The Island | 00L ✓

By elxamplejn

8.7K 1.5K 162

On this island, run away is easy. The hardest part here is survive. ©elsanursyafira, 2021 More

00. Prologue
01. Begin
02. The island
03. 7-1=6
05. Murder
06. Strange
07. Naive
08. The Predator
09. Epilogue

04. Fvvking invitation

609 159 16
By elxamplejn

Semua orang tengah berkumpul di ruang tamu dengan pikiran kalut. Takut dan kaget, setidaknya itulah yang mereka rasakan ketika melihat Felix yang sudah menjadi mayat tiga puluh menit lalu!

Saat itu Bomin dan Shotaro adalah orang yang pertama bangun dan turun ke lantai dasar untuk membuat teh, tapi ternyata mereka malah disuguhkan dengan jasad seseorang yang telah kaku. Dan kabar buruknya, mereka berdua kenal betul siapa mayat itu.

Jasadnya ditemukan dalam keadaan luka di perut yang parah. Perutnya terkoyak sehingga kita bisa melihat organ dalam yang berceceran di sekitarnya.

Bomin bahkan sampai mengeluarkan isi perutnya begitu melihat pemandangan itu, dan dia bersumpah tidak akan makan jeroan lagi kedepannya!

Sudah jelas jika jasad yang tidak lain adalah teman mereka; Felix itu korban pembunuhan! Mana mungkin dia bisa tiba-tiba mati, terlebih dengan keadaan itu. Bunuh diri? Felix tidak akan pernah melakukannya!

Mereka berdua tahu betul jika itu pembunuhan tapi tidak ada bukti yang bisa mendukung dugaan mereka karena tidak ada senjata apapun yang tertinggal di TKP.

Saat itu mereka berdua benar-benar panik, terutama Shotaro. Karena itu Bomin segera memanggil yang lain agar turun dan melihat keadaannya.

Satu persatu dari mereka mulai turun dan ada berbagai macam reaksi. Sebagian dari mereka kembali lagi ke kamar untuk muntah dan sebagian lagi berteriak histeris.

Karena itulah mereka disini sekarangㅡ berkumpul di ruang tamu dengan jasad Felix yang sudah ditutup kain putih. Mereka harus berdiskusi untuk semua hal. Dimulai dari harus kita apakan jasad Felix, haruskah kita telepon orang tuanya, apa kita harus pulang atau apa kita juga akan mati seperti Felix? Banyak sekali pertanyaan di benak mereka.

"Gak bisa gini, kita harus pulang sekarang juga!" Renjun yang tengah duduk di kursi bangkit dan memberikan usul.

Semuanya mengangguk. Sepertinya itu adalah jalan terbaik, mereka tidak mungkin membiarkan jasad Felix begini saja, apalagi kedua orang tuanya belum tahu keadaan anaknya.

Yangyang terlihat mengetik beberapa kata di ponselnya. "Gue udah ngirim pesan ke nahkoda kapal kita sebelumnya buat jemput, tapi katanya kapal itu lagi dipake sama orang lain. Jadi gak mungkin kita pulang sekarang juga, tapi gue usahain secepatnya kita bisa keluar dari sini."

Semuanya hanya mengangguk. Mau bagaimana lagi?

"Terus harus kita apain jasad Felix selama nunggu?" Tanya Jeno.

"Terus bukannya kita harus nelepon orang tuanya ya?" Timpal Eric dengan pertanyaan lagi.

Astaga anak-anak kelas 3 SMA itu benar-benar dibuat pusing dengan semuanya. Ini terlalu berat untuk ditangani anak-anak seperti mereka.

DRRRRT

Mereka semua merasakan jika ponselnya bergetar, dan kata-kata yang keluar benar-benar membuat mereka ingin segera keluar dari sini.

"Gue kecewa gak ada yang ngumpul di ruang tamu sama sekali. Karena itu gue kasih kalian peringatan, gimana? Suka sama peringatan manis gue?

Sekarang kalian ngerti kan kenapa HARUS ikutin apa yang tertulis di undangan ini, lagian kalian udah pilih buat bergabung. Kalian bisa milih; ikutin semuanya atau mati."

Sialan! Mereka benar-benar tidak ingin berurusan dengan undangan gila atau apapun itu! Niat awal mereka kesini adalah untuk berlibur. Ya walaupun mereka kesini untuk menuntaskan rasa penasaran mereka juga, tapi tetap saja pembunuhan tidak ada di agendanya!

"Lihat, kan? Udah gue bilang kita gausah sok dateng ke pulau ini!" Itu Renjun. Dia berteriak dengan wajah yang benar-benar memerah karena marah.

Semuanya hanya diam sebagai respon, karena memang benar toh ini semua terjadi karena rasa penasaran mereka.

Melihat semua temannya yang diam membuat Renjun terkekeh sinis. Apa benar mereka semua adalah orang yang menculiknya tempo hari kesini? Orang-orang yang bahkan tidak tahu harus bagaimana setelahnya? Sinting.

"Tolol emang. Sebelum dateng kesini kalian jagoan banget ya, bahkan sampe nyulik gue segala. Sekarang apa? Kalian bahkan gak tahu harus ngapain! Tolol."

Entah Renjun sadari atau tidak tapi perkataannya barusan justru malah semakin mempekeruh suasana. Sudah cukup mereka dibuat pusing dengan Felix yang meninggal dan harus bagaimana mengurusnya, sekarang mereka juga harus mendengar ocehan Renjun yang menyudutkan.

"Terus lo maunya gimana, anjing?! Lo kira kita bisa prediksi kejadian ini bakal terjadi apa? Selama lo juga gak bisa bantu, gausah banyak omong." Timpal Jeno dengan nada menantang. Oh apa sudah dijelaskan jika Jeno adalah rajanya berkata kasar?

"Gue apa lo bilang? Gue gak bantu?" Tanya Renjun lagi.

"Gue setuju sama Jeno kali ini, omongan gak bermutu lo itu gak bisa bantu keadaan tenang, Jun." Timpal Soobin.

"Dan apa dengan cara nyudutin kita bisa bikin lo tenang? I don't think so, karena mau gak mau, terima gak terima, kita semua terlibat sama semuanya, termasuk kematian Felix." Sambung Soobin lagi.

Renjun benar-benar dibuat tertawa dengan Jeno dan Soobin. Tentu saja Renjun ini tidak ikut bertanggung jawab, dia ini dipaksa kemari. Itulah pikiran si egois Renjun yang hanya mementingkan diri sendiri.

Renjun berjalan mendekat ke arah Soobin. "Lihat siapa yang ngomong, anak pembunuh kayak lo gak pantes ngomong tentang tanggung jawab."

Soobin mengepalkan kedua tangannya, berusaha untuk tidak tersulut emosi dan meninju laki-laki didepannya.

DUAGH

Satu pukulan berhasil mendarat di pipi kiri laki-laki bermarga Huang itu. Pelakunya bukan Soobin sendiri tapi itu Jaemin.

Demi apapun untuk pertama kalinya Jaemin merasa jika perkataan Renjun itu sudah mencapai batas kurang ajar, dia tahu jika temannya yang satu itu memang egois dan bermulut pedas tapi tetap saja Jaemin tidak bisa mentoleransi perkataan Renjun tadi.

"Jaga omongan lo, anjing! Kita semua lagi pusing dan lo yang sama sekali gak bantu malah bacot sana sini." Teriak Jaemin dengan muka memerah.

Renjun yang tersungkur di lantai memegangi rahangnya yang terasa ngilu, pukulan Jaemin tidak main-main.

"Wow apaan nih? Lo ngerasa satu nasib karena lo juga punya darah pembunuh apa gimana?" Balas Renjun menyebalkan.

Semua orang mulai memisahkan kedua manusia ini ketika melihat Jaemin sudah siap untuk kembali menghajar laki-laki Huang di depannya itu.

Demi apapun jika Renjun bukan temannya, ingin rasanya Jaemin memotong tubuhnya dan memberikannya pada hiu di laut.

Renjun mulai kembali berdiri dibantu dengan Bomin, dan sialnya si cerewet Renjun malah kembali memprovokasi Jaemin yang sudah mulai tenang.

"Gue lupa kalo ayah lo bisa jadi CEO karena kakaknya kecelakaan dan mati ditempat, kan? Apa jangan-jangan itu bukan kecelakaan? Apa ayah lo yang bunuh dia?"

"Renjun!" Teriak Eric begitu Renjun berbicara kembali.

Huang Renjun benar-benar gila! Ayahnya bukan seorang pembunuh! Kecelakaan pamannya murni kecelakaan, bahkan Jaemin sudah memastikannya sendiri karena sedang lewat jalan itu.

Renjun terkekeh sinis melihat Jaemin yang memerah. "Wah apa tebakan gue bener? Pantesan lo bergaul sama Soobin, sama-sama turunan PEM-BU-NUH."

DUAGH

Sebuah pukulan kembali mendarat di pipi Renjun, kali ini satu pukulan itu diteruskan dengan pukulan-pukulan lain yang membuat teman-temannya panik karena harus memisahkan kedua orang ini.

"Mati lo anjing, nyawa lo bahkan gak ada manfaatnya lagi! Mati! Mati!" Racau Jaemin saat sedang menghajar Renjun.

Oke kita akui jika perkataan Jaemin tadi cukup creepy.

"Anjing pisahin dong ayo bantu!" Teriak Eric yang memegangi Jaemin untuk berhenti.

"BERHENTI WOY! KALO KAYAK GINI BAKAL ADA YANG MATI LAGI!!" Teriak Haechan yang sedari tadi diam.

Setelah beberapa saat kemudian mereka akhirnya bisa memisahkan kedua orang itu.

Buru-buru Eric dan Haechan membawa Renjun jauh dari Jaemin yang sedang berusaha membebaskan diri dari Jeno dan Yangyang yang memeganginya.

Wajah Renjun penuh dengan lebam dan darah karena tidak sempat melawan pukulan Jaemin yang kuat dan bertubi-tubi.

Akhirnya suasana kembali tenang setelah Renjun jauh dari pandangan, Jaemin juga memutuskan untuk pergi keluar untuk sekedar melampiaskan kemarahannya pada apapun yang ada diluar.

Tinggal Yangyang, Bomin, Shotaro, Jeno dan Soobin yang dibuat pusing. Ayolah! Bahkan jasad Felix juga belum mereka periksa tapi suasana sudah kacau!

"Ini jasadnya kita simpen di gudang belakang aja ya sementara sambil nunggu kapal kita datang." Usul Yangyang yang diberi anggukan oleh sisa orang yang ada disana.

"Gue lihat ada kain di lemari kamar gue, kita bisa pake itu buat nutupin jasadnya." Timpal Jeno.

"Kalian ambil kainnya dulu, biar gue yang bersihin darah sama yang lainnya." Kata Soobin.

Semuanya mengangguk, untung saja Soobin mau melakukannya karena mereka tidak mau, bahkan melihat jasadnya saja sudah membuat mual, apalagi disuruh membersihkan?

Akhirnya yang lain naik ke atas untuk membawa kain dan meninggalkan Soobin sendiri.

Saat punggung teman-temannya sudah menghilang di tangga, Soobin mengangkat sebelah kakinya dan tersenyum miring mendapati beberapa huruf yang ditulis oleh darah di lantai.

S B N

Itulah huruf yang tertulis oleh darah itu.

Soobin berjongkok dan memandangi Felix yang telah menjadi mayat. Sesaat kemudian Soobin tersenyum ketika mengingat kejadian semalam saat Felix tidak berdaya ketika Soobin mengayunkan kapak di perutnya.

Suara teriakan tertahan Felix dan juga tatapan tidak percayanya masih jelas Soobin ingat. Ah, membunuh itu menyenangkan, pantas saja ayahnya dulu sangat bersemangat ketika membunuh.

Soobin merobek sedikit baju yang Felix kenakan dan memakainya untuk menghapus tulisan di lantai itu.

Astaga, bahkan di saat-saat terakhirnya Felix sempat-sempatnya menulis inisial pembunuhnya. S B N, bukankah sudah jelas jika itu Soobin? Pintar juga Felix.

Untung saja yang lain tidak menyadari tulisan itu karena tulisan yang agaknya kurang jelas dan juga karena panik. Bahkan tidak ada yang berani menatap jasad Felix, jadi bagaimana mereka bisa menyadari clue dari Felix?

"Lo pinter juga, Lix. Gue hampir aja kecolongan. Tapi gimana ya, lo masih kalah pinter sama gue." Soobin yang sedang mengelap darah yang sudah mengering itu menyeringai.

"Tapi gue mau bilang makasih juga sih, berkat lo sekarang yang lain jadi saling berselisih. Itu artinya makin mudah buat bunuh mereka nanti. Gue gak tau kematian lo bisa ngasih gue manfaat yang gede! Makasih, Felix."

Ya, sepertinya memang benar darah pembunuh itu diturunkan.

The Island

Hai hai? Ada yang baca? Ada sih tapi kebanyakan sider ya hiks:(

Cerita ini gak bakal banyak partnya, mungkin sekitar 10 lebih atau bahkan bisa kurang. Jadi ya, aku cuma mau bilang itu hehe.

Continue Reading

You'll Also Like

Quarantine | 00L [✓] By 엘

Mystery / Thriller

10.1K 2.1K 18
[FINISHED] died oddly, one by one also died with oddities. even though one of them is him.
510K 33.7K 61
*Cukup baca dan nikmati alurnya, tidak perlu PLAGIAT* Mempunyai istri yang super kudet itu menyusahkan bagi gue. Dia itu bodoh, dia ceroboh, dia gak...
68.5K 2.5K 23
Spinn of Toxic (21+) Tentang zeera.. Menjadi kekasih yang di sembunyikan.. Menjadi istri yang tidak dianggap .. Mampu kah zeera melawan garis hidupny...
1.2K 173 13
gak pandai bikin deskripsi cerita tentang dunia yang sudah mulai kacau akibat serangan dari makhluk yang mengerikan. [Cerita terinspirasi dari beber...