Blackcurrant βœ”

By BiruVanila

52.2K 6.5K 807

"BERISIK! Lo tau? Lo cuma orang asing yang tiba-tiba ikut campur sama semua masalah gue. Berhenti sekarang ju... More

πŸ‡ Prolog
πŸ‡ 1
πŸ‡ 2
πŸ‡ 3
πŸ‡ 4
πŸ‡ 5
πŸ‡ 6
πŸ‡ 7
πŸ‡ 8
πŸ‡ 9
πŸ‡ 10
πŸ‡ 11
πŸ‡ 12
πŸ‡ 13
πŸ‡ 14
πŸ‡ 15
πŸ‡ 16
πŸ‡ 17
πŸ‡ 18
πŸ‡ 19
πŸ‡ 20
πŸ‡ 21
πŸ‡ 22
πŸ‡ 23
πŸ‡ 24
πŸ‡ 25
πŸ‡ 26
πŸ‡ 27
πŸ‡ 28
πŸ‡ 29
πŸ‡ 30
πŸ‡ 31
πŸ‡ 32
πŸ‡ 34
πŸ‡ 35
πŸ‡ 36
πŸ‡ 37
πŸ‡ 38
πŸ‡ 39
πŸ‡ 40
πŸ‡ 41
πŸ‡ 42
πŸ‡ 43
πŸ‡ 44
πŸ‡ 45
πŸ‡ 46
πŸ‡ 47
πŸ‡ 48
πŸ‡ 49

πŸ‡ 33

656 85 18
By BiruVanila

Kinta melepas pelukannya dan langsung menggenggam satu tangan Erkan. "Jalan jalan bentar dulu yu Erkan?" ajaknya.

"Mau ke mana?" tanya lelaki itu, bingung. Pasalnya hampir semua sudut sudah mereka pijaki sedaritadi.

"Pamitan sama nenek lampir!" jawab Kinta semangat.

Erkan kemudian mengangguk.

Senyum Kinta tak hilang selama ia berjalan bersama Erkan. Rasanya bahagia menggenggam orang yang akhirnya resmi menjabat sebagai pacarnya. Mual yang semula Kinta rasakan bahkan sekarang sudah hilang. Mungkin cinta memang bisa seajaib itu untuk menyembuhkan sesuatu.

Kinta berjalan dengan sedikit meloncat dan bergerak cukup aktif.

"Pelan-pelan Kin ...," kata Erkan yang ditarik kencang tangannya oleh Kinta. Namun, gadis itu hanya memperlihatkan deretan giginya sambil meneruskan jalan seperti sebelumnya.

Sampai di depan sebuah toko, Kinta membungkuk dan menatap ikan cantik di dalam akuarium bulat.

"Ikan, kamu kenal Erkan?" Kinta bertanya dan sontak membuat Erkan menoleh padanya saat itu juga.

Tentu, ikan itu tak menjawab, hanya berenang mengelilingi ruang dalam aquarium.

Kinta menegakkan kembali tubuhnya. Kemudian kembali bertanya, tapi kali ini dengan nada sedikit songong. "Masa gak tau?!"

"Erkan yang pacarnya Kinta itu loh!" lanjut gadis berponi itu.

Mendengarnya, Erkan langsung tertawa.

Kinta tersenyum lebar, lalu segera melihat ke arah lain. "Hehe, udahan ah malu," katanya sebelum kembali melangkah.

Tatapan Erkan terus tertuju pada Kinta saat mereka berjalan, sedikit mengguratkan senyum di wajah, setelah itu Erkan mengangkat tangan Kinta yang sedang digenggamnya.

Ia mendekatkan punggung tangan gadis itu ke bibirnya, lalu mengecupnya sekilas.

Kinta membelalakkan mata.

Kemudian, perempuan itu pun langsung menoleh pada Erkan.

"Erkan ngapain?" tanyanya sambil menautkan alis.

"Ngapain? Emang gue ngapain tadi?" Erkan malah bertanya balik dengan ekspresi seolah tidak terjadi apa-apa sebelumnya.

"Ta-tadi Erkan nempelin tangan Kinta ke mana?" Gadis itu mulai panik.

"Idung," jawab Erkan santai.

Kinta menggeleng. "Ng-ga!"

"Kinta ngerasanya bukan di idung!"

"Di idung, Kin ...," ulang Erkan yang selanjutnya mengangkat lagi tangan Kinta dan menggosok-gosoknya di hidung dia agar gadis itu percaya.

"ERKAN GELIIII!" teriak Kinta sembari berusaha menurunkan tangannya. Ia pun bahkan tertawa karena perutnya terasa geli.

"AHAHAHA LEPASSS," pinta Kinta.

Namun bukannya melepas, Erkan malah mendiamkan tangan gadis itu di depan mulutnya. "Gue gigit ya?" tanya Erkan.

Kaget, sontak Kinta pun berteriak, "JANGAN!"

Tapi bukan Erkan namanya yang menuruti Kinta begitu saja, cowok itu sekarang bahkan membuka mulutnya sambil berkata, "Aaaaa."

Dengan gerakan cepat, Kinta menarik tangannya dan memasukkan daun yang dicabutnya asal dari pot di dekat mereka ke dalam mulut Erkan.

Menyadari kelakuannya dan melihat ekspresi Erkan yang segera jengkel, Kinta pun jadi berangsur mundur. "Ma-maaf Erkan!"

Erkan mengeluarkan daun dari mulutnya ke belakang tubuh di mana ada pot semen besar yang dipenuhi tanaman. Cowok itu juga memeletkan lidah karena merasakan daunnya pahit.

"ERKAN MAAFIN KINTA!" teriak gadis itu, masih dengan ekspresi takut dan paniknya.

"ERKAN, KINTA BELIIN MINUM YA?"

"ERKAN JA-JANGAN PUTUSIN KINTA DULU!"

Kinta hendak berlari, tapi Erkan segera menahan tangannya.

"Mau cobain gak?" tanya Erkan.

"A-apa?"

"Daunnya."

"GAK MAU!" tolak Kinta keras.

"Ah, ada getahnya lagi, kalo gue keracunan gimana? Ah, tiba-tiba pusing." Erkan berucap sembari mendudukkan dirinya di pot semen. Tangannya pun memegang kepala seolah ia betulan pusing.

"E-Erkan?" Kinta mulai khawatir. Maka darinya ia pun maju dan mendekati Erkan.

Tak sengaja, tangan Erkan yang terulur ke belakang tiba-tiba mengenai duri tanaman.

"Akh," keluh Erkan kesakitan.

"ERKAN KENA DURI?"

"Aaa shh." Lelaki itu menautkan alis.

Kinta langsung menunduk dan memegang tangan Erkan supaya bisa melihat jari Erkan dengan jelas. Namun saat itu juga, Erkan segera mengecup kening Kinta, lalu menahan tangannya agar gadis itu sama sekali tidak mundur.

Kinta masih membuka matanya lebar bahkan sampai Erkan menyebut namanya.

"Kin ...."

Entah angin sedang kencang atau bagaimana, tapi Kinta merasa merinding saat Erkan mengeluarkan suara. Apalagi lelaki itu berucap sangat dekat dengannya.

"Gue harap hari kayak gini terus ada buat kita," jujur Erkan.

Kinta masih diam.

"Jangan cepet berubah ya?" pinta Erkan. "Perasaan lo. Gue harap lo bisa lama sama gue, sampe waktu yang ga terbatas malah."

"Erkan ...." Kinta mulai mencicit seperti hamster. "Mmmm!" gemasnya.

"Iya Erkan, Kinta juga berharap gitu. Ta-tapi ja-jangan sambil cium tiba-tiba!"

Erkan tersenyum lalu mengangkat dagu Kinta agar gadis itu menatap wajahnya.

"Harus izin dulu?" tanya Erkan yang dibalas dengan kata 'iya' yang sangat lantang dari mulut Kinta.

"Yaudah ulang," putus Erkan.

"Kin, gue cium ya?"

Kinta panik. "Ja-jangan!"

"Ya?"

"Nggaaa."

"Ya?" tanya Erkan lagi.

"Nggaaa!"

"Ya?"

Kinta mulai merunduk. "Ya ...," jawabnya pelan.

"Ta-tapi gak bibir, gak le-leher, gak dibagian-bagian terlarang!" peringat gadis itu.

Erkan menatap Kinta dengan tatapannya yang teduh. Ia kemudian memegang pipi Kinta. "Iya, gak akan kok gue juga."

"Gue bakal jaga lo, gue janji gak akan rusak lo."

Kinta tersenyum, lalu menatap Erkan. Kemudian satu tangannya naik sampai di kepala cowok itu. Kinta menepuk-nepuk pelan kepala pacarnya seolah sedang bermain dengan anjing. "Pacar Kinta yang baik ...," pujinya.

Erkan mengelus pipi Kinta. Kemudian mereka pun lanjut menemui nenek lampir.

"HIHIHIHIHIHI."

Cekikikan itu menyambut kedatangan Erkan dan Kinta saat baru sampai.

"Nenek lampir! Apa kabar?" tanya Kinta semangat.

"Baik hihihihihihihi."

Kinta menghela napas. "Udah gak usah ketawa terus, nanti giginya kering," ucap dia. Setelah itu, Kinta pun mengambil sejumlah uang dari tasnya.

"Ini buat nenek lampir. Pajak jadian dari Kinta sama Erkan!"

"WIHIHIHIHIHI SELAMAT."

"Iya, Nenek!"

Kinta kemudian menoleh pada Erkan.

"Erkan, ayo pulang," ajaknya yang dibalas oleh anggukan dari cowok tersebut. Keduanya lantas menuju parkiran.

Selama perjalan di motor, Kinta sama sekali tidak melepaskan pelukannya pada Erkan. Mulutnya juga tak henti memanggil nama Erkan berkali-kali.

"Erkan ... Erkan, Erkan, Erkan, Erkan."

"Apa Kin?"

"Gapapa. Erkan Erkan Erkan Erkan ..."

Erkan tersenyum.

***

Saat sampai di depan rumah mereka, Kinta melihat ayahnya yang berjalan terseok dan hampir sampai ke pintu gerbang.

Buru-buru, Kinta turun dari motor Erkan dan menghampiri ayahnya. Gadis itu berusaha membopong sang ayah, dibantu oleh Erkan yang langsung mendekatinya juga.

"Kinta ...," panggil Alan.

"Ayah ... kapan ayah mau berhenti mabok?" respon Kinta sembari melihat iba lelaki itu.

Tangan Alan tiba-tiba digerakkan untuk menunjuk suatu arah. "Ada El," kata Alan melantur.

"El?"

Drangg ....

Alan menyandar ke gerbang rumahnya dengan gerakan yang cukup kasar. Lagi dia menunjuk. "Ada El ... di rumah besar."

"Hah?" ucap Kinta tak percaya.

Erkan mengerutkan kening.

"Rumahnya dua kali lipat dari rumah kita. Pantas saja El tidak bertemu kamu lagi Kinta .... Kamu dan dia sudah berbeda kasta."

"A-ayah ... Maksud ayah, El ..."

"El yang punya mata berbinar, tampan, dan sa ... ngat mirip dengan Rea."

"EL MASIH HIDUP, AYAH? BENER EL KAN AYAH?"

Alan mengangguk. "El dibawa papanya ...," jawab Alan sambil berangsur memejamkan mata dan suaranya menurun.

Kinta membuka mulutnya.

"Sekarang El di mana, Ayah?"

"Rumah besarrr!" ucapnya keras.

Ayahnya Kinta menahan muntah. Tangannya menunjuk arah di mana ia muncul tadi, kemudian tumbang. Untung saja Erkan dengan cekatan memegangnya.

Kinta membukakan gerbang, lalu keduanya pun membantu Alan masuk rumah.

***

Kinta dan Erkan keluar rumah setelah membawa Alan masuk.

"Maaf Erkan," ucap Kinta sambil menunduk.

"Kok maaf?"

"Ngerepotin Erkan."

Erkan menggeleng kecil. "Ngga kok, Kin."

Kinta mendongakkan kepala.

"Pulang sana, tidur," suruh gadis itu dengan nada yang bagi Erkan kurang bersahabat.

"Ngusir?" tanya Erkan.

"Ngga gitu Erkan .... Udah malem, bobo."

Erkan tersenyum sepintas sambil mengangguk.

"Lo juga, tidur gih."

Kinta mengangguk lemah.

PRANG!

"E-Erkan langsung pulang sana!" suruh Kinta cepat setelah suara piring pecah itu terdengar lagi.

AKU MUAK MAS!

KEMBALIKAN REA!

BERHENTI BICARAKAN REA! Kenapa ... kenapa kamu terus salahkan aku? Sudah takdir, Mas ... TAKDIR JIKA REA PERGI!

Kinta buru-buru mendorong Erkan sampai ke gerbang. Namun belum saja lelaki itu keluar dari area halaman rumahnya, Erkan sudah membekukan diri agar Kinta kesulitan saat mendorongnya lagi.

"Erkan ...," kesal gadis itu.

Erkan menghela napas kemudian membalikkan badan.

"Kin?"

"Cepet masuk sana!" suruh Kinta.

Tanpa bicara lagi, Erkan langsung merengkuh tubuh Kinta, memeluk erat seseorang yang ia paham bahwa sedang lemah saat ini.

"Lo bisa kan, cuma inget kenangan baik tentang hari ini?"

Kinta menangis.

Lena memekik, suara benturan juga terdengar lagi dari dalam rumah meski samar.

Tangan Erkan bergerak ke atas dan menutup sebelah telinga Kinta, kemudian ia pun mendekatkan bibirnya ke telinga Kinta yang satunya.

"You're my Honeybunch Sugarplum
Pumpy-umpy-umpkin." Erkan bernyanyi mengikuti lagu yang pernah Kinta nyanyikan. Dan karena ia mendengar Kinta seketika tenang, Erkan pun jadi tersenyum kecil.

"Lagi," pinta Kinta sambil menarik ingusnya.

"Gue belum hafal banyak."

"Gapapa, pas pumpyampyamkin nya aja."

Erkan menurut. "Pumpyampyamkin. Pumpyampyamkin."

"Lagi."

"Gue kirim vn aja gimana?" ide laki-laki tersebut.

Kinta mengangguk.

"Masuk kamar sana, nanti gue chat."

"Oke Erkan. Dadah ..."

"Um."

Kinta berbalik badan dan pergi menaiki tangga yang ada di garasinya.

***

Erkan menonton YouTube dan belajar sesaat untuk menyanyikan lagu barusan. Setelah itu, barulah ia coba untuk merekamnya.

Kirim.

Ada notifikasi baca, tapi setelah itu ternyata Erkan tidak mendapat jawaban dari Kinta sama sekali.

Kin?
Suara gue fals ya?
Gue ga bener nyanyiinnya ya?

Kinta masih tidak membalas, maka darinya Erkan pun memutuskan untuk menelepon.

"Halo?"

Hm?

"Udah mau tidur?"

Um um, sambil denger pumpyampyam.

"Kirain gue salah."

Bener kok Erkan.

"Selamat tidur."

Pumpyampyam ... racau Kinta, kemudian Erkan tak mendengar apa-apa lagi setelah itu.

"Halo?"

Samar-samar Erkan mendengar deru napas Kinta dan sepertinya gadis itu sudah tidur.

"Mimpi indah, Kin."

***

"Berdasarkan polling yang udah dilakuin dan juga hasil tes yang udah gue sama Aldy nilai, udah didapet dua nama nih." Vano, ketua basket Canopus yang masih dalam detik-detik terakhir masa jabatannya berucap saat berada di titik pusat dari lingkaran yang dibentuk oleh calon-calon ketua basket yang berdiri.

"Siap-siap nangkep bola," peringat Vano. "Kalo kagak ketangkep gue batalin nih pengangkatannya."

Yang lain langsung menyorakinya, sedangkan Vano malah terkekeh kecil karenanya.

Cowok itu lantas melempar-tangkap bola dengan jarak vertikal yang cukup rendah, memang sekadar untuk dimainkan saja, itung-itung pemanasan sebelum melemparnya kuat-kuat. Mata Vano lalu melihat 5 calon dari hasil seleksi akhir sembari tubuhnya berputar.

"WAKIL!" Vano langsung melempar bola itu, tapi 5 cowok di sana kebingungan karena ketua basket tersebut tidak tepat melempar pada siapapun.

Hap!

Seseorang yang berada di luar lingkaran langsung menangkap, nyatanya itu Aldy.

Baru saja orang-orang melihat ke arahnya, Aldy tiba-tiba saja melempar bola itu, membuat lima orang di sana langsung kaget, terlebih seseorang yang memang menjadi target.

Marvel, untungnya ia cekatan menangkap bola tersebut.

Vano langsung tersenyum dan suara tepukan pun bergemuruh. "Congrats, Mar!"

Saat yang lain masih mengapresiasi Marvel, Vano langsung melempar bola lain yang tadinya ada di bawah kakinya.

"KETUA!" panggilnya cepat.

Erkan menoleh dan segera menangkap bola.

Seketika semuanya bersorak, beda halnya dengan Erkan yang terdiam beberapa saat karena masih bingung dengan situasi.

"Selamat Erkan dan Marvel kalian resmi terpilih menjadi ketua dan wakil ketua basket SMA Canopus!"

***

"Permisi, anak transisi mau lewat." Satria kemudian mengangkat ponselnya dan menggerakkannya tak beraturan, balik sana, balik sini, putar-putar hp. Sampai akhirnya ia pun tak sadar bahwa di depannya ada dua orang yang menjadi penduduk asli dari lingkungan ini, Genta dan Pampam.

"Permisi orang ganteng mau lewat," ucap Satria.

"Ngapain lo ke sini?" tanya Pampam dengan tangan yang dilipatnya di depan dada.

"Ngebuat konten!"

"Kaga boleh!"

"Emang ni sekolah punya kakek moyang lo?"

"Berani anjir lo sama kite-kite?" Genta angkat bicara.

"Beranilah anjing!" balas Satria. "Canda anjing ...."

Kemudian laki-laki itu pun tiba-tiba tertawa. "Rambut lo, kek poodle," celetuknya. "Eh, canda poodle ...."

"Wah, maen-maen nih anak." Genta mulai emosi. "Kasih paham, Pam!"

"Heh, anak Arcturus!"

"Yakali gue dilahirin lewat rahim sekolahan."

"Cot!" timpal Pampam. "Lo tau si Somat?" tanya lelaki gembul berkacamata itu.

Satria langsung menjawabnya, "ANAKNYA ABAH ADANG?"

"NAH, LO TAU KAN DIA PERNAH BABAK BELUR?"

"Kagak. Somat anaknya Abah Adang yang mana dulu nih. Ada Adang Jaenudin, Adang Saepul loh, Adang Sutrantang ..."

"Sebut lagi sebut lagi," suruh Pampam. "Gue juga lupa, kali ae rada inget abis lo nyebut nama."

Satria lalu kembali menyebutkan nama panjang dari bapack-bapack yang bernama depan Adang.

Di sisi lain dari lapangan Canopus, seseorang bertanya pada temannya.

"Dev, abang lo beneran?" Bayu bertanya setelah melihat perawakan Vano dan temannya yang cukup berbeda.

"Kagak, tapi Bang Vano udah gue anggep abang beneran sejak kita satu panti asuhan," jawab Devan pelan, tak mau Vallen--pacarnya--yang berada sedikit jauh posisi duduknya itu mendengar.

"Nyasar sekolahan lo pada?" tanya Erkan pada orang-orang yang bukan merupakan warga dari SMA Canopus, tapi mereka sudah sedaritadi Erkan notice karena duduk di kursi bertingkat pinggir lapang.

"Ga. Mampir aja," jawab Devan sambil berangsur berdiri. Ia lalu menuruni bangku dan berdiri di depan Erkan.

"Gue mau liat aja siapa yang jadi lawan gue satu taun ke depan."

"Ck, lo jadi ketua basket Arcturus?" respon Erkan.

Devan mengangkat sebelah alisnya.

"Kayak yang bisa aja," lanjut pacar Kinta itu.

Devan mengumpat dan malah membuat Erkan tersenyum miring.

"Tanding!" putus Vano yang tak sengaja mendengar percakapan keduanya. "Pas, lima lawan lima. Gue masuk tim Devan."

"Lah?" Erkan kebingungan.

Vano melihat sekitar, kemudian berteriak. "Marvel, isi tim Erkan!"

Kemudian sebelum berjalan mendekati Devan, Vano sempat menepuk pundak Erkan dan berbisik, "Mau buktiin gue ga salah pilih lo, Er. Inget, banggain nama Canopus."

Vano lalu bersalaman dengan Devan. "Pa kabar, Dev?"

"Baik, Bang."

Vano mengangguk.

"Wasit!" pintanya.

Aldy inisiatif dan langsung berlari ke tengah lapang. Ia pun meniup peluit. "Kumpul dulu!"

"Transisi gue belum beres elah!" keluh Satria. "Lo berdua sih!"

"Sat!" Bayu memanggil.

"Iye iye sebentar!" balas cowok berambut middle part itu. "Ga cukup, lanjut part 2," ucap Satria terakhir kali sebelum meninggalkan Pampam dan Genta.

"Gue titip hp." Satria mengasongkan ponselnya pada Vallen. "Awas lo jual!"

"Gak. Bakal gue banting!" balas cewek itu.

"Jan ngadi-ngadi lu. Transisi gue belum diedit."

"Emang gue pikirin?"

Merasa Vallen menyebalkan, Satria jadi berteriak, "Dev putusin Dev! Si Vallen pantesnya jadian sama simpanse!"

"Satria!" teriak Vallen seraya menendang kaki cowok itu.

"Nah, nah, dah pas nih jadi jodohnya simpanse."

"Nyebelin lo!" Vallen semakin kesal, maka darinya gadis itu pun berdiri untuk menghajar Satria, tapi lelaki itu langsung kabur. "RESE BANGET! LENYAP AJA LO SAT DARI MUKA BUMI, PINDAH KE MATAHARI!"

Rafa yang ada di dekat Vallen seketika menarik sudut bibirnya meski tetap berusaha untuk ia tahan.

"Cie senyum," ucap Vallen pelan. "Wah ... momen langka, perlu gue lestarikan."

Vallen mengangkat hp nya, lalu mengarahkan kamera ke wajah Rafa. "Bilang twing ...," suruhnya.

Rafa hanya menjeling sambil menarik lengan hoodienya sebelum pergi ke tengah lapang.

Vallen menyerah dan menurunkan ponselnya. "Ah, lo gak asik. Tinggal bilang twing twing twing juga!"

Rafa memandang Vallen lekat kemudian mengucapkan twing twing twing dengan nada datar.

Vallen membuka matanya lebar. "Rafa gue belum mulai ngerekam, ulang lagi!"

"Ga."

Rafa mulai menuruni kursi.

"Rafa!" panggil Vallen.

***

Satria melihat mata Erkan dan mata Devan bergantian, keduanya saling menatap dengan sengit. Kemudian, sebelum pertandingan benar-benar dimulai, Satria tiba-tiba saja bernyanyi.

"Bergelut jangan bergelut ... kalau tiada meaning-nya ...."

Pampam geleng-geleng kepala. "Aseek!"

Genta juga maju dan berdiri di antara Erkan dan Devan. "Tenang saudara-saudara sebangsa setanah air."

"MERDEKA!" teriak Pampam dan Satria.

"Anjir, kapan dimulainya ini? Cape nunggu gue," protes Aldy.

Satria kemudian menoleh pada Aldy. "Hai," katanya.

"CAPEK YA? BACOT ANYING KAGAK MULAI-MULAI!" ketus Aldy.

"Tenang saudara-saudara sebangsa setanah air." Genta kembali menengahi.

Tambah jengkel, Aldy pun meniup peluit keras-keras sambil melempar bola.

🍇 Bersambung ....

Jangan lupa vomment guysss 🔥🔥🔥
Makasihhh 😘😘😘

Continue Reading

You'll Also Like

1.9M 97.6K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Kita emang nggak pernah kenal, tapi kehidupan yang Lo kasih ke gue sangat berarti neyra Gea denandra ' ~zea~ _____________...
3.5M 167K 62
[SEBELUM BACA YUK FOLLOW DAN VOTE SETIAP CHAPTER SEBAGAI BENTUK PENGHARGAAN BUAT AUTHOR YANG CAPE CAPE MIKIR ALURNYA, YA WALAU MUNGKIN ADA YANG GAK M...
17.9K 1.6K 56
Allea kembali ke Indonesia setelah 8 tahun untuk menemui calon tunangannya, Leonando. Namun Allea tidak tahu telah banyak hal yang berubah, termasuk...
33.1K 4K 30
Menceritakan tentang Ardan Mahardika, salah satu cowok most wanted SMA Garuda yang dikenal dengan julukan playboy cap badak. Menggombal dan tertawa r...