Bab 1| Angeli?

30.5K 364 3
                                    

Holaa
Pertama-tama gue mau bilang makasih karena lo semua udah pada mampir di cerita ini.
Gue harap lo suka sama kisah kami berdua
Disini, dilarang banget ngejelekin agama, karena gue akan masukin perbedaan dari pandangan gue sendiri yang udah ngalaminnya.
Jadi, lo hanya jadi penikmat cerita kita berdua.

Oke, absen dulu dari kota mana aja
Yang dari Bengkulu atau Riau, khusus bisa kenalan offline wkwkk, soalnya gue orang sana 🙏😭

Tanpa basa basi, yok, kita kupas cerita Dear Teungku, saat ini juga,

Enjoy anak itik🐣🐣

Pagi ini, tahun baru, meski baru pukul 7 pagi, seorang gadis sudah tampil cantik dengan dress biru yang sudah melekat ditubuhnya. Sedikit gembul tapi masih manis, itu yang selalu ia tanamkan agar tak pernah merasa rendah diri.

Gadis itu memakai flatshoes miliknya, sembari mengecek handphonenya, melihat sudah dimana ojek online yang akan mengantar dirinya ke Gereja. Setelah beberapa menit menunggu akhirnya ojol yang ia pesan pun datang. Sekitar 10 menit ia akhirnya sampai di HKBP Jitra Bengkulu. Yap, gadis itu sedang menempuh pendidikan strata satu di Bengkulu, tahun ini ia memutuskan untuk tidak pulang ke Riau karena bulan Oktober kemarin dirinya sudah pulang. Meski harus merayakan Natal dan Tahun baru di rantau orang, ia tidak terlalu kesepian meski sedikit menyayat hati.

Angeli, gadis keturunan Batak itu baru saja duduk di kursi lantai dua Gereja tersebut. Bangunannya memang besar dan luas, hanya saja tidak terlalu banyak kipas yang membuat ruangan suci itu sedikit panas apalagi Bengkulu yang dikelilingi pantai.

Ibadah dimulai jam 8, Angeli mengikutinya dengan khusyuk, Angeli memang tumbuh di keluarga yang anggotanya taat agama bahkan sebagian besar mengambil bagian pelayanan di Gereja. Angeli juga, ia adalah mantan ketua remaja, dan sering kali ikut dalam pelayanan dan perlombaan di Gereja. Angeli juga tumbuh dalam lingkungan mayoritas Kristen, yang tiap harinya melakukan ibadah persekutuan dan doa bersama. Gadis itu seorang Kristen dengan identitas kekristenan yang tinggi.

"Doa adalah komunikasi terbaik bagi manusia. Tidak ada yang dapat mengalahkannya. Jadilah manusia dengan menjadikan doa sebagai kebiasaan bagi hidup saudara." Pendeta dalam altar berbicara dengan luar biasa. Setelah sekitar 2 jam kemudian, ibadah pun selesai. Angeli langsung pulang, karena gadis itu memang terlalu malas untuk bertemu dengan orang-orang yang juga tidak pulang ke kampung halamannya masing-masing.

"Kenapa ya kalau di gereja mata gue rasanya berat banget pengen tidur, tapi kalau udah di kos, langsung seger. Haish, males, padahal dari tadi dalam otak, sampe kos langsung tidur. Sekarang malah melek banget ini mata" gadis itu mendumel sendiri. Kini matanya beralih pada novel yang berada di atas meja. Novel berjudul Septihan itu sudah ia baca berulang kali karena memang suka dengan alur dan para tokoh didalamnya. Angeli selalu berharap mempunyai pasangan seperti Septihan, laki laki yang pintar dalam segala hal, tapi sialnya selama ia hidup belum pernah ia temui laki laki seperti Septihan.

"Hah, males banget di kos, apa gue ke danau aja ya, sekalian refresh otak. Tapi, Bengkulu panas banget lagi, males ah," entah sudah berapa kali gadis itu bolak balik ke depan belakang. Membuat sepasang mata yang sedang menjemur pakaian itu sedikit melirik ke arahnya lalu tersenyum kecil kemudian kembali melanjutkan kegiatannya.

"Ah, tidur aja deh, kalau gak bisa, pasti bisa," dan akhirnya semua wacana yang gadis itu buat tidak terjadi, ia memilih menghabiskan waktunya untuk tidur saja.

Entah secepat apa hari Minggu berlalu, gadis yang kini ogah-ogahan untuk bangkit dari tempat tidurnya mencoba mengumpulkan energi untuk menghadapi senin yang menguji mental. Jam sudah menunjukkan setengah enam, setelah menanak nasi, Angeli langsung bersiap untuk mandi. Entah untuk apa ia mandi karena hari ini masih liburan semester tapi badannya memang lumayan lengket. Ia juga sedang membasuh pakaian yang sudah ia cuci tadi malam. Dengan daster setengah lutut ia membuka pintu.

Tapi sedetik kemudian ia tutup kembali, dengan mengintip dari balik tirai jendela miliknya ia melihat seorang laki laki dengan punggung yang mulus dan hanya memakai handuk yang dililitkan di pinggulnya. Angeli menelan ludah susah payah.

"Sialan, hot banget, gila." Ucapnya sedikit berbisik padahal kalau teriak juga gak bakalan kedengaran karena kos nya memang kedap suara. Angeli terus memperhatikan pria itu, berharap ia bisa melihat wajahnya. Namun, sampai pria itu menyelesaikan jemurannya, Angeli tak dapat melihat wajah yang membuatnya penasaran.

"Gila, pasti ganteng banget, kok gue baru tau ada cowok seganteng dia di pondokan ini ya?" Angeli membuka pintu secara perlahan, meski hatinya ingin segera berkenalan tapi ia masih punya rasa malu. Setelah menjemur pakaiannya, Angeli kembali ke kos dan seperti biasa tidak melakukan apa-apa. Liburan kali ini tidak terlalu menarik untuk dijalani.

Kejadian hari itu berlalu begitu saja, meski Senen Angeli masih penasaran sama pria yang ia lihat pagi itu. Tapi karena ia tidak melakukan apapun di kos, dia tidak terlalu memikirkannya. Sekarang saja gadis itu tengah rebahan dan juga mengadu nasib.

"Aish, harusnya gue terima aja tawaran papa, gue balik ke Riau, tanpa jalani hari hari bosan kayak gini, mana liburan masih lama lagi, aahg," sebenarnya ia disuruh pulang oleh papa ke Riau, tapi mengingat bulan Oktober kemarin ia sudah pulang untuk merayakan ulangtahunnya yang ke 19, ia sedikit malu kalau pulang dua bulan setelah menghambur uang sang papa. Jadi dengan menggunakan nama-nama temannya Angeli berhasil menolak tawaran pulang dari papa. Meskipun sebenarnya temannya tidak ada satupun yang menetap di Bengkulu.

"Cari makan aja lah, males masak lauk." Angeli mengambil uang sepuluh ribu dan langsung keluar. Gadis itu sedikit terkejut ketika didepannya berlutut seorang pria. Pria itu tak kalah terkejutnya, ia dengan wajah kagetnya langsung menoleh ke arah Angeli. Degup jantung Angeli terdengar begitu hebat, sedetik kemudian ia langsung menutup pintunya.

"Sialan, bidadara pencuri hati gue. Gila, ganteng banget, gila, gila," jantungnya belum berhenti berdetak kuat, ia memegangi dadanya sembari mengatur nafas agar lebih tenang. Angeli tau tubuh itu, tubuh yang pagi tadi ia lihat dengan penuh pesona. Sedang membayangkan bagaimana wajah dari pemilik punggung itu, Angeli kembali menelan ludah susah payah. Ternyata realita dari bayangan bentuk wajah pria subuh tadi lebih indah dari ekspektasi dirinya. Pria itu lebih tampan dari dugaannya.

"Aah, gue laper banget, tapi takut ketemu lagi. Kok tadi pintunya gue tutup ya?? Tolol banget, sialan." Angeli mengutuk dirinya, karena berlaku refleks dengan hal tolol. Ia menjambak rambut, memilih untuk tidak keluar satu harian ini. Karena rasa malu dan canggung yang ia punya.

Senin kali ini paling sial menurut gadis itu, meski sebenarnya ia benci setiap hari Senin.

Maybe in another life, huh?! (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang