I'm (not) Fine โœ”๏ธ

By ThunderLin_

116K 11.5K 909

[DRAMA] "Terkadang dibalik senyumannya, sebenarnya dia menyembunyikan masalahnya" - Anonim __________________... More

BAB 00 ๐Ÿพ PROLOG ๐Ÿพ
BAB 01 ๐ŸพA Bit of Tired๐Ÿพ
BAB 02 ๐Ÿพ Hide and Seek๐Ÿพ
BAB 03 ๐Ÿพ Warm Your Smile ๐Ÿพ
BAB 04 ๐Ÿพ Feelings of Solitude ๐Ÿพ
BAB 05 ๐Ÿพ Don't Get Sick ๐Ÿพ
BAB 06 ๐Ÿพ Night Tales with Haechan๐Ÿพ
BAB 07 ๐Ÿพ Collapse One, Destroyed All ๐Ÿพ
BAB 08 ๐Ÿพ Checking Up ๐Ÿพ
BAB 09 ๐Ÿพ Need To Changes ๐Ÿพ
BAB 10 ๐Ÿพ Don't Sorry to Me ๐Ÿพ
BAB 11 ๐Ÿพ Everything Will be Fine ๐Ÿพ
BAB 12 ๐Ÿพ Our Concert ๐Ÿพ
BAB 14 ๐Ÿพ Out of The Blue ๐Ÿพ
BAB 15 ๐Ÿพ Bad Liar๐Ÿพ
BAB 16 ๐Ÿพ Fine or Not Fine ๐Ÿพ
BAB 17 ๐ŸพThe Truth Story ๐Ÿพ
BAB 18 ๐ŸพThe Reason Behind It ๐Ÿพ
BAB 19 ๐Ÿพ Renjun's Mother ๐Ÿพ
BAB 20 ๐Ÿพ Still Hate๐Ÿพ
BAB 21 ๐Ÿพ Forgive Me ๐Ÿพ
BAB 22 ๐Ÿพ He Is Back ๐Ÿพ
BAB 23 ๐Ÿพ That's Okay ๐Ÿพ
BAB 24 ๐Ÿพ I Think, I'm Fine ๐Ÿพ
BAB 25 ๐Ÿพ Be Friend ๐Ÿพ
BAB 26 ๐Ÿพ See You Again : END๐Ÿพ
๐Ÿพ EPILOG ๐Ÿพ
Extra 01 ๐Ÿพ In The Subconscious ๐Ÿพ
Extra 02 ๐Ÿพ I am You ๐Ÿพ
Extra 03 ๐Ÿพ Thats Your Choose ๐Ÿพ

BAB 13 ๐Ÿพ Meaning of Happiness ๐Ÿพ

3.1K 369 44
By ThunderLin_

Part 13 | Meaning of Happiness

Definisi kebahagiaan setiap orang berbeda, terkadang hal sepele bagi orang lain bisa jadi merupakan kebahagiaan untuknya. Tidak heran bahagia itu sedikit sulit dijelaskan, tetapi begitu mudah dirasakan.

🐾🐾🐾



Definisi bahagia adalah keadaan atau suasana hati yang tenteram dan damai. Selain itu, bahagia pula merupakan perasaan yang tidak dapat diungkapkan secara gamblang oleh kata-kata.

Setidaknya itulah yang dirasakan oleh pemuda kelahiran Jilin yang kini merebahkan tubuhnya di atas matras. Tangannya memegang ponsel yang ditaruh di atas dadanya. Bibirnya mengulas senyuman yang menimbulkan kerutan di kening anggota lain. Mungkin di kepala mereka ada pertanyaan apa yang terjadi dengan anggota tertua setelah Mark itu.

Apa lagi, senyumannya itu tak pernah luntur sama sekali setelah menyelesaikan tur konser mereka di beberapa negara. Pemuda itu tampak senang.

Haechan yang berada tidak jauh darinya bertanya. "Kenapa kau sedang senang sambil melihat ponsel terus. Apa ada sesuatu hingga membuatmu begitu senang?"

Mata Renjun terbuka, memperlihatkan manik mata sekelam galaksi. Kepalanya ditolehkan ke arah Haechan.

"Mn? Tentu saja aku senang sekali. Kita sudah mengadakan konser luar biasa di berbagai negara. Bertemu dengan Sijeuni dan berinteraksi dengan mereka. Aku senang sekali," jelasnya.

"Ah, kau benar. Entah kenapa rasanya masih seperti mimpi. Walaupun aku sudah pernah konser dengan 127, tetap saja rasanya berbeda," sahut Haechan setuju. Tur konser antara unit 127 dan Dreamies memberikan kesan yang berbeda baginya. Ketika bersama para kakaknya, Haechan merasa sebagai termuda di sana. Sedangkan dengan Dreamies, seperti bersama dengan teman seumuran.

"Rasanya berbeda sekali. Apalagi ketika kau memukul Renjun hingga terdengar ke seluruh venue," celetuk Jeno yang datang menghampiri kedua temannya.

Haechan merengut. "Itu tidak disengaja. Aku tidak tahu kalau akan sampai begitu."

"Sudahlah, lagi pula itu karena kau memukul tepat di bagian yang ada mikrofonnya. Sehingga seperti kau memukul kencang," ujar Renjun menenangkan Haechan.

"Tapi tetap saja--" perkataannya terpotong oleh seruan seseorang.

"Hei!"

Mereka bertiga menoleh bersamaan ketika mendengar teriakan Jaemin yang masuk ke ruang latihan. Di belakangnya ada dua anggota termuda mengikuti.

Renjun bangun, lalu duduk dengan menyilakan kakinya. Kepalanya dimiringkan ke kanan, heran dengan apa yang dibawa oleh pemuda bermarga Na itu. "Kau membawa apa, Na?"

Jaemin mendudukkan dirinya di sebelah Jeno, lalu menatap Renjun. "Ini?" Ia mengangkat bingkisan yang dibawanya dan dibalas anggukan oleh Renjun. "Entah. Aku juga dikasih sama salah satu staf. Katanya itu kiriman seseorang untukmu," katanya sambil menyerahkan bingkisan tersebut pada Renjun.

Renjun menerimanya dengan wajah kebingungan. Ia memerhatikannya beberapa saat. "Tapi dari siapa?"

Jaemin mengedikan bahunya. "Mana kutahu. Chenle, kau tadi membaca tidak tulisan yang ada di bingkisan itu?"

Chenle yang merebahkan diri melirik malas. "Iya."

"Sekarang catatannya ke mana?"

"Aku membuangnya."

Renjun mengernyitkan keningnya. "Kenapa?"

"Karena tidak berguna."

Chenle mengatakannya dengan nada datar. Matanya dipejamkan dengan telinga yang tersumpal airpods. Tidak memedulikan tatapan heran serta bingung dari para kakaknya. Chenle tampak enggan sekali membahas tentang tulisan pada bingkisan itu.

Renjun mengerjapkan matanya, lalu menoleh ke arah Jisung dan bertanya lewat tatapan mata. Namun, yang didapat hanya angkatan bahu. Padahal dia penasaran dengan catatan yang dimaksud.

"Dari pada kau bingung begitu, cepat buka bingkisannya. Aku ingin tahu," desak Haechan.

Renjun berdecak kesal. "Ck! Sabar."

Renjun segera membuka bingkisan tersebut. Sedangkan anggota lain kecuali Chenle menatap intens isi bingkisan tersebut. Mata mereka tidak berkedip selama beberapa saat sampai perkataan Jeno membuyarkannya.

"Sepertinya dia dekat denganmu," ucapnya.

"Tapi siapa?"

"Mana aku tahu. Lagi pula itu untukmu."

Renjun memerhatikan bentuk gantungan kunci dengan gambar karakter kesukaannya. Moomin. Dilihat dari desainnya, ia dapat memperkirakan kalau harganya cukup mahal. Terlebih, sepertinya memang dibuat secara khusus. Mana ada nama yang tercetak di sana dengan huruf hanzi.

[ Hanzi : huruf Cina ]

"Gantungannya bagus. Aku menyukainya. Siapa pun yang memberikannya, dia baik sekali," cetus Renjun senang.

"Apa mungkin itu dari salah satu penggemarmu?" terka Jaemin.

"Itu masuk akal."

"Kalau benar, aku menghargainya. Tapi bagaimana kalau bukan?"

"Ya sudah. Lagi pula gantungan kunci itu tidak berbahaya juga."

"Kau benar."

Sedangkan Chenle yang masih berbaring dengan mata terpejam mendengarkan semua percakapan itu. Airpods yang dikenakannya hanya alasan agar terlihat seperti mendengarkan musik, padahal tidak sama sekali.

Semuanya. Tanpa terkecuali.

Chenle menghela napas pelan. "Seandainya dia tahu siapa orang itu, mungkin tidak akan senang. Kalau aku jadi dirinya, sudah kubuang jauh-jauh," gumamnya pelan.

Tanpa disadarinya, Jisung yang berada tak jauh darinya mendengar gumaman tersebut. Menimbulkan kerutan di keningnya . Entah kenapa Jisung seperti tahu maksud dari gumaman Chenle.

Jisung menggelengkan kepalanya. Mengenyahkan dugaan yang hinggap di pikirannya.

Aku harap bukan seperti dugaanku.



🐾🐾🐾

Malam harinya, Renjun berdiri di depan wastafel di kamar mandi. Menatap pantulannya yang memperlihatkan wajah pucat. Mungkin karena dia sedikit lupa meminum obatnya hari ini. Padahal dokternya sering memperingatinya untuk tidak melewatkan sama sekali. Namun, karena dia sedang dalam suasana hati yang tidak biasanya sampai melupakan hal penting tersebut.

Renjun menatap telapak tangannya yang memegang beberapa pil dengan beragam bentuk, lalu memasukkannya ke dalam mulut. Kemudian menegak satu gelas air putih untuk mendorong obat tersebut turun. Renjun meringis ketika rasa pahit obatnya terkecap oleh lidah.

Renjun kembali menatap pantulan di cermin. Raut mukanya tampak tanpa emosi sama sekali. Namun, perlahan kedua sudut bibirnya terangkat. Menampilkan lengkungan kecil yang manis.

"Perlihatkan bahwa kau bahagia."

Ya, bahagia. Salah satu emosi yang tidak dapat dijabarkan bagaimana ketika dirasakan. Seolah kehilangan kalimat tersebut di dalam kepala.

Renjun menghela napas pelan, lalu meninggalkan kamar mandi. Ketika melewati ruang tengah, di sana ada Jeno dan Haechan yang sepertinya sedang mengobrol serius.

"Di mana yang lainnya?" tanyanya.

"Hm? Jaemin mungkin sudah tidur. Sepertinya dia kelelahan. Kalau Jisung dan Chenle sibuk di dapur," jawab Jeno.

Renjun menganggukkan kepalanya. Baru saja akan kembali melangkahkan kakinya, perkataan Haechan membuatnya berhenti.

"Oh ya, aku mendapat pesan dari Doyoung hyung. Katanya dia ingin bertemu denganmu. Ada sesuatu yang ingin dibicarakan. Tapi, saat kutanya dia bilang bukan urusanmu. Kan aku jadi penasaran. Memangnya apaan?" Haechan bicara tanpa henti.

Renjun mengedikan bahunya. "Tidak tahu."

"Ck, aku kira kau mengetahuinya."

"Hm."

"Kau mau ke mana?" tanya Jeno.

"Tidur."

Jeno dan Haechan mengangguk paham. "Ya sudah, kau juga sepertinya lelah sekali. Wajahmu pucat sekali seperti vampir," ledek Haechan usil.

"Heh!"

"HAHAHAHA."

"Hah, kalau begitu aku tidur dulu. Selamat malam," pamitnya.

"Selamat malam."

Renjun pun meninggalkan kedua temannya itu.

Setelah punggung pemuda mungil itu hilang dari pandangan keduanya, Haechan segera mengubah ekspresi cerianya menjadi serius.

"Kau tahu, entah kenapa aku merasa banyak sekali yang disembunyikan oleh Renjun. Entah itu tentang dirinya yang sering ke rumah sakit bersama Doyoung hyung atau pun tentang siapa yang sering dikabari olehnya," ujar Haechan serius.

"Aku sependapat denganmu. Padahal, seingatku Doyoung hyung dan Renjun itu canggung satu sama lain. Tapi, kenapa akhir-akhir ini tampak dekat. Aku bukan tidak suka ya, justru sangat senang. Hanya saja ini terlalu tiba-tiba," sahut Jeno seraya menyandarkan punggungnya pada sofa.

Chenle dan Jisung berjalan menghampiri mereka dengan dua cup ramyeon. Sedangkan Jisung membawa empat bubble tea yang dibelinya sepulang dari perusahaan. Mereka berdua duduk di karpet, lalu menonton televisi.

"Hei, kenapa kalian tidak bilang akan membuat ramyeon. Aku juga mau tahu," protes Haechan.

"Kau tidak bilang," sahut Chenle enteng.

Haechan berdecak. "Ck."

"Dari pada protes begitu, nah minum saja ini." Jisung memberikan dua bubble tea-nya pada Jeno dan Haechan yang tentu saja diterima dengan senang hati oleh kedua kakaknya. Terutama Haechan.

Ketika Chenle asyik melahap ramyeon-nya, Haechan bertanya padanya.

"Chenle, apa kau tahu sesuatu tentang Renjun?"

UHUK!

Chenle tersedak. Jisung dan kedua kakaknya mendadak panik.

"Uhuk! A ... air! Uhuk!" pinta Chenle.

Jisung segera menyerahkan minumannya pada Chenle. Pemuda itu langsung menyedotnya dengan rakus agar menghilangkan rasa panas yang masuk ke tenggorokannya.

Setelah beberapa saat, ia merasakan tenggorokannya cukup tenang. Haechan yang melihat itu memicingkan matanya. Sedangkan Jeno dan Jisung menghela napas lega.

Sambil mengusap bibirnya, Chenle menoleh pada Haechan. "Kenapa kau bertanya begitu?"

"Siapa tahu kau mengetahui apa yang tidak kami ketahui." Seulas senyum dingin muncul ketika dia mengatakan itu.

"Tidak. Aku tidak tahu apa pun," sahutnya cepat.

"Benarkah?" Chenle mengangguk. "Ya sudah."

Setelah itu, Haechan tidak bertanya lagi. Ia malah membuka ponselnya dan mulai bermain game. Tidak menyadari jika Chenle sedang menundukkan kepala sambil merenungkan sesuatu.

Maafkan aku, Hyung. Walaupun aku memang mencurigai sesuatu darinya, tetap saja aku tidak tahu apa pun. Aku masih menyelidikinya.

🐾🐾🐾

To be continued

Hehe, udah double update 'kan?

Sampai ketemu nanti.

Vote and comment juseyo yeoreobun

Regards

Aprilia Hidayatul

Continue Reading

You'll Also Like

453K 4.8K 85
โ€ขBerisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre โ€ขwoozi Harem โ€ขmostly soonhoon โ€ขopen request High Rank ๐Ÿ…: โ€ข1#hoshiseventeen_8/7/2...
150K 15K 38
[END] kisah kehidupan empat remaja asing yang disatukan oleh takdir sehingga terjalinnya tali persaudaraan. Menghadapi susah senang bersama dari keci...
236K 35.4K 64
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
57.5K 6.9K 22
[COMPLETE] Ingatlah bahwa aku akan selalu mendukungmu disini, ingatlah bahwa aku akan selalu menjadi rumahmu. cover by: athaeral