Tangan Naqiya tidak berhenti mengelus perutnya. Pertumbuhan bayi di rahimnya sangat dirasakan oleh ibu muda itu. Anehnya, rasa mengidam yang dulu sering ia rasakan sudah tidak ia alami lagi. Tidak ada makanan atau minuman aneh-aneh yang Naqiya inginkan.
Naqiya merenung, sejujurnya dia sangat merindukan suasana kampus. Haha hihi bercanda ria bersama teman-temannya. Melewatkan suka duka menjadi mahasiswa baru bersama-sama. Naqiya merindukan itu. Tapi ia juga sadar diri, kampus menjadi tempat yang sangat toxic untuk kesehatan mentalnya, dan juga bayinya tentu saja.
Tangan wanita itu masih sibuk dengan perutnya. Biasanya yang mengelus perut buncitnya adalah Bara. Pria itu tidak pernah absen dari jadwal mengelus perut milik Naqiya. Alasannya masih sama, dia bilang ingin mengelus bayinya. Padahal jelas sekali Bara ingin juga mengelus istrinya itu.
Tiba-tiba ponselnya berdenting, suara itu pertanda ada pesan singkat yang masuk. Naqiya membuang tatapannya dari televisi yang menayangkan drama Korea kesukaannya, lalu melirik sekilas ponselnya. Nama kontak Pak Bara Dosen muncul di sana.
Wanita itu kemudian mengernyitkan keningnya. Tadi Bara memang pamit mau keluar ada pertemuan dengan Pak Rafi dan Bu Ayu, meskipun seperti biasa, respon Naqiya tidak pernah enak lagi pada Bara.
Tapi yang membuat Naqiya selalu bingung adalah mengapa Bara Adichandra bisa menjadi sosok pria yang memiliki kesabaran tingkat tinggi?
Naqiya membuka kode pada ponselnya untuk membaca pesan dari suaminya itu lebih jelas.
Pak Bara Dosen
Kamu mau makan apa? Saya mampir belikan nanti, tunggu sebentar lagi gapapa 'kan?
Naqiya membacanya kemudian berpikir. Untuk saat ini dirinya tidak menginginkan apapun. Tapi Naqiya harus makan. Nutrisi calon bayinya harus dipenuhi untuk menjaga kesehatan bayi mereka.
Naqiya
Apa aja pak bebas
Pesan yang dikirim Naqiya langsung dibaca oleh Bara. Respon pria itu cepat sekali pada Naqiya. Padahal dulu waktu status mereka sebatas dosen dan mahasiswi, Bara itu tipe dosen yang membalas pesan mahasiswinya setahun lamanya. Tapi sekarang berbeda, Naqiya adalah istrinya, prioritasnya Bara.
Pak Bara Dosen
Nasi hainan ya?
Bara sangat cerdas. Seakan pria itu cenayang yang mampu membaca apa yang Naqiya inginkan, padahal Naqiya sendiri saja bingung akan itu. Sudah lama Naqiya tidak menyantap menu tersebut dan ketika Bara menyebutnya, perut Naqiya seketika lapar membayangkan makanan itu.
Naqiya
Iya pak
Pak Bara Dosen
Oke sayang ditunggu ya
Naqiya tidak membalas pesan Bara lagi. Wanita itu hanya membaca pesannya lalu ponselnya ditaruh begitu saja.
Tiba-tiba suara bel rumah itu berbunyi. Tidak mungkin Bara sudah tiba secepat ini. Jarang juga Bara menerima tamu, apalagi tamu pribadi. Seakan rumah itu memang hanya dikhususkan untuk pasangan Naqiya dan Bara saja. Tidak ada yang lain.
Mungkin kurir. Batin Naqiya.
Mungkin saja Bara memesan sesuatu secara online. Naqiya tidak tahu memesan apa pria itu. Naqiya berdiri dan kakinya melangkah ke arah jendela untuk mengintip siapa gerangan yang menekan tombol bel rumahnya itu.
Perempuan?
Siapa?
Kening Naqiya mengernyit. Dalam posisinya saat ini, Naqiya tidak bisa melihat jelas wajah tamunya itu. Yang bisa ia saksikan dengan jelas adalah postur tubuh mereka. Parahnya, gerbang yang tidak biasa digembok ketika ada orang di rumah memudahkan tamu untuk masuk langsung ke pintu utama.
Tanpa membuang waktu Naqiya langsung membukakan pintu tersebut. Terbelalak lah matanya mengetahui siapa yang berkunjung.
Rasel dan teman-temannya di sana.
Degan senyum lebar membawa banyak paperbag yang Naqiya tidak tahu isinya apa. Yang jelas Rasel di depan membawa bunga segar yang langsung ia berikan pada Naqiya sesaat setelah pintu dibuka.
"Naqiya happy new year!!" Ujar Rasel yang tangannya memberikan bunga itu pada Naqiya.
"Selamat tahun baru, Bumil cantikk!" Saut teman-teman Rasel selanjutnya.
"Maaf ya kita telat banget kesininya. Tahun barunya kapan, kesininya kapan, udah melempem banget."
Mereka langsung memeluk Naqiya. Tidak rekat karena terhalang oleh perut wanita itu yang membuncit.
"Iya makasih ya semuanya, selamat tahun baru juga," ucap Naqiya sesaat setelah pelukan mereka dilepas. "Kok kalian bisa di sini?" Tanya wanita itu bingung.
Bagaimana dia tidak bingung? Tiba-tiba saja Rasel dan gengnya datang membawa oleh-oleh dan bunga segar untuknya. Bisa-bisanya mereka menemukan tempat tinggal Bara?
"Bisa dong," ucap Rasel dengan nada sombongnya, "Apa sih yang nggak kita bisa, Nay?"
"Tau dari siapa alamatku?" Tanya Naqiya lagi.
"Duh nanti deh aku jelasin," Tangannya mengibas-ngibaskan lehernya menandakan bahwa dirinya kepanasan. Ya, tidak salah memang, cuaca di luar lumayan cerah. "Masuk dulu ya guys di luar panas," tambah Rasel yang langsung masuk ke dalam rumah itu.
Naqiya tidak bisa mencegah langkah mereka. Yang bisa Naqiya lakukan adalah menutup pintu utama dan mengikuti langkah Rasel dan teman-temannya dengan perasaan was-was.
Apa yang Rasel ingin lakukan?
Rasel mendongak, melihat foto pernikahan Naqiya dan Bara yang dipajang di dinding. Beberapa ada yang ditaruh di figura di atas meja televisi ketika dirinya berada di ruang keluarga.
"Pak Bara ganteng banget pas nikah duhhhh gakuat!" Seru Rasel saat dirinya mengangkat figura itu.
"Ada istrinya, Sel," temannya mengingatkan Rasel agar lebih menjaga omongannya.
"Nggak ya, Naqiya, nggak usah khawatir aku kan cuma penggemar yang nggak berujung di pelaminan sama Pak Bara," Jelas Rasel yang menatap Naqiya dengan tatapan sedih.
"Nay kamu cantik banget si, ini dandan sendiri?" Tanya temannya Rasel pada wanita itu.
Naqiya hanya bisa mengangguk, "Iya dandan sendiri aku."
Jujur, Naqiya masih khawatir dengan kedatangan mereka. Naqiya takut mereka akan melakukan sesuatu yang buruk.
"Mau dong Nay didandanin!" Ujar mereka bebarengan. "Please, Nay! Dandanin kita yaa?"
Rasel menggenggam tangan Naqiya seakan serius meminta wanita itu untuk mendadani mereka. Naqiya yang memang sangat menyukai makeup pun mengangguk, mengabulkan permintaan teman-temannya itu.
Naqiya meraih peralatan makeupnya ke ruang keluarga itu. Tidak sendiri, mereka membantu Naqiya untuk membawa barang-barang kecantikan itu. Tapi tenang, mereka tidak menginjakkan kakipun ke kamar Naqiya dan Bara. Yang mereka lakukan adalah menunggu di depan kamar untuk membantu membawa barang Naqiya. Cukup tahu tata krama.
"Aku dulu aja ya, Nay," ucap perempuan yang tentu saja Rasel.
Oke baiklah, Naqiya melangkah ke arah Rasel perlahan. Mereka duduk bersebelahan di sofa, sehingga jarak mereka tidak begitu jauh.
"Ini kalian pake sheet mask dulu ya, buat prepare kulit sebelum pake makeup," ucap Naqiya yang langsung memberikan masker itu ke mereka. Begitu juga dengan Rasel.
Setelah menunggu beberapa menit, Rasel melepas maskernya. Lalu memberi tahu Naqiya bahwa dirinya sudah selesai memakai masker tersebut.
"Ajarin ya, Nay, step-by-step nya, jelasin gitu. Aku pengen belajar makeup juga." Ucap Rasel. Jelas, Rasel memang cantiknya natural.
"Okei," Naqiya membuka tube produk di tangannya lalu mengoleskan sesuatu ke wajah Rasel, "Pertama pake pelembab dulu biar kulit nggak kering, jangan lupa sunscreen juga," Naqiya menepuk pelan kulit wajah Rasel kemudian mengambil produk yang lain, "Terus lanjut aku pakein primer nya, buat base aja sih, menurut aku hasilnya bakal lebih bagus kalo pake primer dulu," Jelas Naqiya yang langsung diangguki mereka.
"Btw, Nay itu bayi kamu sehat 'kan?" Tanya saah satu dari mereka.
"Alhamdulillah, sehat kok." Jawab Naqiya dengan tangannya yang masih sibuk di wajah Rasel.
"Ga kebayang sih bakal secakep apa anak kamu, Nay," ucapnya lagi, "Secara bayangin deh, Papa nya ganteng banget banget banget! Mamanya Arab cantik banget njir nggak tau bakal se-perfect apa bayi kamu nanti, Nay." Tambahnya.
Naqiya terkekeh, "Aku aminin ya, aamiin..."
"Iya, Nay, coba kamu pikir deh, keadilan sosial hanya berlaku buat manusia good looking. Ya nggak? Nih ya, kalo yang ganteng buat yang cantik, terus yang burik macem aku ini gimana nasibnya, Nay?"
Naqiya tertawa kali ini, "Ngakak deh, tenang aja kok jodoh udah ada yang ngatur." Ujarnya dengan tangan dan pandangan yang masih fokus ke wajah Rasel. Naqiya memoleskan beberapa produk ke wajah cantik temannya itu.
"Iya tau, Nay, tapi 'kan aku pengen memperbaiki keturunan. Masa iya sama kuda?"
Naqiya menggeleng, "Ngapain sama kuda?" Tanyanya sesaat melirik ke temannya, "Kadal loh banyak, sama kadal aja."
Sesaat kemudian Naqiya dan Rasel tertawa terbahak. Rasel bertepuk tangan dengan jokes Naqiya yang menurutnya tepat sasaran.
"Naqiya udah kena virusnya Bara Adichandra yang suka menindas sesama manusia, Sodara-sodara! Harap waspada!" Ucap gadis itu. "Gini efeknya tiap hari tidur seranjang sama Pak Bara, jadi ketularan 'kan."
Mendengar itu Naqiya kembali tertawa. Benar, Bara adalah mimpi buruk mereka karena tidak berperikemahasiswaan. Tapi tanpa mereka tahu, Bara memiliki banyak sifat yang sangat husband-able, terutama perhatian dan kesabarannya.
"Jangan diomongin, nanti orangnya bersin-bersin! Ati-ati ada bayinya juga ntar denger terus diaduin ke bapaknya, mampus loh!" Ketus Rasel yang tak tahan dengan guyonan itu. Masalahnya dia tidak bisa bebas tertawa karena wajahnya sedang digarap Naqiya, takut membuat hasil riasannya berantakan.
Tanpa mereka sadari, pintu tiba-tiba terbuka. Suara salam bahkan tidak terdengar karena tawa mereka yang memenuhi seisi ruangan. Mendengar suara pintu terbuka, otomatis pandangan mereka langsung menuju ke sana.
Baralah yang membuka pintu tersebut karena salamnya tidak kunjung dibalas. Tatapannya berubah ketika melihat istrinya tertawa lepas di sana bersama teman-temannya. Entah sudah berapa lama Bara tidak menyaksikan orang yang dia sayangi ini bisa tertawa seperti sekarang. Bara terpana, dirinya tersihir.
"YAAMPUN BAR KOK RUMAHMU BANYAK MBAK KUNTINYA?!" Pekik sebuah suara yang terkejut ketika melihat wanita-wanita yang wajahnya putih semua karena sedang memakai sheet mask.
Bara bersama siapa?
✨✨✨
#PRAYFORSJ182
إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
Turut berduka cita dan berbelasungkawa yang sedalam-dalamnya atas jatuhnya Pesawat Sriwijaya Air SJ 182🙏
Teman-teman yang muslim, mari meluangkan waktunya sejenak untuk membaca surah al-fatiha untuk para korban. Semoga para korban husnul khatimah dan keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan.
Terima kasih semuanya🙏