00.00

By ameysiaa

54.9M 5.6M 2.7M

"πš‚πšŽπš™πšŠπšœπšŠπš—πš πš•πšžπš”πšŠ πš’πšŠπš—πš πš‹πšŽπš›πšŠπš”πš‘πš’πš› πšπšžπš”πšŠ." -π’œπ“‚π‘’π“Žπ“ˆπ’Ύπ’Άπ’Ά, 𝟒𝟒.𝟒𝟒 "Tolong jemput g... More

Prolog-00.00
00.30
01.00
01.30
02.00
02.30 + cast
03.00
03.30
04.00
05.00
05.30
06.00
06.30
07.00
07.30
08.00
08.30
09.00
09.30
10.00
10.30
11.00
11.30
12.00
12.30
13.00
13.30
14.00
14.30
15.00
15.30
16.00
16.30
17.30
18.00
18.30
19.00
19.30
20.00
20.30
21.00 up nanti malam
21.00
21.30
22.00
22.30
23.00
23.30
00.00-Epilog
01.00 (Lanjutan 00.00)
01.00 Terbit

04.30

1.1M 115K 23.2K
By ameysiaa

3 part dalam satu hari nih, jangan lupa vote dan komennya ya vren🥺❤

Suasana kelas berangsur sepi karena bel istirahat sudah berbunyi beberapa saat yang lalu, hanya terlihat beberapa siswa yang masih berada di dalam kelas, entah itu untuk ngerumpi atau hanya sekedar main ponsel seperti yang Kara lakukan sekarang.

Prima yang tadi pergi mengajak Geo ke kantin karena takut cowok itu depresot berkepanjangan tiba-tiba datang dan langsung menarik Kara untuk ikut dengannya keluar kelas.

"Eh lo mau bawa gue kemana?" tanya Kara yang sudah ditarik keluar kelas.

"Lo nggak liat pengumuman di grup?" tanya balik Prima.

"Hah? Pengumuman?"

"Ikut gue aja dulu, kita udah terlambat." Mau tak mau Kara mengikuti arah tarikan Prima, gadis itu membawanya ke lab biologi yang berada di lantai 3 sekolah.

"Peserta seleksi Olimpiade biologi disuruh berkumpul," jelas Prima saat dirinya dan Kara sudah berada di dalam lab, terlihat beberapa peserta seleksi dari kelas lain yang juga ada di sana.

Kara dan Prima aktif dalam organisasi KIR sehingga dari beberapa minggu yang lalu mereka sudah dikonfirmasi untuk bersiap-siap dalam pelaksanaan seleksi peserta olimpiade.

Kedua orang itu segera duduk di kursi yang telah disediakan ketika guru pembimbing masuk ke dalam ruangan.

"Siang, Anak-anak!" sapa Dinda, guru pembimbing untuk olimpiade Biologi.

"Siang, Bu!" sahut semua siswa di dalam ruangan itu.

Tok tok tok.

Suara ketukan di pintu membuat semua orang yang berada di dalam ruangan menoleh ke arah sana.

Naka dan Nilam muncul berdua dari balik pintu. Prima yang melihat itu segera menoleh ke arah Kara yang duduk di sampingnya.

Gadis itu menghela napas, terlihat Kara yang sudah memasang ekspresi dongkolnya.

"Tuh anak kenapa kumat mulut sih begonya?" tanya Prima setengah berbisik ke Kara.

Kara masih fokus melihat Naka dan Nilam yang berdiri di depan Dinda memberi tahu alasan keduanya terlambat.

Kara menghela napas pelan sebelum akhirnya menoleh ke Prima yang masih menunggu jawabannya.

"Abis kali obat gilanya," ucapnya dan langsung memainkan ponsel, menghiraukan Naka yang datang duduk di sebelahnya, begitu juga Nilam yang mengekori cowok itu.

"Udah lama kalian di sini?" tanya Naka begitu mendaratkan bokongnya di kursi, namun ia sama sekali tak mendapat tanggapan dari Kara maupun Prima.

Kedua sahabat itu menyibukkan diri dengan ponsel di hadapan masing-masing.

"Kara," panggil Naka, ia menghadapkan tubuhnya ke gadis itu, membelakangi Nilam.

"Kar."

"Apaan?" balas gadis itu datar dan singkat.

Naka terdiam sejenak sebelum akhirnya menghela napas pelan, ia menatap mata Kara yang sibuk memainkan ponselnya lalu kemudian tersenyum tipis.

Tangannya naik menyelipkan sejumput rambut Kara ke belakang daun telinga gadis itu.

"Gak kenapa-kenapa."

Ia akhirnya kembali membenarkan posisi duduknya menghadap ke depan kelas. Ia melirik sekilah ke arah Nilam yang fokus menatap ke depan sebelum akhirnya menghela napas lelah.

"Baik, tidak perlu berlama-lama ibu akan langsung menjelaskan tentang mekanisme seleksi peserta olimpiade tahun ini terkhusus di bidang Biologi." Dinda membuka buku yang berisi catatan penuh tentang mekanisme seleksi.

"Jadi masing-masing peserta akan di tugaskan untuk membuat sebuah essay, tema essay-nya adalah 'Aplikasi Medis dari Stem Cell'."

"Yang terpenting, silahkan essay-nya di tulis tangan."

"Kalian harus benar-benar mengerjakannya dengan baik karena itu yang akan menjadi penentu terbesar peluang kalian untuk lolos atau tidak."

"Ingat hanya beberapa yang akan lolos seleksi, jangan sia-siakan kesempatan kalian. Sampai sini paham?" tanya Dinda setelah memberi penjelasan panjang.

"Paham, Bu!" jawab semua siswa serentak.

Dinda kemudian keluar dari ruangan setelah menyampaikan seluruh ketentuan dan syarat yang wajib dilakukan.

Kara tanpa sadar menghela napas panjang, seleksi kali ini akan jadi pembuktian terhadap kedua orang tuanya, benar ia tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan kali ini.

Kalau ia berhasil mengalahkan Nilam kali ini, maka Erik dan Nina tidak akan menyiksanya lagi. Jadi ia harus lolos dengan cara apapun.

Cara apapun.

Nilam yang duduk di samping Naka, memperhatikan gerak gerik Naka yang sedari tadi menatap Kara dengan raut wajah khawatir.

Melihat raut wajah khawatir milik laki-laki itu membuat Nilam mendengus geli. Tangannya dengan segera meraih wajah Naka, membuat cowok yang tadi menatap Kara kini ganti menatap wajahnya.

Aktifitas keduanya dapat dilihat dengan jelas oleh Kara.

"Gak usah takut, Ka," ucap Nilam sambil tersenyum miring. Sementara Naka hanya bisa terdiam sambil menatap pasrah gadis di hadapannya.

Prima yang kesal melihat Kara yang tidak mengambil tindakan apapun terhadap dua orang gila itu segera berdiri dari tempat duduknya, membuat semua siswa di ruangan itu menoleh ke arahnya.

Dengan segera Prima maju mendekat ke arah keduanya lalu menghempas tangan Nilam yang berada di wajah Naka.

Tangan Nilam terpentok di atas meja membuat gadis itu memekik kesakitan.

"Heh! Cabe-cabean ngapain lo?" serang Nilam.

Prima menatap Nilam tak percaya lalu kemudian tertawa keras.

"Kalau gue cabe-cabean lo apa sinting? Tante girang?"

Bisik-bisik serta tawa siswa lain terdengar jelas di ruangan itu.

"Prim!" tegur Naka, ia menatap tajam gadis itu.

"Apa, hah?" tanya Prima menantang. Sementara Kara yang duduk di antara keduanya hanya bisa diam dan menatap ke depan kelas.

"Gak usah sentuh-sentuh Nilam!" peringat Naka.

"Emang Nilam siapa lo? Kok peduli banget? Pacar lo?" sembur Prima, membuat beberapa siswa kembali berbisik-bisik pelan mendengar ucapan gadis itu.

"Bukan, kan?"

Naka melirik ke arah Kara yang hanya diam, ia kembali menatap Prima.

"Gak usah ikut campur."

Prima mendengus geli. "Lo nyakitin sahabat gue, dan apapun yang berhubungan dengan sahabat gue jadi urusan gue juga!"

"Lo juga, Kar! Marahin kek, tampar kek, apa kek!" Prima menggerutu sebal ke Kara yang sedari tadi memilih bungkam.

Kara menghela napas pelan sebelum akhirnya menoleh ke Naka dan Nilam secara bergantian.

"Percuma Prim, gue juga udah sering koar-koar kayak lo, cuma ya gitu ...." Kara menjeda ucapannya.

"Percuma bicara sama orang-orang yang gak punya otak."

"Gak punya hati."

"Dan gak punya malu," tandasnya.

"Kar—"

Mata gadis itu beralih menatap Nilam yang kini balas menatapnya datar. "Kita lihat aja nanti, apa sifat perebut milik nyokapnya itu bakal turun ke dia juga."

Kara tersenyum miring ketika melihat perubahan raut wajah milik Nilam.

"Maksud lo apa?" Urat leher Nilam menegang.

Kara memukul pelan kepalanya. "Aduh, gue lupa—" Gadis itu tersenyum miring. "—lo kan harus dijelasin pake bahasa binatang dulu baru ngerti."

Nilam memukul meja lalu berdiri dari kursinya. "Berani lo ama gue!?"

"Berani! Emang sejak kapan gue takut ama binatang?"

Ucapan Kara membuat ruangan itu kembali terisi bisik-bisik, tawa, bahkan sorakan dari siswa-siswi lain.

"Kar—" Ucapan Naka terpotong begitu Kara menatap laki-laki itu tajam, tanpa bersuara Naka sudah tau kalau ia disuruh untuk tetap diam.

Mulut Nilam terbuka mendengar perkataan Kara, tangannya terkepal kuat di sisi tubuhnya.

"ISHHH! GUE GAK SUKA SAMA LO!" teriak gadis itu.

Pandangan Kara yang sedari tadi menatap Naka kini beralih kembali menatap kedua mata Nilam, senyum miring kembali dipamerkan gadis itu.

"Emang nggak ada binatang yang suka sama gue."

•••
tbc.

Sungguh penuh urat vren part ini

Nih bonus foto snapgram lengkara untuk part kemarin

Jangan lupa follow instagram mereka ya vren

Ig Masnaka @masnakarstu

Continue Reading

You'll Also Like

196 96 5
Pernahkah kalian menyukai seseorang, tapi tak ingin mengungkapkannya? Bagaimana rasanya? Biasanya kalian menyebutnya dengan istilah 'Crush' bukan?. T...
11.8M 736K 55
Sejak orang tuanya meninggal, Asya hanya tinggal berdua bersama Alga, kakak tirinya. Asya selalu di manja sejak kecil, Asya harus mendapat pelukan se...
2.3M 210K 52
TERSEDIA DI GRAMEDIAπŸ“ "Aku terlalu lelah untuk terus berkelana di bawah hujan." Legenda Negeri Angkasa. Sosok laki-laki yang rasa sabarnya tidak per...
498K 17.9K 4
Start Nulis : 10 September 2021 Finish : #duniakampus 17 September 2021 Kisah yang sebenarnya tidak menarik sih, tapi bisa saja membuat kalian terta...