PROMISE 2

De hafidzah1312

52.6K 6.7K 734

"Inikah caramu menghukum ku?Jika iya, kau benar-benar berhasil melakukannya." "Mengapa kau tak mengatakannya... Mais

Flashback
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32 ( Flashback)
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36 (End)
CERITA BARU
NEW STORY

Part 15

1.2K 204 26
De hafidzah1312

Yeri tak bisa menghentikan tawanya melihat ke tiga kakak angkatnya berdebat perihal seorang laki-laki. Lebih tepatnya mereka sedang menggoda Chaeyoung. Dapat Yeri lihat wajah kesal seorang Hwang Chaeyoung yang tentu saja menggemaskan menurutnya. Dia seperti bukan Chaeyoung yang terlihat dewasa ketika di depan Yeri.

"Kau bahkan sudah mendahuluiku." ucap Jennie.

"Ah benar, Kak Jisoo dan Kak Jennie saja belum pernah berkencan."

Lisa terus saja tertawa di ikuti saudarinya yang lain, kecuali Chaeyoung.

"Jika begitu carilah pasangan. Jangan seperti tidak laku saja."

"Hey kau mengataiku tidak laku?"

Chaeyoung hanya mengangkat kedua bahunya. Tentu saja ucapan Chaeyoung membuat kakak keduanya itu kesal.

"Sudah-sudah, kalian ini. Tidak bisakah untuk tidak membuat keributan. Yeri pasti pusing mendengar suara kalian."

Tiffany datang melerai perdebatan kecil anak-anaknya. Membuat mereka langsung diam, tak ada yang berani membantah jika sang Ibu sudah bertindak. Tiffany berjalan mendekati Yeri, ia mengambil sehelai tisu di samping bangsal Yeri.

"Sampai berkeringat begini, apa kau lelah?"

Yeri menggeleng, ia malah tersenyum. Ibunya itu terlihat sibuk mengusap peluh di wajahnya. Yeri sangat bersyukur, kehadiran keluarga Hwang benar-benar membuat Yeri bahagia.

"Ma, Kak Jisoo belum datang?" tanya Yeri.

"Mungkin sebentar lagi, Papamu sedang menjemputnya."

Beberapa hari lalu Jisoo kembali ke Seoul untuk urusan pendidikan. Dan hari ini gadis itu akan kembali pulang ke Jakarta. Terkadang Yeri berpikir apa kakaknya itu tidak lelah karna harus bolak-balik Jakarta-Seoul.

"Ma, kapan aku bisa pulang?"

Tiffany menyudahi kegiatannya mengusap peluh Yeri. Ia menatap Yeri seraya mengusap lembut kepala putri angkatnya itu. Tiffany tau, Yeri merasa bosan terus berada di rumah sakit. Bahkan ini sudah kesekian kalinya Yeri bertanya dan meminta untuk pulang.

"Kau akan pulang jika sudah sembuh Yeri." jawab Lisa.

Selalu seperti itu, Yeri sudah sangat ingin keluar dari gedung berbau obat-obatan itu.

"Yeri ingin pulang?" tanya Tiffany dengan tatapan lembutnya. Putrinya itu mengangguk. Ia sebenarnya juga tidak tega setiap kali melihat wajah memohon Yeri. Tapi apa boleh buat, kondisi Yeri belum memungkinkan untuknya pulang.

"Mama akan bicarakan dengan Dokter."

Mata Yeri berbinar mendengar ucapan Ibunya. Setidaknya kemungkinan untuknya pulang bisa di percepat. Ia sungguh bosan berada di rumah sakit.

"Benarkah?"

Tiffany mengangguk. Tanpa aba-aba Yeri langsung memeluknya. Ia tersenyum seraya mengusap lembut punggung Yeri.

Ya Tuhan, bagaimana aku bisa sesayang ini padanya? Apa aku akan benar-benar membuatnya kembali pada keluarga kandungnya? Apa aku siap dia jauh dari jangkauanku?

Batin Tiffany.

Tiffany tak ingin egois. Cepat atau lambat Yeri pasti akan mengingat sebagian memorinya yang hilang. Gadis itu pasti akan tau jika keluarga kandungnya juga sangat menyayanginya.

Jennie, Chaeyoung dan Lisa menatap sendu pemandangan di hadapannya. Dua orang Ibu dan anak, meski tak terikat hubungan darah tapi keduanya begitu dekat. Bahkan jika boleh berharap, mereka ingin Yeri tetap berada di tengah-tengah mereka.

......

Joy berdiri di depan sebuah ruang rawat, ia berulang kali menarik nafas lalu ia hembuskan. Sekedar menghilangkan keraguannya untuk menemui seseorang di dalam sana. Saat di tengah perjalanan pulang, Joy meminta sang Ibu mengantarnya ke rumah sakit. Awalnya Irene menolak, wanita itu takut jika Yeri menolak kehadiran Joy. Tentu hal itu akan berpengaruh pada kondisi Yeri, juga Joy akan tersakiti karna mendapat penolakan dari adik kandungnya.

Huft

Klekk

Joy perlahan membuka pintu di hadapannya. Semua mata langsung tertuju ke arah pintu dimana Joy berdiri saat ini.

Joy menatap orang-orang disana. Tatapannya terhenti pada Yeri, adik bungsunya itu juga sedang manatapnya.

"Joy, kau rupanya. Masuklah." ucap Tiffany seraya menghampiri gadis bongsor itu.

Jennie sempat khawatir dengan reaksi Yeri nantinya. Ia takut jika Yeri kembali berteriak karna ketakutan. Akan selalu begitu jika Yeri bertemu keluarga kandungnya.

Joy sedikit membungkukkan tubuhnya.

"Kau sendirian? Tidak bersama Mommymu?" tanya Tiffany yang menuntun Joy untuk masuk.

"Mommy menunggu di mobil."

Tiffany mengangguk. Ia mengerti situasinya.

Joy kembali menatap Yeri yang juga masih setia menatapnya. Aneh, Yeri hanya diam. Tidak ketakutan seperti yang kedua kakaknya katakan.

"Yeri, kakakmu datang. Kau pasti sangat merindukannya." ucap Tiffany kembali mendekati bangsal Yeri, di ikuti Joy.

Hal serupa juga di rasakan oleh ketiga gadis Hwang di sana. Ketiganya sedikit terheran karna Yeri hanya diam sejak tadi. Jennie yang duduk di sisi bangsal Yeri segera beranjak, memberi luang pada Joy untuk bisa dekat dengan Yeri.

"Yerim." panggil Joy.

Yeri mengerjapkan matanya, ia seperti tersadar dari lamunannya. Tapi kemudian ia menunduk.

Joy mengambil tempat duduk di sebelah bangsal Yeri. Ia tersenyum menatap adik bungsunya. Tentu saja ia senang karna sang adik kini sudah lebik baik.

"Yerim..."
Joy kembali memanggil Yeri. Tapi adiknya itu terus saja menunduk.

Panggilan itu.

"Hentikan!"

Pintu gudang itu terbuka, menampilkan seorang gadis dengan postur tubuh yang tinggi. Gadis itu terlihat menahan amarahnya.

Joy datang menghampiri Yeri dan ketiga gadis itu.
"Aku akan melaporkan kejadian ini jika kalian tidak berhenti mengganggunya."

Yeri mengingatnya, gadis yang ada di hadapannya saat ini adalah kakak kandungnya. Yeri memejamkan matanya sejenak, berusaha mengingat hal-hal yang berputar di kepalanya, seperti potongan-potongan kejadian yang hilang.

Aku tidak melihatmu sejak aku membuka mata.

Batin Yeri.

Yeri tak lupa jika dulu Joy juga selalu mengabaikannya seperti keluarganya yang lain. Tapi satu kebaikan Joy yang masih Yeri ingat, kakaknya itu pernah datang menolongnya. Dan ketika semua keluarga kandungnya berusaha datang menemuinya, hanya gadis di hadapannya itu yang tidak ia lihat sejak kemarin.

Tak mendapat tanggapan dari Yeri, Joy rasa Yeri juga takut padanya.

"Kau takut padaku?" tanya Joy lirih.

Yeri membuka matanya, ia mendongak. Menatap wajah Joy yang terlihat khawatir.

"Kau... kemana saja?"

Pertanyaan Yeri membuat Joy terkejut.


Joy menghentikan langkahnya tepat di taman rumah sakit.

"Aku ingin kesana." tunjuk Yeri pada salah satu bangku disana.

Joy pun bergegas mendorong kursi roda Yeri.

"Kau ingin duduk disini?"

Yeri menatap Joy, seolah paham gadis itu langsung membantu memapah adiknya untuk duduk di bangku taman. Joy menggeser kursi roda Yeri, setelahnya ia pun ikut duduk di sebelah Yeri.

Yeri menatap sekeliling taman, ia tersenyum melihat dua anak sedang tertawa. Satu dari mereka berlarian mengejar kupu-kupu. Sedangkan satu lagi duduk di atas kursi roda.

Joy menoleh pada Yeri, ia pun ikut memandang ke arah yang sama dengan Yeri.

"Mereka pasti kakak beradik." ucap Joy.

"Anak yang lebih besar sedang berusaha menghibur adiknya yang sakit."

Yeri menoleh ke arah Joy. Joy juga sedang memperhatikan dua anak di hadapan mereka.

"Dia pasti sangat menjaga adiknya dengan baik. Tidak seperti diriku."

Joy tersenyum tipis, ia menundukkan kepalanya. Yeri sejak tadi tidak berhenti menatapnya.

"Kesalahanku terlalu besar hingga aku takut menemuimu."

Joy tau, Yeri tidak mengingat kebersamaan mereka. Yeri mau menerima Joy karna satu kebaikan Joy yang Yeri ingat. Joy pernah menolong Yeri saat di sekolah dulu.

Sungguh mulia bukan? Hanya satu kebaikan, dengan banyaknya kesalahan Joy pada Yeri. Gadis itu tidak menolak kehadiran Joy.

Biarlah adiknya tak mengingat kenangan saat bersamanya, biarlah Yeri tetap menganggap dirinya seperti beberapa tahun lalu, dan biarlah ia mengulangnya dari awal. Mengulang permintaan maafnya, mengulang penyesalan yang bahkan sekarang terasa berkali-kali lipat.

"Aku... entahlah aku merasa kita baik-baik saja. Padahal yang ku tau, kau tak pernah dekat denganku."

Yeri menatap lurus ke depan. Dia merasa seperti kehilangan sebagian memorinya. Hanya pecahan-pecahan peristiwa, Yeri tak bisa mengingatnya.

"Aku seperti kehilangan sebagian ingatanku."

Joy mendongak menatap Yeri. Ia sendiri tidak mengerti dengan apa yang terjadi pada adik bungsunya. Seperti tidak masuk akal, tapi itulah adanya.

Jangan memaksanya untuk mengingat. Dia masih sakit.

"Apa kau membenciku? Sama seperti kau membenci mereka?"

Yeri terdiam, dirinya sadar jika selama ini ia selalu menolak kehadiran keluarga kandungnya. Tapi saat melihat Joy, ia sendiri bingung mengapa ia tidak menyimpan kebencian padanya.

Rindu.

Justru itu yang ia rasakan sekarang.

Joy menunggu jawaban dari Yeri. Namun sejak tadi Yeri hanya diam. Hal itu sukses membuat Joy khawatir. Ia menyesal karna sudah mengajukan pertanyaan yang membuat suasana mungkin akan buruk.

"Kurasa kita sudah terlalu lama di luar. Biar ku antar kembali ke kamar rawatmu." ucap Joy seraya meraih kursi roda di sampingnya. Tapi kegiatannya terhenti saat Yeri menahan tangannya.

Mata keduanya bertemu. Entah dorongan dari mana, dengan perlahan Yeri tiba-tiba memeluk tubuh Joy. Hal itu sontak membuat Joy membeku.

Joy tidak membalas juga tidak menolak. Ia masih terkejut dengan Yeri yang tiba-tiba memeluknya. Ia bahkan pernah melihat bagaimana kedua kakak juga Ibunya menangis karna Yeri tak ingin bertemu mereka. Tapi sekarang?

"Yerim..." lirih Joy.

"Sebentar saja, aku hanya ingin seperti ini." ucap Yeri.

Yeri sendiri tidak mengerti, ia merasa benar-benar merindukan sosok di hadapannya itu. Yeri tidak tau perasaan apa, tapi Yeri merasa sudah sangat dekat dengan Joy. Kehadiran Joy seperti menjawab kegelisahannya sejak kemarin.

Joy merasa Yeri memeluknya erat, seolah tak ingin terlepas. Perlahan tangan Joy terangkat membalas pelukan Yeri.

Tanpa sadar air mata Joy turun, ia menangis di balik punggung adik kecilnya. Sejak ia memutuskan untuk menemui sang adik, ia sudah bersiap jika sang adik akan mengusirnya. Tapi di luar dugaan, adiknya saat ini malah memeluknya erat.

Joy rindu, sangat rindu. Betapa bodohnya dirinya yang memilih untuk menghindari Yeri karna tak siap mendapat penolakan. Padahal tanpa sepengetahuan Joy, Yeri merindukan kehadirannya.

.

.

.

.

.

.

Part selanjutnya tergantung vote+komen part ini.,,

Kalo sepi sedikit kurang bersemangat.,,

See u...😁

Continue lendo

Você também vai gostar

46.4K 6K 46
"Ibu!" Gadis itu berhambur memeluk erat tubuh ibunya. "ada apa?" tanya sang ibu. "ada yang mengikutiku, bu. dia sangat aneh" lirihnya di pelukan sang...
4.7K 1K 12
"Sejak saat itu, semua berubah. Mereka... tak menyayangiku lagi." Lee Yewon.
9.1K 1.4K 20
Hari yang awalnya penuh warna Kini Kelabu dan suram Tak hentinya air mata dan kesedihan mengiringinya.Kematian Jisoo yang cukup mendadak membuat luka...
18.1K 1.4K 11
° Choi Siwon. °Bae joohyun. °kim yerim. °jennie kim. °Park Soo-young. °Kang Seulgi.