A Million Path [Taesoo] ✔️

By purpleduck97

49.5K 7.7K 611

Aku pikir bercerai berarti segalanya telah berakhir di antara aku dan dia, namun ternyata tidak semudah itu, ... More

1. Prolog "Mistake"
2. Lelah
3. New page
4. Lunch
5. Meet Again
6. Not Fine
7. Still
8. Why
9. Mixed Feeling
10. A Bright day
11. Him
13. Maaf
14. Why u come
15. Togetherness
16. Rindu
17. Ramyeon
18. Try again
19. Little boy
20. Mertua
21. Our path (END)

12. Sahabat

1.5K 314 34
By purpleduck97

From : Minhyun

"Jis, besok makan bareng yuuk"

Jisoo menatap layar ponselnya. Sebuah pesan yang sebenarnya sudah masuk sejak tadi namun belum Jisoo balas. Rasanya tidak sopan jika menolak, Jisoo juga tidak punya alasan untuk menolak, jadi Jisoo berpikir untuk menyetujuinya, tapi dia pikir akan canggung jika harus makan berdua dengan Minhyun.

"Kenapa bengong?" Jisoo sontak tertegun ketika Doyoung muncul entah darimana dan menepuk pundaknya. Kini Jisoo sedang di restoran untuk lanjut bekerja.

"Siapa yang nge-chat, tuh?" Tanya Doyoung lagi sambil matanya tertuju pada ponsel Jisoo.

"Oh.. Ini Minhyun." Jawab Jisoo, "Ngajak bakan bareng."

"Minhyun yang dari restoran itu?" Tanya Doyoung antusias.

Jisoo mengangguk.

"Yaudah tinggal iyain aja." Ucap Doyoung

"Iya juga yah, gaenak kalo nolak, kan?"

"Sekalian pdkt lah Kak Jis."

"Pdkt apaan"

Doyoung lalu terkekeh, "Kayaknya dia baik. Apa salahnya membuka hati."

Jisoo terdiam.

Membuka hati? Hal itu tidak pernah terpikirkan oleh Jisoo.

Apakah ada ruang di hatinya? Jisoo pikir dia mungkin tidak bisa mencintai siapapun. Setidaknya untuk saat ini.

Jisoo menghela napas, ia kemudian mengetik sesuatu di ponselnya.

Reply To : Minhyun

"Yuk, dimana?"

.

.

Jisoo memsuki sebuah kafe dengan desain interior serba putih. Ia mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Minhyun, lalu matanya menangkap sosok Minhyun yang melambai sambil tersenyum ke arahnya. Jisoo balas tersenyum lalu segera menuju tempat Minhyun duduk.

"Hai..Udah nunggu lama ya?" Sapa Jisoo sambil menarik kursi dan duduk di hadapan Minhyun.

"Nggak, kok." geleng Minhyun, masih sambil menunjukkan senyum hangatnya, "Ohya, mau pesen apa?" Tanya Minhyun sambil membuka buku menu.

Jisoo kemudian membuka buku menu dan melihat-lihat menu yang tersedia, "Aku mau..spaghetti sama Lemon Squash aja."

"Itu aja?" tanya Minhyun.

Jisoo mengangguk. Minhyun kemudian menutup buku menu dan memanggil pelayan lalu memesan sesuai pesanan Jisoo yang sekaligus jadi pesanannya juga.

Sambil menunggu pesanan, mereka berdua kemudian mengobrol. Awalnya Jisoo merasa canggung, namun sikap Minhyun yang sangat supel membuatnya merasa lebih nyaman.

"Kamu udah berapa lama tinggal di sini, Jis?" Tanya Minhyun.

"Hmm..sudah setahun lebih."

"Oh ternyata belum lama ya.."

"Iya.."

"Sebelumnya kamu kerja apa?" tanyanya lagi.

"Dulu aku buka bisnis olshop." Sahut Jisoo, dia jadi sedikit mengenang pekerjaannya dulu.

"Ohya?  Trus sekarang masih jalan bisnisnya?"

Jisoo menggeleng. "Udah berhenti"

"Lho? Kenapa?" tanya Minhyun penasaran.

Jisoo terdiam sejenak, lalu menyunggingkan senyum, "Aku mau lupain masa lalu aku. Jadi aku tinggalin semuanya."

Minhyun kemudian mengangguk, memahami maksud Jisoo.

"Ngomong-ngomong kamu kenal dengan manajer hotel kami?"

Jisoo tertegun, dia tahu siapa yang Minhyun maksud.

"Sorry kalau aku kepo. soalnya aku beberapa kali lihat kalian ngobrol. Hehe"

"Iyaa, " Jawab Jisoo Akhirnya sambil berusah mengalihkan pandangannya.

Minhyun kemudian mengangguk-anggukan kepalanya. "Dia orangnya memang jarang bergaul ya?"

Jisoo mengernyit,

"Aku liat dia jarang berinteraksi dengan staff lain, dia juga jarang datang makan siang ke restoran seperti staff lainnya, jadi banyak yang bergosip kalau dia itu antisosial" Ujar Minhyun, "Tapi melihat dia berinteraksi denganmu, aku rasa rumor itu nggak bener." Kekeh Minhyun kemudian.

Jisoo cuma menimpali dengan tersenyum masam.

"Ohya, apa dia sudah menikah? Banyak gosip yang bilang kalau dia sudah menikah, tapi ada yang bilang kalau dia sudah bercerai dan katanya dia selingkuh. Ada juga yang bilang kalau dia sudah punya anak. Kasian sekali pak manajer, banyak sekali yang menggosipkan dia. Mungkin itu sebabnya dia tidak nyaman bergaul dengan yang lain." celoteh Minhyun lagi.

Jisoo hanya menggigit bibir bawahnya. Entah kenapa kupingnya mulai panas mendengarnya.

Kemudian pelayan kafe datang menginterupsi dan membawakan pesanan mereka.

"Silahkan dinikmati." Ucap pelayan itu ramah setelah menata piring di atas meja lalu melenggang pergi.

Jisoo dan Minhyun kemudian mulai menyantap makanan mereka. Beberapa saat mereka hanya fokus menikmati makanan mereka sampai Minhyun kembali berbicara,

"Ohya, ada gosip lain juga. Katanya dia jadi manajer karena bantuan orang dalam, jadi banyak yang nggak suka sama dia." Lanjut Minhyun.

Jisoo tidak menyangka kalau Minhyun adalah orang yang banyak bicara. Dia hampir mirip dengan Doyoung yang suka bergosip. Entah kenapa Jisoo jadi jengkel.

Jisoo kemudian meletakkan sendok dan garpunya setelah menghabiskan setengah porsi spaghetti-nya. Ia menyeruput sedikit minumannya dan mengelap mulutnya dengan tisu.

"Minhyun.." Panggil Jisoo, membuat Minhyun sontak berhenti mengunyah.

"Kenapa, Jis?"

"Sebaiknya kita jangan bicarakan orang lain." Ucapnya sesopan mungkin,

"Oh, maaf, aku terlalu cerewet ya, hehe." Minhyun menyengir

Jisoo menggeleng sambil tersenyum. Ia kembali menyeruput minumannya.

Jisoo jadi terpikir oleh perkataan Minhyun barusan. Ia tidak menyangka bahwa Taeyong dirundung oleh gosip-gosip seperti itu di tempat kerjanya, pasti sangat tidak nyaman untuknya.

Tapi siapa yang menyebarkan gosip-gosip itu?

.

.

Pintu ruangan kerja Taeyong terbuka setelah diketuk dua atau tiga kali, lalu Yuta masuk dan menghampirinya yang sedang berkutat dengan berkas-berkas laporan.

"Bro, makan yuk." Ajak Yuta, ia duduk di pinggir meja Taeyong.

"Bentar, nanggung ini." Sahut Taeyong tanpa mengalihkan pandagan dari berkas di hadapannya.

Yuta berdecak lalu menarik kursi Taeyong, "Gak ada bentar-bentar. Yuk makan siang."

"Tapi Yut-"

"Yong, kamu ni lagi diet apa gimana, badan udah kurus gitu."

Taeyong langsung terpaksa bangun ketika lengannya ditarik oleh Yuta.

"Iyaiya gak usah narik-narik.." Taeyong pun akhirnya pasrah mengikuti.

Mereka berdua kemudian berjalan menuju ke restoran untuk makan siang.

Tampak beberapa tempat sudah diisi oleh para karyawan hotel yang juga sedang beristirahat untuk makan siang. Hotel ini mempunyai dua restoran, restoran untuk tamu dan untuk karyawan. Taeyong dan Yuta berjalan mencari tempat duduk yang kosong.

Taeyong bisa melihat mata-mata para karyawan yang mengikuti langkahnya. Beberapa tampak mengangguk memberi salam, beberapa hanya melihat saja seperti sedang menonton fashion show.

Baru saja Taeyong dan Yuta meletakkan pantat di kursi restoran itu, mereka sudah mendengar bisik-bisik dari karyawan lain.

"Eh denger-denger pak manajer udah duda ya?"

"Masak sih? Udah pernah nikah? Kirain masih lajang."

"Katanya udah punya anak malah.."

"Wah berarti nikah muda dong."

"Trus cerai gitu?"

"Apa dia selingkuh ya,,"

"Jangan-jangan MBA.. "

Kira-kira begitulah bisik-bisik yang berhasil masuk ke telinga Taeyong. Yuta tampak berdehem.

"Gausah di dengerin lah, Yong." Ucap Yuta mengalihkan.

"Maklum orang-orang pada kepo sama manajer ganteng," Kekeh Yuta.

Taeyong cuma mengangkat bahu, bersikap seolah tak peduli.

Pelayan restoran kemudian datang membawakan pesanan mereka. Tanpa banyak basa-basi mereka kemudian menyantap makanan mereka. Taeyong menikmati makanannya dengan hikmad tanpa berkomentar sedikitpun.

"Ngomong-ngomong, Yong," Sela Yuta di tengah-tengah makannya.

"Mantan istri kamu apa kabar?"

Taeyong spontan melihat ke arah Yuta.

"Emm maksudku, apa dia udah nikah lagi? Kalo iya kamu juga harus buruan nyusul, jangan mau kalah." Celoteh Yuta. Dia tidak tahu menahu mengenai masa lalu Taeyong karena mereka menjadi rekan akrab baru sejak setahun yang lalu setelah Taeyong bercerai.

"Kamu yang nyebarin gosipnya ya?" Tanya Taeyong melihat sangsi ke arah Yuta.

Yuta langsung membelalak, "Sembarangan! Bukan aku. Serius!" Jelas Yuta sambil mengacungkan dua jarinya.

Taeyong cuma menyunggingkan senyum miring.

"Tapi apa bener kamu selingkuh?" lanjut Yuta lagi.

Taeyong langsung menatap tajam ke arahnya. Yuta lalu tertawa canggung.

"Nanya aja, Yong. Abis kamu gak pernah cerita."

Taeyong lalu menyesap minumannya. Makanannya sudah habis dimakan.

"Aku balik ke ruangan." Ucap Taeyong sambil bergegas bangun.

"Lah, buru-buru amat. Tungguin." Yuta buru-buru meneguk minumannya lalu segera bangkit menyusul Taeyong yang sudah melenggang pergi.

Tiba-tiba Taeyong berhenti di tengah jalan dan berhadapan dengan seseorang.

Wanita itu tersenyum ke arah Taeyong.

"Hai, Taeyong. Apa kabar?" Sapanya.

"Jennie?"

.

.

Taeyong meletakkan secangkir teh di atas meja dan mempersilahkan Jennie untuk meminumnya. Mereka kini berada di dalam ruangan Taeyong.

"Makasih." Ujar Jennie sambil meminum sedikit tehnya.

"Kamu kenapa bisa di sini?" Tanya Taeyong to the point.

"Aku ada kerjaan di daerah sini, trus tinggal di hotel ini" Jennie meletakkan cangkirnya kembali ke atas meja lalu melanjutkan, "Aku denger dari Kak Jongin kamu kerja di sini."

Taeyong menutkan alisnya.

"Jadi kalian masih berhubungan.." Gumam Taeyong.

"Cuma temen." Sahut Jennie sambil tersenyum agak kecut.

Taeyong hanya mengangguk-anggukan kepalanya.

"Trus ada perlu apa kamu cari aku?" Tanya Taeyong to the point lagi.

Jennie lalu mengeluarkan sebuah kartu undangan dari tasnya.

"Ini acara fashion week aku di sini. Dateng ya." Jennie menyodorkan undangan itu yang langsung diterima oleh Taeyong. Lelaki itu mengangguk mengiyakan tanpa banyak basa-basi.

Jennie terlihat berpikir sejenak, tampak merasa tidak enak.

"Aku dengar kalian udah cerai ya." Ucap Jennie kemudian setelah dari tadi ia tahan.

Taeyong terdiam sejenak, lalu ia mengangguk, "Udah setahun yang lalu."

Jennie menghela napas. Wajahnya tampak menyesal.

"Selama di Luar Negeri aku nggak pernah berhubungan lagi dengan Jisoo. Aku pikir kalian baik-baik saja. Aku sangat menyesal denger kabar tentang kalian dari Kak Jongin." Jennie mengamati ekspresi wajah Taeyong yang tampak murung, kemudian melanjutkan.

"Aku minta maaf." Ucapnya.

Taeyong mengangkat alis. Rasanya aneh mendengar permintaan maaf dari Jennie.

"Buat apa?" Tanya Taeyong.

Jennie kembali menghela napas, "Buat malam itu." Ucapnya.

"Aku tau kalau gara-gara aku kalian jadi-"

"Itu udah lewat." Potong Taeyong. "Nggak usah diungkit lagi. Itu udah lewat." Ucapnya.

Jennie tersenyum nanar, "Sampai sekarang aku masih belum berani menemui Jisoo."

Jennie mulai mengenang kembali saat-saat ketika hubungannnya dan Jisoo mulai merenggang sejak kejadian itu.

Di saat Jisoo mengalami masa-masa terpuruknya, Jennie harus ikut orang tuanya pergi ke luar negeri dan berkuliah di sana. Dia bahkan tidak hadir di pernikahan Jisoo. Dia terlalu takut untuk menghubungi Jisoo karena merasa bersalah. Setelah bertahun-tahun akhirnya dia kembali dan mendengar semua yang telah terjadi pada Jisoo. Jika saja waktu itu dia tidak mengajak gengnya ke rumah Jisoo, mungkin keadaan akan berubah. Jennie yakin Jisoo pasti sangat membencinya.

"Jisoo ada di sini." Ucap Taeyong tiba-tiba. Jennie sontak melebarkan matanya.

"Maksudmu?"

"Jisoo sekarang tinggal di daerah ini juga. Dia sudah memulai hidup baru." Jelas Taeyong.

"Temuilah dia."

.

.

Jennie memasuki restoran Jisoo. Ia segera datang kemari setelah diberi tahu oleh Taeyong bahwa Jisoo bekerja di sini. Jennie memilih tempat duduk di sudut ruangan. Beberapa saat kemudian tampak seseorang menghampirinya sambil membawa buku menu dan note.

"Selamat siang, silahkan mau pesan ap--"

"Jisoo.." Panggil Jennie spontan.

Sementara perempuan yang berdiri dengan celemeknya seketika mematung. Entah bagaimana matanya langsung berair. Jisoo baru saja akan berbalik pergi namun Jennie mencegat lengannya.

"Jisoo kamu apa kabar?" Tanya Jennie dengan suara parau. "Aku kangen ngobrol sama kamu, Jis." Jennie menatapnya dengan tatapan memohon.

Jisoo mengiggit bibir dalamnya.

.

.

Mereka akhirnya duduk saling berhadapan. Jisoo hanya membuang pandangannya.

"Jis.."Panggil Jennie.

"Hmm" Jawab Jisoo singkat tanpa mengalihkan pandangannya.

"Jisoo kamu apa kabar? Aku seneng waktu denger kamu udah mulai hidup baru di sini." Jennie berusaha tersenyum.

"Hmm" Jisoo mengangguk.

Hening beberapa saat. Jennie tampak memelintir jari-jarinya, tidak tahu harus bicara apa. Rasanya sangat canggung. Jennie kemudian menyentuh tangan Jisoo.

"Jisoo.. aku tau kamu pasti benci sama aku. Aku.. Aku minta maaf Jis. Maaf untuk hari itu, maaf karena aku jadi temen yang buruk buat kamu." Ucap Jennie parau. Matanya mulai berkaca-kaca.

Jisoo terdiam. Dia tampak menengadahkan kepalanya, mencegah buliran air jatuh dari matanya. Menyadari mata Jisoo yang berair, Jennie langsung bangun memeluknya.

"Jisoo...Maafin aku." Ucap Jennie sambil memeluk Jisoo dengan erat.

Jisoo tidak menolak pelukan Jennie, sebaliknya air matanya justru tumpah di sana.

Tidak, Jisoo tidak pernah benci Jennie karena malam itu. Kejadian itu murni kesalahannya. Jisoo hanya merasa sedih, karena Jennie pergi seolah-olah meninggalkannya. Padahal dia adalah sahabat terdekatnya. Jisoo kehilangan tempat curhatnya. Jisoo sangat kesepian kala itu, namun Jennie seperti melupakannya.

"Kenapa baru sekarang Jen.. Kenapa nggak hubungi aku dari dulu.." Lirih Jisoo.

Jennie terisak, "Maaf Jisoo, Maaf.. " Hanya itu yang bisa keluar dari mulutnya.

Jisoo kemudian membalas pelukan Jennie.

.

.

Jennie dan Jisoo kini duduk di teras rumah Jisoo sambil menyaksikan hamparan bintang di langit,
setelah tadi mereka berbincang panjang lebar tentang hal-hal yang tidak sempat mereka bicarakan.

"Di sini sejuk banget ya, Jis." Ujar Jennie sembari merasakan sayup-sayup angin menerpa pipinya.

Jisoo tersenyum simpul sambil mengangguk setuju.

"Gimana di sini Jis, kamu bahagia?" Tanya Jennie.

"Hm.. Lumayan." Jawab Jisoo sambil mendongak menatap langit.

"Kamu hebat banget, Jen. Kamu berhasil mewujudkan mimpi kamu, sekarang kamu udah jadi desainer hebat." Puji Jisoo,

"Sedangkan aku cuma--"

"Shtt.. Jis," Potong Jennie langsung. "Kamu lebih hebat dari aku. Kalo aku jadi kamu, aku mungkin nggak akan sanggup. Kamu kuat banget, Jis." Jennie mengusap-usap pundak Jisoo yang duduk di sebelahnya sambil tersenyum teduh.

"Aku sebenernya agak kaget waktu denger kamu tinggal di sini, dan Taeyong juga kerja di daerah sini." Ujar Jennie.

Jisoo langsung menautkan alisnya, "Kamu tau Taeyong di sini?"

"Iya, Jis. Dia yang kasi tau aku kalo kamu di sini" Tutur Jennie, "Dia juga yang nyuruh aku buat temuin kamu."

Jisoo tertegun.

"Dunia sempit banget ya, Jis. Aku ada kerjaan di sini, trus tinggal di hotel tempat Taeyong kerja. Dan akhirnya aku ketemu kamu." Jennie terkekeh sendiri memikirkan semua kebetulan itu.

Jisoo menghela napas, "Aku juga kaget waktu tau dia pindah kerja ke sini." Ucapnya dengan nada suara lemas.

Jennie mengamati ekspresi wajah Jisoo yang tampak murung.

"Jis.. "

"Hm..?"

"Kalian masih berhubungan baik, kan?" Tanya Jennie.

Jisoo terdiam, ia kembali menghela napas panjang.

"Aku gatau Jen.." Jisoo menunduk, memperhatikan ujung roknya yang ditiup angin.

"Aku cuma nggak ngerti, aku udah jauh-jauh pergi kesini, tapi kenapa di saat aku ingin melupakan masa laluku, melupakan semua tentang dia, kita justru ketemu lagi di sini." Jisoo kemudian menerawang jauh ke depan, matanya berair.

"Dan entah kenapa sekarang semuanya terasa beda, Jen.. "

Jennie masih mengamati ekspresi wajah Jisoo, "Beda, gimana?"

Jisoo menoleh pada Jennie, tatapan matanya tampak sendu. Ia kemudian menggerakkan tangannya dan meletakkannya di dada kirinya. Jisoo menarik napas dalam-dalam,

"Di sini, Jen.. Rasanya beda.." Lirih Jisoo, sembari merasakan ritme jantungnya yang semakin membuatnya bingung.

Jennie kemudian memeluk Jisoo, berusaha memahami perasaan sahabatnya saat ini.

.

.

Tbc

Setelah sekian lama... Semoga masih ada yg inget cerita ini :')

Continue Reading

You'll Also Like

6.3M 325K 74
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
4.7M 34.9K 30
REYNA LARASATI adalah seorang gadis yang memiliki kecantikan yang di idamkan oleh banyak pria ,, dia sangat santun , baik dan juga ramah kepada siap...
718K 140K 46
Reputation [ rep·u·ta·tion /ˌrepyəˈtāSH(ə)n/ noun, meaning; the beliefs or opinions that are generally held about someone or something. ] -- Demi me...
1.6M 134K 29
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...