Tortuous

By ambivalent46

8.6K 791 85

"Kita cuma temen kok, Vi. Ga usah lah pake acara cemburu gitu." "Kita juga awalnya temen, Mir. Sampai akhirny... More

Arc 1 - Dunia Serasa Milik Berdua -
Arc 2 - Siapa Dia? -
Arc 3 - Berlebihan(?) -
Arc 5 - Satu Hari Sebelumnya -
Arc 6 - Hari Bersamanya -
Arc 7 - Masih -
Arc 8 - Harus Nikmati Momen Ini -
Arc 9 - Tak Cukup Tangguh -
Arc 10 - Sadis -
Arc 11 - Komitmen -

Arc 4 - Egois-

598 69 2
By ambivalent46

Entah apa yang merasuki benak Vivi saat ini. Pasalnya Vivi baru saja mengantar Mira ke rumah Ara. Padahal semalam ia sangat menolak ketika Mira meminta izin untuk ke rumah sahabatnya itu. Vivi tatap punggung pacarnya itu yang perlahan menghilang di pagar hitam nan tinggi. Vivi mendengus kesal, ia kalah lagi hari ini. Kalah melawan egonya sendiri, egonya yang selalu ingin melihat Mira bahagia walau ia yang tersakiti. Padahal orang bilang cinta itu buta, tapi entah kenapa bagi Vivi cinta malah membuatnya bodoh.

Sudah hampir setengah jam berlalu ketika Mira dan Ara memulai latihannya. Namun tidak seperti biasanya, Ara terlihat tak bergitu bersemangat latihan. Beberapa kali Mira mengomelinya, namun tetap saja Ara mengulangi kesalahan yang sama.

"Lo kenapa sih, Ra? Serius dong?!" bentak Mira ketika Ara melakukan kesalahan untuk yang kesekian kalinya.

"Ma-maaf kak," ucapnya pelan.

Mira menghela nafas kasar, mencoba meredamkan amarahnya, "yaudah kita ulang lagi dari awal."

Mira sudah kembali bersiap di posisinya, bahkan musik sudah diputar ulang. Namun, Ara masih bergeming. Ia hanya diam ditempatnya dan sama sekali tak menggubris apa yang Mira katakan tadi.

"Ra!" panggil Mira, tapi lagi-lagi si pemilik nama tampak diam sambil menunduk.

"Ara!" kali ini suara Mira terdengar lebih keras, wajahnya pun cukup serius.

"Ma-maaf ka," Ara pun berjalan pelan menuju ke arah Mira.

"Buru, kita mulai lagi dari awal," baru saja Mira hendak menyetel ulang musiknya, Ara menahan tangan  Mira.

"kak, boleh ga kita udahan aja latihannya?" pinta Ara yang terlihat ketakutan.

"Ga usah ngadi-ngadi deh, Ra. Kan lo sendiri yang kemarin minta latihan. Sekarang baru setengah jam udah minta udahan," ucap Mira kesal.

"I-iya sih kak. Cuma aku tetiba aja ga mood,"

"Kenapa emangnya?"

"Semalem aku abis berantem sama Fiony,"

"Astaga, Ra. Jadi cuma gegara itu lo ga mood latihan?"

Ara pun mengangguk. Mira benar-benar kecewa melihat adik kelasnya ini. Ia mengusap wajahnya kasar.

"Ra, denger ya. Gue nolak ajakan Vivi buat jalan hari ini cuma karena gue ga enak udah ngeiyain buat latihan sama lo. Tapi nyatanya lo sendiri latihannya kayak gini. Sumpah, Ra gue kecewa ama lo,"

"Sumpah kak, maaf banget. Tapi serius gue ga mood hari ini,"

"Ya kalo gitu kenapa lo ga ngabarin aja tadi sebelum gue nyampe? Kalo gini caranya gue jadi ngerasa sia-sia,"

"Soalnya gue mau cerita kak sama lo, lo mau kan dengerin gue curhat?"

"Sorry, Ra. Buat kali ini ngga dulu deh. Asal lo tau aja, gegara ini gue jadi berantem ama Vivi. Jadi kalo udah gada urusan apa-apa lagi, gue mending balik,"

Mira pun memutuskan untuk pulang. Ara memang sempat menahannya, tapi Mira tetap pada pendiriannya. Bisa dibilang, baru kali ini Mira semarah ini pada Ara. Hanya karena ingin menepati janji pada Ara, Mira dan Vivi jadi bertengkar. Tapi si pembuat janji malah mengehentikan acara latihan dengan seenaknya, wajar Mira amat marah. 

Mira berjalan dari rumah Ara menuju halte yang letaknya sekitar 300 meter dari rumah Ara. Selama perjalanan, Mira menjadi sedikit berpikir tentang hubungannya dengan Vivi akhir-akhir ini. Entah kenapa rasa marah pada Ara sedikit membukakan matanya bahwa selama ini Mira memang tak berlaku adil pada Vivi. Padahal Vivi adalah kekasihnya, wajar jika dia 'sedikit' meminta perhatian lebih. 

Kadang Mira juga berpikir, sifat ambisiusnya ini lah yang membuat ia buta terhadap keadaan sekeliling. Terlalu fokus pada tujuan yang ingin ia raih, sehingga terkadang mengorbankan hal-hal penting di sekitarnya. Oleh karena itu, kini Mira memutuskan untuk pergi ke rumah Vivi. Meminta maaf sudah ia niatkan kala menekan tombol order pada aplikasi ojek online.

Vivi sendiri yang memang tak ada kegiatan itu kini tengah sibuk memandikan mobilnya. Vivi sebenarnya bukan tipikal gadis yang rajin, hanya saja ia butuh pelampiasan untuk mengalihkan pikirannya akan Mira. Jujur, ia masih marah dan kecewa dengan pacarnya itu. Harus sampai kapan ia terus menjadi nomer dua, begitulah yang ada di benaknya.

"Vi.." suara lirih terdengar di telinga Vivi.

Memecah proyeksi pada otaknya yang tengah memutar kejadian semalam. Vivi berbalik, melihat Mira yant berdiri disana sambil tertunduk. Tentu saja Vivi heran, kenapa ada Mira disini. Padahal mesin mobilnya saja masih terasa hangat sehabis mengantarnya tadi.

"Mira?" ucapnya.

Vivi lantas mematikan keran air, menaruh lap dan selang yang sedari tadi ia pegang. Berjalan menghampirinya. Vivi memang lemah kalau harus berurusan dengan Mira. Semarah atau sekesal apapun padanya, jika Mira bersedih di depannya, Vivi bisa apa?

"Kamu kok ada disin...ni?" omongan Vivi terbata, Mira terlalu cepat memeluknya.

"Maafin aku. Aku egois banget sama kamu. Aku salah sama kamu. Aku bukan pacar yang baik buat kamu. Maaf," memang Mira tak menangis, tapi suaranya terdengar bergetar.

Vivi tersenyum, ia balas pelukan kekasihnya itu.

"Harusnya aku marah sama kamu, tapi aku sayang sama kamu. Aku terlalu cinta sama kamu, aku maafin kamu, Mir,"

Keduanya berpelukan dalam beberapa saat, hingga akhirnya, "Vi.."

"Hmm?"

"Laper.."

Vivi melepaskan pelukannya, tertawa sambil melihat Mira yang menunduk. Pipinya memerah dan bibirnya ia manyunkan, Vivi tangkup kedua pipi Mira. Memaksanya agar kedua mata mereka bertemu.

cup

Satu kecupan singkat mendarat tepat di bibir tebal Mira.

Vivi tersenyum melihat Mira yang tampaknya masih terkejut dengan adegan barusan.

"Kamu mau aku masakin atau mesen?" tanya Vivi.

"Emang kamu bisa masak?"

"Tergantung kamu mau makan apa? Mie? Telor ceplok? Telor dadar? Atau..." tiba-tiba Vivi menghentikan ucapannya.

"Atau apa?"

Bibir Vivi mendekat ke telinga Mira, "..atau mau makan aku?" ucap Vivi seduktif.

Muka merah Mira yang baru saja mereda itu lantas kembali memerah. Vivi yang sadar akan kena amuk kekasihnya itu lantas berlari masuk ke dalam rumah.

"VIVI ih!!!" sesuai dugaan Mira  berteriak dan mulai berlari mengejarnya.

*

Ayam dan kentang goreng yang berasal dari brand ternama akhirnya menjadi pilihan Vivi dan Mira untuk makan siang kali ini. Diiringi dengan tawa lepas, mereka berdua terlihat bahagia sekali. Rasanya sudah lama mereka tak berbagi cerita yang menghadirkan canda tawa, karena 

kesibukan dan permasalahan yang ada di hubungan mereka akhir-akhir ini.

"Tar sore mau jalan gak?" Tanya Vivi saat sudah berhasil menelan kentang gorengnya. Mira mengangguk dengan antusias dengan pipi yang penuh dengan makanan, membuat Vivi gemas 

sekali dan berakhir dengan mengacak poni Mira. 

"Pacar aku yang gemes ini mau kemana?"

Sebelum menjawab Mira mengambil gelas yang berisi minuman terlebih dahulu dan meneguknya beberapa kali. "Aku mau ke taman deket komplek rumah aja, karena banyak 

jajanan disana." Jawabnya sambil terkekeh.

Vivi yang melihat itu semakin gemas dibuatnya. "Iya, kemana pun pacar aku mau pergi, kita bakal kesana." Ujarnya sambil mengacak kembali rambut Mira dan mengecup pelan puncak kepala gadis penyuka games itu.

"Yey, makasih Badrun. My best best best girlfriend!" Balas Mira yang kemudian langsung memeluk pacarnya itu dengan erat. "Aku sayang kamu banyak-banyak."

Vivi terkekeh sambil mengeratkan pelukannya. "Aku lebih sayang sama kamu banyak-banyak."

***

Disinilah mereka berdua sekarang berada, taman dekat komplek rumahnya Mira, sekalian 

mengantar gadis itu pulang. "Mau beli jajan apa?" tanya Vivi tepat ketika mereka baru sampai di taman.

Mira tampak berpikir sebentar kemudian menjawab, "keliling dulu aja deh, belum kepikiran sekarang karena rasanya aku pengen semua," jawabnya sambil terkekeh dan dibalas dengan tawa Vivi.

"Dasar, Amirudin."

Dan setelah itu, keduanya sibuk berjalan mengitari taman yang sore ini terlihat cukup ramai sambil sesekali berhenti untuk membeli jajan yang Mira inginkan. Ketika mereka akhirnya memutuskan untuk duduk sambil memakan jajanan mereka, tiba-tiba ada tangan yang memeluk Mira erat sekali dari arah belakang, membuat keduanya tersentak kaget.

Saat mereka berbalik badan untuk melihat siapa yang dengan lancang memeluk Mira erat dan keduanya tersentak kaget saat tau jika Ara lah yang melakukan itu. Apalagi gadis berdarah Sunda itu sambil menangis tersedu yang mau tak mau membuat Mira mengiba.

"Lo kenapa Ara?" Tanya Mira lembut sambil melepaskan pelukan yang sayangnya malah semakin dieratkan oleh Ara.

Gadis itu menggelengkan kepalanya. "Maafin gue Kak, gue gak mau lo marah sama gue, maafin gue." Ucapnya sambil terus menangis membuat Mira mengelus tangan Ara yang ada di lehernya.

"Iya-iya gue maafin, udah ih jangan nangis, malu diliatin orang-orang." Ucap Mira sambil melepaskan pelukannya.

Ara memberengutkan wajahnya, kemudian berdiri dihadapan Mira. "Beneran udah maafin gue?" tanyanya yang dibalas anggukan oleh Mira. 

"Yaudah kalo gitu ayo kita latihan lagi." Lanjutnya sambil menarik tangan Mira.

Mira yang ditarik bergitu langsung tersentak. "Eh, besok aja deh, pulang sekolah. Udah sore juga, Ra." Jawabnya sambil melihat jam di pergelangan tangannya.

Ara kembali memajukan bibirnya. "Katanya udah maafin tapi diajakin latihan gak mau, bilang aja kalo lo masih marah sama gue kan, kak?" Setelah mengucapkan itu bibirnya kembali bergetar, tanda ingin menangis lagi.

"Ra, lo ga liat gue lagi sama Vivi. Ga lucu ah, ga usah nangis gitu. Pokoknya kita latihannya besok," ucap Mira.

Namun Ara masih tak mau melepaskan tangannya dari kakaknya kelasnya. Bahkan terlihat jelas kini Ara sedikit menarik tangan Mira.

"Ra, lepasin, sakit tau ga?!" omel Mira yang mulai merasa tak nyaman dengan perlakuan Ara.

"Lo denger kan pacar gue bilang apa? Lepasin," tiba-tiba Vivi yang merasa risih dengan keegoisan Ara pun akhirnya ikut berbicara.

Tangan Vivi kini memegang tangan Ara sambil menatapnya tajam.

Tapi Ara masih keukeuh dengan sikapnya, ia masih enggan melepaskan tangan Mira. Seakan mengabaikan Vivi, Ara memasang wajah memelasnya pada Mira. Mira dan Vivi pun bertukar pandang, terlihat mata Mira penuh dengan kebingungan. Sementara mata Vivi sudah penuh dengan amarah.

"Kak, ayoo.." lagi-lagi Ara menyeret Mira.

Vivi yang sudah naik pitam pun akhirnya melayangkan bogem mentahnya tepat ke arah hidung Ara, seketika Ara jatuh tersungkur.

"Astaga, Vivi! Kamu apa-apaan sih?!" Mira mendorong Vivi menjauh, lalu menghampiri Ara yang jatuh itu.

Darah segar keluar dari hidung Ara, "Ra, idung kamu berdarah." Mira yang panik pun segera mengeluarkan tisu dari tasnya, ia sumbat hidung Ara.

"Ka Mira sakiit.." ringis Ara kesakitan.

Mira melirik ke arah Vivi, "Vi, kamu bisa ga sih ga usah kasar."

Dari balik tubuh Mira, Ara tersenyum licik. Vivi seakan ditantang Vivi ingin sekali melayangkan bogemnya sekali lagi. Untung Mira sempat menahannya.

"Mir, minggir. Dia tuh cuma manfaatin kamu, dia cuma mau ngerebut kamu dari aku!" ucap Vivi.

"Vi! Ga usah macem-macem deh, dia cuma ajak aku latihan,"

"Kamu dah nolak, dan dia tetep maksa. Dia juga tau kalo kamu lagi sama aku, apalagi coba kalo bukan mau ngancurin hubungan kita!"

"Vi gausah ngaco, pokoknya aku ga suka kamu kasar," ancam Mira.

Mira kemudian berbalik dan membantu Ara berdiri, "lo gapapa kan, Ra?"

Ara menggeleng, "sakit kak."

"Yaudah gue anter lo balik," ajak Mira yang diangguki oleh Ara.

"Vi apa-apaan sih?" ucap Mira yang ternyata Vivi menahannya.

"Kamu pergi sama aku, pulang juga sama aku," ucapnya tegas sambil menatap Mira dalam.

"Ga. Mending kamu pikir dulu apa yang udah kamu lakuin hari ini. Ayo, Ra," ajak Mira pada Ara.

Lagi-lagi sebelum berlalu, Ara sempat menunjukkan senyuman kemenangannya pada Vivi. Bagi Vivi ini artinya adalah seruan perang terhadapnya.

===

Ambivalent46 x rentsaa

Continue Reading

You'll Also Like

1M 39.6K 92
๐—Ÿ๐—ผ๐˜ƒ๐—ถ๐—ป๐—ด ๐—ต๐—ฒ๐—ฟ ๐˜„๐—ฎ๐˜€ ๐—น๐—ถ๐—ธ๐—ฒ ๐—ฝ๐—น๐—ฎ๐˜†๐—ถ๐—ป๐—ด ๐˜„๐—ถ๐˜๐—ต ๐—ณ๐—ถ๐—ฟ๐—ฒ, ๐—น๐˜‚๐—ฐ๐—ธ๐—ถ๐—น๐˜† ๐—ณ๐—ผ๐—ฟ ๐—ต๐—ฒ๐—ฟ, ๐—”๐—ป๐˜๐—ฎ๐—ฟ๐—ฒ๐˜€ ๐—น๐—ผ๐˜ƒ๐—ฒ ๐—ฝ๐—น๐—ฎ๐˜†๐—ถ๐—ป๐—ด ๐˜„๐—ถ๐˜๐—ต ๏ฟฝ...
511K 14.6K 107
"aren't we just terrified?" 9-1-1 and criminal minds crossover 9-1-1 season 2- criminal minds season 4- evan buckley x fem!oc
658K 24.1K 99
The story is about the little girl who has 7 older brothers, honestly, 7 overprotective brothers!! It's a series by the way!!! ๐Ÿ˜‚๐Ÿ’œ my first fanfic...
182K 6.5K 93
Ahsoka Velaryon. Unlike her brothers Jacaerys, Lucaerys, and Joffery. Ahsoka was born with stark white hair that was incredibly thick and coarse, eye...