Inarizaki School [Inarizaki T...

By Atsmxaku__

44.1K 6.3K 1.6K

[Full Name] adalah orang dari Indonesia. Hingga tiba-tiba ia bersekolah SMA di jepang. Apalagi ia di jepang h... More

prologue
chapter 1
chapter 2
Chapter 3
chapter 4
chapter 5
chapter 6
chapter 7
chapter 8
chapter 9
chapter 10
chapter 12

chapter 11

2.1K 330 101
By Atsmxaku__

Matahari sudah terbit menggantikan bulan yang datang pada malam hari. Orang tua [Name] sedang dalam perjalanan. [Name] membuka matanya. Entah mengapa hari ini rasanya hatinya kosong.

Walau biasanya juga ia merasa kesepian dan kosong.

Tapi kali ini entah mengapa seperti benar-benar kosong.

"Sudah bangun?" Tanya Suna yang sedaritadi menunggu pujaan hatinya bangun. [Name] dengan wajah datarnya menatap Suna. Ia mengangguk.

"Um... Suna kan?" Tanya [Name]. Suna mengangguk. Ia mengambil kursi lalu mendekatkan pada ranjang [Name]. Ia duduk di kursi itu.

"Kau lapar? Tadi suster akan memberimu makanan tapi kau masih tidur. Jadi dibalikan kembali." Kata Suna. [Name] hanya diam. Suna juga begitu.

Sepi.

[Name] biasanya ceria, senyumannya sama sekali tidak hilang. Ia juga cerewet dan menggemaskan bagi Suna. [Name] tidak seperti dulu lagi setelah pingsan dan hilang ingatan.

Walau begitu Suna tetap menyukai gadis ini. Tidak peduli bagaimana bentuknya, sifatnya, kelakuannya. Suna akan tetap menyukainya.

"Kau tahu? Dulu kau sangat ceria." Kata Suna. Ia mengeluarkan ponselnya dari sakunya. Beranjak dari kursi dan duduk di kasur disamping [Name]. Suna menunjukan foto-foto [Name] di ponselnya. Macam-macam ekspresi terlihat. Rata-rata juga itu adalah senyuman milik [Name].

"Lihat ini. Ini saat Atsumu diberi dare mentraktir setim oleh Osamu." Kata Suna. Terlihat fotomu sedang makan dengan lahap. Terlihat juga Atsumu dan Osamu yang bertengkar. Sememtara aran terlihat tertekan.

Suna mengganti fotonya. Terlihat dirimu sedang merangkul si kembar dengan senyuman lebar milikmu.

"Kau benar-benar manis." Kata Suna.

"Lalu ini adalah foto saat Gin membawa kodok dan kau berteriak histeris." Kata Suna. Ia memperlihatkan fotonya. Disitu terlihay seperti sedang diluar area sekolah.

"Begitu... ya." Kata [Name]. Suna turum dari kursi. Ia berdiri dan memoto [Name] tanpa izin.

"Lalu ini fotomu saat ini." Kata Suna. Tatapan mereka saling bertemu namun tidak ada yang kunjung bersuara. Kamar menjadi sepi kembali.

Suna duduk dikursi. Ia mengepalkan tangannya. Rasanya sakit. Masih sakit rasanya.

"Aku... akan memanggil suster untuk membawamu makanan." Kata Suna. Ia berjalan pergi. Sekarang [Name] sendiri di kamarnya.

Ia menekuk kakinya dan memeluk kakinya. Kepalanya ia tenggelamkan pada kakinya. Entah mengapa rasanya ingin berteriak saja. [Name] tidak tahu apa-apa. Lama-lama serpihan-serpihan memori dalam otaknya menghilang.

Ini menyiksa dirinya.

Apa salahnya hingga ia harus memiliki penyakit ini?

Suara ketukan pintu terdengar hingga membuat [Name] tersadar dari lamunannya. [Name] meluruskan kakinya kembali. Bersandar di tembok dan menatap pintu.

"Masuklah." Kata [Name]. Terlihat pria bersurai putih masuk.

"[Name], bagaimana kabarmu? Aku datang untuk menemanimu." Kata Shinsuke Kita. [Name] tersenyum pahit.

"Apa aku terlihat baik-baik saja, senpai?" Tanya [Name]. Tatapannya memandang Shinsuke dengan sakit. Yah, Shinsuke sendiri tahu jika [Name] sama sekali tidak baik-baik saja. Shinsuke mendekat pada [Name] dan mengelus kepala [Name].

"Tidak." Jawabnya. [Name] hanya terdiam.

"Kau pasti akan sembuh." Kata Shinsuke. [Name] memainkan tangannya sambil memandangnya. Hatinya ragu jika ia akan sembuh.

"Tidak. Aku tidak yakin." Kata [Name]. Tangan [Name] gemetaran. Ia memeluk dirinya sendiri dengan erat. Kepalanya ia tundukan bersamaan dengan air matanya yang keluar. Shinsuke yang melihat ini rasanya sakit.

"Aku pasti akan mati kan? Ahh, apa salahku hingga mempunyai penyakit seperti ini? Aku benci. Jika tahu akan semenyakitkan ini, kenapa dari dulu aku tidak dibunuh saja?"

"[Name]!" Teriak Shinsuke. Kedua tangannya memegang kedua bahu [Name]. [Name] mengangkat kepalanya sendiri menatap Shinsuke. Terlihat luka dimata Shinsuke.

"Jangan pernah bekata begitu. Kau pasti akan sembuh. Percayalah." Kata Shinsuke. Lalu ia memeluk [Name]. Sekali lagi [Name] mengeluarkan air matanya. Bahu Shinsuke basah karena tangisan [Name]. Shinsuke tidak peduli bajunya basah karena tangisan [Name], jadi ia membiarkan [Name] menangis di bahunya.

"Jika aku meninggalkan dunia ini bagaimana?" Tanya [Name] dengan suara rendah. Shinsuke melirik wajah [Name]. Tangannya mengelus kepala [Name] kembali.

"Aku akan ikut denganmu."

Ceklek

Suara pintu terbuka terdengar. Shinsuke dengan pelan melepas pelukan. Ia menatap sang pelaku yang membuka pintu tanpa mengetuk pintu.

"Suna, kenapa tidak mengetuk pintu?" Tanya Shinsuke. Suna melirik makanan yang ia bawa lalu menatap Shinsuke secara bergantian.

"Uh, maaf. Aku lupa." Kata Suna beralasan.

"Baiklah." Kata Shinsuke.

Padahal hal yang sebenernya terjadi karena Suna kaget pada jawaban Shinsuke hingga tanpa sengaja membuka pintu. Suna tidak menyangka orang sedewasa Shinsuke bisa mengatakan hal itu.

"Makanan untuk [Name], ya?" Tanya Shinsuke. Suna mengangguk. Dia berjalan mendekati [Name]. Dia memberi makanannya pada [Name] yang diterima oleh [Name].

"Terimakasih." Kata [Name].

┅┅┅┅▓╬⌠ꦽ⃟𖧷̷۪۪ᰰ᪇🍁༘᪇𖧷̷۪۪ᰰ⃟ꦽ⃟⌡╬▓┅┅┅┅

"Tsumu! Kau kemana saja hah!?" Teriak Osamu. Sedari tadi ia mencari Atsumu yang tiba-tiba menghilang. Apalagi dia pergi begitu saja tanpa mengabari Osamu. Osamu tidak akan mengakui dia khawatir dengan Atsumu, tapi sesungguhnya ia khawatir.

Siapa tahu kan jika Atsumu akan melakukan hal yang aneh-aneh?

"Memang apa urusannya denganmu, 'Samu?" Osamu berdecak kesal. Bisa-bisanya Atsumu mengatakan itu disaat Osamu susah-susah mencarinya.

"Kau tidak ingin menemui [Name] hari ini karena hatimu sakit kan saat melihatnya? Sakit melihatnya karena dirinya sakit bahkan bisa saja dia--" Atsumu tidak membiarkan Osamu melanjutkan kata-katanya. Atsumu langsung saja memukul wajah Osamu. Osamu juga tidak tinggal diam. Osamu membalasnya dengan mendorongnya hingga tertabrak tembok.

Osamu menarik kerah Atsumu. Menatapnya dingin. Padahal minatnya baik untuk menemui Atsumu.

"Mulutmu memang tidak bisa diam ya!?"

"Hah!? Tapi kenyatannya begitu kan!?" Atsumu tidak membalas. Perkataan Osamu memang benar. Atsumu mendorong Osamu lalu pergi begitu saja.

"Hei! Kau mau kemana!?" Teriaknya. Osamu menarik baju Atsumu hingga dirinya terjatuh.

"Apa-apaan kau ini!?" Teriak Atsumu. Bongkongnya sakit sekali saat menyentuh lantai. Mereka bahkan tidak peduli ada beberapa tatapan memerhatikan perkelahian mereka.

"Selama dia masih hidup jangan meninggalkannya seperti ini. Kau akan menyesal nantinya, dasar otak udang." Kata Osamu sambil menatap Atsumu dingin.

Atsumu mendengus kasar. Ia bangkit dan berdecih. Tidak ingin menatap wajah Osamu, jadi ia tak menatapnya lalu pergi meninggalkan Osamu. Kali ini ia berjalan menuju ruangan [Name]. Jadi Osamu membiarkannya.

Atsumu memang tidak berkata bahwa perkataan Osamu benar. Egonya mengatakan jangan mengatakannya. Apalagi ia dinasehati oleh kembarannya. Tapi walau tak berkata begitu, Atsumu tahu jika Osamu benar. Atsumu akui dengan berat hati mengatakan jika Osamu benar.

"Apa!? Kenapa dia bisa berdarah! Ya ampun banyak sekali!! Cepat bawakan [your blood type]!!"

Atsumu membulatkan matanya terkejut. Ia tidak masuk kedalam ruangannya. Namun ia dapat melihat dari luar ruangan bahwa terdapat darah di lengan [Name] dan goresan di leher [Name].

Wajah [Name] benar-benar pucat.

Continue Reading

You'll Also Like

1.8K 154 6
Cerita para anak-anak ansuta ketika sedang bulan puasa, Lebaran pun termasuk:v End dari book ini pas saat lebaran Rinyukikun story Ansuta yumenosaki ...
92.8K 12.1K 23
γƒ»Κ˜γƒ» " Kumpulan one shot karakter Tokyo revengers x reader-chan " as Siblings dari karakter kar...
10.8K 1.4K 11
"Tidak perlu alasan untuk mencintai seseorang, bukan?"
8.5K 941 35
β€’β…β”€β”€β”€β”€β”€β”€βœ§β…βœ¦β…βœ§β”€β”€β”€β”€β”€β”€β…β€’ (FullName) adalah gadis Indonesia yang melanjutkan pendidikan SMP di Jepang karena mendapat beasiswa. Dan bertemu dengan anggo...