Me and Senior

By dellahafidhh

10.7K 1.7K 545

(SLOW UPDATE) Seorang gadis cantik yang selalu terlihat jutek dan jarang berbicara dengan orang asing, tidak... More

Perkenalan Tokoh
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23

Chapter 16

278 24 3
By dellahafidhh

Jangan lupa vote dan komen kalian ya
Silahkan tinggalkan jejak dengan tekan tanda bintang dan berikan komentar, kritik serta saran.
Terimakasih banyak.



Happy Reading! ❤
_______________________________________

Tidak terasa dua hari telah berlalu, kini Audrey sedang berada di dalam ruangan Olimpiade. Siswa siswi dari berbagai penjuru kota yang mewakili sekolahnya masing masing sedang fokus pada soal demi soal yang ada pada lembar kertas.

Hanya detik jam yang mengisi suara dalam ruangan mencekam tersebut.

Hingga beberapa jam sudah terlewati, soal pun sudah Audrey selesaikan dengan mengerahkan segala kemampuan yang dimilikinya.

Kini saatnya Audrey mencari keberadaan Reynand yang sedang menunggunya untuk fitting baju resepsi pernikahannya.

Audrey segera menuju keberadaan mobil tersebut setelah menemukannya di parkir bagian belakang. Keinginannya sekarang hanya segera menyelesaikan urusan gaun lalu istirahat dirumahnya.

Reynand hanya melirik sekilas keberadaan Audrey di sampingnya yang sedang menghela napas.

"Gimana?" tanya Reynand dengan melajukan mobil.

"Apanya?" tanya balik Audrey.

"Hasilnya lah"

"Belum tahu, tapi gue yakin bakal jadi juara satu lagi" jawab Audrey bangga.

"Jangan sombong lo" ujar Reynand sinis.

"Bukan sombong, tapi emang kenyataannya gitu"

"Nyesel gue tanya" Reynand tak habis pikir jika Audrey memiliki tingkat kepercayaan diri yang sangat tinggi.

"Lo gak undang temen temen basket atau OSIS lo kan?"

Reynand tampak memutar bola matanya jengah, "Lo mau gue undang mereka?" jawabnya dengan pertanyaan juga.

"Ya gak gitu juga. Gue kan cuma tanya, siapa tau lo undang apalagi si kakak kelas yang demen banget sama lo itu"

"Gue gak segila itu buat undang mereka"

"Bagus deh kalo lo masih bisa mikir" ucapnya dengan sangat enteng, tidak memikirkan Reynand yang sedang menahan kesal.

"Gue cuma undang Raka sama Revan. Sebaiknya lo juga cuma undang Aletta sama Anindya"

"Hmm" deham Audrey.

Beberapa menit kemudian sepasang remaja tersebut sudah sampai di butik milik Mami Desi.

"Siang non Audrey," sapa ramah salah satu karyawan butik.

"Siang. Mba Ririnya mana?"

"Didalam non, mari saya antar"

Audrey dan Reynand mengikuti karyawan tersebut, sambil sesekali Reynand memperhatikan butik milik mertuanya itu.

"Lo tunggu disana aja" tunjuk Audrey pada sofa disudut ruangan.

Audrey melangkah menuju ruangan dimana terdapat banyak gaun yang sudah dipilihkan oleh maminya.

"Kamu pilih aja yang kamu suka Audrey" ujar Riri memperlihatkan beberapa gaun didepannya.

Audrey tampak serius memilih gaun yang berjejer di tiap patung. Walaupun ia enggan untuk mengadakan acara ini, namun keinginannya dari dulu hanya ingin memakai gaun pernikahan sekali yang artinya pernikahan sekali seumur hidupnya. Maka ia ingin benar benar menjadi ratu untuk kali ini dan berarti ia akan memulai untuk berusaha menerima bagaimanapun keadaannya.

Senyum Audrey merekah setelah menemukan gaun yang ia sukai. Dengan semangat ia segera memakainya yang dibantu oleh mba Riri.

Sesuai dengan dugaan, gaun tersebut sangat indah pada tubuhnya, terlihat lekuk tubuhnya yang sangat sempurna.

"Mantap Audrey," sanjung Riri yang dibalas senyuman penuh semangat milik Audrey.

"Gimana?" tanya Audrey dengan senyuman yang masih mengembang setelah sampai didepan Reynand.

Tidak ada respon yang diberikan oleh Reynand, wajahnya kelewat sangat datar.

"Coba balik badan!"

Masih dengan senyum yang indah Audrey menuruti perintah Reynand.

Betapa kagetnya Reynand setelah melihat punggung mulus milik Audrey. Bahkan ia sampai dengan susai payah menelan salivanya.

"Ck. Ganti!" berdecak kesal.

Alis gadis itu saling bertaut, "Hah?"

"Ganti gue bilang! Lo gak denger?"

"Kenapa ganti? Gue suka. Cantik banget gaunnya" Audrey menatapnya heran sekaligus kesal.

"Terlalu terbuka" jawabnya dengan bersedekap dada.

"Ngeselin banget lo" celetuk Audrey.

Dengan rela tak rela, ikhlas tak ikhlas Audrey harus tetap harus rela sekaligus ikhlas untuk mengganti gaun tersebut.

"Sabar ya" ucap Riri menyemangati walau diselingi dengan tawa kecil.

"Coba ini" sambungnya memberikan gaun yang tidak kalah bagus dari gaun sebelumnya.

Lagi lagi Audrey dibuat heran dengan sikap Reynand.

"Kenapa lagi? Ini punggung gue ketutup"

"Gak. Ganti!"

"Cari yang gak terbuka dan gak ada belahan itu di kaki lo" lanjutnya dengan sangat datar.

Audrey yang sudah geram sendiri itu mulai menggerakkan giginya.

"Gak tahu model banget itu si es batu" gerutu Audrey.

Sedangkan Riri yang melihat reaksi sepasang remaja tersebut hanya bisa geleng geleng kepala dengan tetap fokus mencari gaun sesuai request dari Reynand.

Setelah mendapatkan gaun yang tidak terlalu terbuka dan tidak memiliki belahan seperti yang Reynand maksud, Riri segera menyerahkannya pada Audrey.

"Gue berharap yang ini cocok" ujar Riri.

"Semoga aja" jawabnya lesu.

Kini Audrey sudah pasrah akan respon Reynand, "Gimana? Jangan bilang gue harus ganti lagi!"

"Perfect" jawab Reynand dengan senyuman lebar yang mampu menghipnotis orang yang melihatnya.

Audrey hanya dapat tersipu malu akan ucapan dan senyum Reynand. Seketika rasa kesalnya menguap ke udara.

Kini giliran Reynand yang memilih setelan jasnya.

Betapa cocoknya jas yang dikenakan Reynand, hingga membuat Audrey tak berkedip sama sekali.

"Gimana?" tanya Reynand menatap Audrey.

Sontak Audrey tersadar dan menundukkan kepalanya malu, "Iya"

Setelah menyelesaikan urusan gaun beserta jas yang akan mereka pakai pada acara resepsi besok, Audrey merengek seperti anak kecil karena ingin makan sesuatu yang berbau seafood.

Reynand sedikit terkekeh dengan sifat Audrey yang ternyata jauh dari ekspektasi dan yang bisa ia lakukan hanya menurutinya.

Setelah sampai direstoran yang Audrey pilih ia buru buru untuk mencari tempat duduk dan segera memesan makanan yang diinginkannya.

"Pelan pelan! Gue gak minta" perintah Reynand karena melihat Audrey yang sangat semangat dengan makanannya.

"Bodoamat, gue laper" ujarnya ketus.

"Lo udah kayak belum makan berbulan bulan tau gak, malu sendiri gue liatnya"

"Kalo malu gak usah dilihat. Sana jauh jauh!"

Reynand menatap sekilas pengunjung lainnya dan segera melanjutkan memakan makanannya tanpa memperkeruh suasana, karena jika ia meladeni ucapan Audrey sudah dipastikan akan menjadi pusat perhatian orang.

Diperjalanan pulang menuju rumah orangtua Audrey. Mereka hanya disibukkan dengan pikiran masing masing.

Reynand tetap fokus pada kemudinya dan sesekali melirik gadis disampingnya. Sedangkan Audrey hanya membaca sebuah novel dengan earphone yang ada di kedua telinganya.

"Jangan sampek ya gue diceramahin mama karena muka lo yang ditekuk terus" papar Reynand yang tidak dijawab Audrey, walaupun samar samar ia tetap mendengar ucapan itu.

Kali ini Audrey menutup novelnya dan memandang arah luar dari jendela sampingnya.

Karena tidak ada respon yang diberikan, Reynand segera menepikan mobilnya.

Ditatapnya Audrey yang tetap tidak bergeming sama sekali dengan pandangannya. Tangan Reynand meraih dagu Audrey untuk menatapnya serta mencondongkan tubuhnya agar lebih dekat dengan Audrey.

Kini pandangan mereka saling bertemu, "Lo denger kan?" tanya Reynand dengan tatapan intens.

Audrey tersadar dan segera memalingkan wajahnya kesembarang arah, "Iya"

"Kenapa? Padahal tadi lo seneng banget waktu makan bahkan sampek ngerengek ke gue"

"Gak" jawab Audrey sangat singkat.

"Gak usah kayak cewek banget deh lo, setiap ditanya cuma bilang enggak, enggak dan enggak" ledek Reynand.

Gadis itu melotot kesal kearah Reynand, "Apa lo bilang, gak usah kayak cewek gimana maksudnya? Gue ini emang cewek kalo lo lupa"

"Gue masih marah sama lo" lanjutnya.

Katakan saja memang Audrey yang tidak tahu malu, beberapa saat tadi ia merengek untuk dibelikan makanan dan sekarang ia malah kembali marah kepada Reynand.

"Marah sama gue? Kenapa?" ucapnya sangat polos.

"Masih tanya lagi. Lo yang gak bolehin gue pakai gaun itu" jawabnya bersedekap dada seraya menatapnya tajam.

"Santai dong. Hati hati mata lo itu, serem gue lihatnya"

Reynand tampak menghela napasnya sebelum menjawab.

"Ada alasannya kenapa gue gak bolehin lo pakai gaun itu, yang pertama gue gak suka berbagi kesemua laki laki buat lihat apa yang seharusnya jadi hak gue sepenuhnya. Dan yang kedua, gue gak suka lo ditatap banyak laki laki karena punggung dan paha lo yang dengan sengaja lo tontonin ke mereka"

"Ya walaupun kita nikah karena hal yang tak terduga sama sekali. Tapi tetap jadi kewajiban gue buat selalu ingetin lo bahwa lo itu istri gue" sambungnya tegas.

"Gue pilih gaun terakhir karena menurut gue, itu yang gak terbuka dibandingkan pilihan lo sebelumnya. Walaupun bahu lo masih ter ekspos tapi setidaknya paha dan punggung lo enggak"

"Sampek disini paham?" tanya Reynand dan dijawab dengan anggukan.

Audrey segera memalingkan wajahnya, jangan sampai Reynand melihat pipinya yang sudah merona.

Bisa diledek habis habisan jika Reynand mengetahui bahwa ucapannya tadi berhasil membuat blushing.

Sesampainya mereka dirumah, Audrey langsung menuju kamarnya.

"Audrey kenapa?" tanya mami Desi kepada Reynand.

"Capek mungkin mi"

"Banyak banyak sabar ya ngadepin anak mami yang satu itu" ujarnya terkekeh yang diikuti senyuman Reynand.

"Tapi gaun pernikahan beres kan Rey?"

"Beres mi, Rey keatas dulu ya mi"

Audrey segera mengganti seragamnya dengan baju rumahan dan langsung menuju balkon untuk mencari udara segar. Walaupun hari ini sinar matahari sangat terik, tetap tidak mengurungkan niatnya untuk pergi kesana.

Sedangkan Reynand yang baru saja memasuki kamar dibuat heran karena melihat Audrey, "Panas panas gini malah duduk diem dibalkon" gumannya pelan.

Reynand memutuskan untuk bermain game dengan bersandar pada kepala ranjang. Hingga sampai ia bosan dan tertidur.

Disaat Audrey masuk ke kamar ternyata Reynand tertidur sangat pulas, ia hanya melihat sekilas lalu turun kebawah menemui maminya.

Audrey langsung memeluk maminya yang mengakibatkan sang mami kaget dengan ulah anak gadisnya itu.

"Kamu suka banget bikin mami kaget" ujarnya sambil mencubit pipi Audrey.

"Reynand mana?"

"Tidur"  jawabnya semakin mengeratkan pelukannya.

"Kenapa?"

"Kangen sama mami"

"Mami juga kangen sama kamu" sambil membalas pelukan anaknya.

"Gimana kamu sama Rey, baik baik aja kan di apartemen?" tanya mami Desi tetap memeluk Audrey.

"Gitulah mi, masa ya kemarin Audrey gak dibangunin dan alhasil telat. Pas di sekolah harus kena hukum juga lari keliling lapangan. Tega banget" adu Audrey.

"Bukan gak dibangunin mi, Audrey aja yang susah dibangunin. Padahal Rey udah bangunin beberapa kali" ujar Reynand dari arah tangga yang sedari tadi sudah memperhatikan interaksi antara anak dan maminya itu.

Audrey mendengus kesal, "Nyambung aja si es batu"

"Gak boleh gitu sama suami" nasihat maminya

"Terserah mami deh. Audrey mau berenang aja mumpung masih dirumah"

"Jangan lama lama, inget besok acara! Jangan sampai sakit"

"Iya mami" teriak Audrey.

Bisa bisanya Audrey malah mau berenang.
Kan gak lucu kalau pas acara malah masuk angin wkwk

Follow ig : @dellahafidh

See you next chapter❤❤

Continue Reading

You'll Also Like

636K 43K 40
"Enak ya jadi Gibran, apa-apa selalu disiapin sama Istri nya" "Aku ngerasa jadi babu harus ngelakuin apa yang di suruh sama ketua kamu itu! Dan inget...
715K 33.9K 40
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...
2.3M 155K 49
FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!! "𝓚𝓪𝓶𝓾 𝓪𝓭𝓪𝓵𝓪𝓱 𝓽𝓲𝓽𝓲𝓴 𝓪𝓴𝓾 𝓫𝓮𝓻𝓱𝓮𝓷𝓽𝓲, 𝓭𝓲𝓶𝓪𝓷𝓪 𝓼𝓮𝓶𝓮𝓼𝓽𝓪𝓴𝓾 𝓫𝓮𝓻𝓹𝓸𝓻𝓸𝓼 𝓭𝓮𝓷𝓰𝓪�...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

3.7M 224K 28
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...