menundukkan kepalanya. Billy berulang kali mengusap leher belakangnya.

"Kau duluan saja" Kata Billy mempersilahkan El untuk bicara lebih dulu.

"Hmm.... Aku hanya ingin mengucapkan hati-hati dijalan, kalau kau?"

"Owh... Aku, sepertinya aku tertarik padamu"

"Hah?"

"Aku tidak tau perasaan ini, hanya saja setiap bersamamu aku merasa nyaman. Kau berbeda dari banyak wanita yang kutemui. Aku tidak bisa mengatakan bahwa perasaan ini cinta, tapi jujur aku ingin kita menjalani hubungan yang lebih dari sekedar teman, bisakah?"

            El melongo. Tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Billy menyatakan perasaannya. Seorang pria yang baru 2 hari di temuinya itu mengatakan menyukainya. Bolehkah El menertawakan keadaannya sekarang.

            Jika kedua sahabatnya itu ada disini. Sudah dipastikan keduanya memasang wajah malas. Ahra mungkin masih bisa sedikit terharu dan mengatakan hal yang dilakukan Billy adalah hal yang romantis. Tapi tidak dengan Fai.

           Wanita itu akan terang-terangan menunjukkan wajah tidak sukanya. Fai tidak suka dengan hal-hal yang dianggapnya terlalu kekanakkan. Dia seperti alergi dengan hal-hal berbau romantis.

"El..."

         Suara Billy menyadarkan El dari lamunannya.

"Ah, ya?"

"Jadi... Bagaimana? Maukah kau menjalani hubungan lebih dari sekedar teman denganku?" Tanya Billy mengulang pertanyaannya tadi.

"Hmm..." El terlihat bingung ingin menjawab apa. Ada ragu didalam hatinya.

"Tidak masalah jika kau tidak bersedia, itu hak mu. Aku akan menerimanya dengan lapang dada"

"Apa jika aku bersedia, itu tandanya kita berstatus sebagai pasangan? Boleh aku menyebutmu kekasihku?"

        El merutuki kebodohannya. Dia seperti seorang remaja belasan tahun sekarang. Untuk apa juga dia mengajukan pertanyaan bodoh seperti itu. Bukankah sudah jelas jika Billy hanya memintanya untuk menganggap pria itu lebih dari teman bukan memintanya jadi kekasih pria itu.

"Iya, kita akan menjalani hubungan ini sebagai sepasang kekasih, kau kekasihku dan aku kekasihmu, bagaimana?"

"Hmm... Iya aku bersedia" Jawab El sambil menundukkan kembali kepalanya.

         Wajah El memerah karna malu. Sementara tanpa El sadari, Billy turun dari motornya. Memeluk El sebagai bentuk rasa bahagianya. El awalnya terkejut mendapat pelukan tiba-tiba dari Billy. Namun akhirnya dia membalas pelukan pria itu.

          Billy melepaskan pelukannya. Menatap kearah El sambil tersenyum.

"Terima kasih sudah bersedia, mulai hari ini status kita bukan lagi teman, kita sepasang kekasih, kau ingat"

         El menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Kembali Billy mendekap tubuh El yang terasa pas dalam pelukannya. Malam ini menjadi malam yang sangat indah bagi keduanya.

          Walau sederhana, keduanya yakin bisa menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih dengan bahagia. Terkadang tidak butuh waktu lama untuk tau bagaimana perasaan kita pada seseorang.

         Jika sudah sama-sama merasa nyaman, kenapa harus menunggu lama. Tidak ada salahnya menjalani hubungan dengan seseorang yang baru dikenal. Bukankah cinta akan tumbuh dengan sendirinya jika memiliki frekuensi yang sama.

🌺🌺🌺

Yeeeeeeeeey El udah nggak jomblo lagi nie, udah punya pasangan.

Hiks.... Hiks author doang yang kagak punya pasangan alias jomblo.

Tapi gpp, author kan punya kalian semua hehehheheheeheh.

Tunggu kelanjutan cerita El dan Billy ya.

Jangan lupa vote dan komentnya ya.....

Terima kasih

Sayang kalian banyak-banyak.

😘😘😘



Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 56.7K 43
[KAWASAN BUCIN TINGKAT TINGGI 🚫] "Lo cuma milik gue." Reagan Kanziro Adler seorang ketua dari komplotan geng besar yang menjunjung tinggi kekuasaan...
15.7M 990K 35
- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru ju...
6.6M 496K 57
Menceritakan tentang gadis SMA yang dijodohkan dengan CEO muda, dia adalah Queenza Xiarra Narvadez dan Erlan Davilan Lergan. Bagaimana jadinya jika...