Ciuman

13.1K 771 6
                                    

Dari sekian banyak orang kenapa sih harus dia yang jadi pacar?

Vania Agatha.

_-_-_-_

Aku tengah berjalan menuju ke parkiran mall bersama dengan elena dan juga Mira.

"Di grup rame bahas lesneiro yang bakal tawuran" ucap Mira antusias.

"Wuih...Bakal jadi trending nih mesti" heboh elena.

"Ngapain sih kalian bahas hal nggak penting" Sewotku.

"Nggak penting menurut Lo penting menurut kita ya nggak mir? Lagian Lo kan harusnya khawatir sama pacar Lo yang ganteng itu" Goda elena.

Aku berdecak sebal. Mira tiba tiba menghentikan langkahnya membuat aku dan elena mengernyit bingung.

"Guys Kayaknya kita bakal kena masalah deh" lirih Mira sambil memandang sesuatu.

Aku dan elena mengikuti arah pandang Mira yang seakan ketakutan. Jujur aku merasa takut namun sebisa mungkin tidak ku perlihatkan pada kedua sahabatku ini.

"Ralat. Tapi lo Van, Lo bakal dapet masalah" Ucap elena pelan dengan mata memelas.

"Enggak kalo gue bisa ngehindar dari Deon" Ucapku menenangkan mereka berdua.

Bodoamat jika aku akan dianggap pengecut nantinya dengan hanya berani berbuat tapi tidak dengan bertanggung jawab. Yang penting sekarang kabur dulu!

Aku berniat berbalik arah saat dari kejauhan melihat Deon yang sudah menyender di mobil Mercedes keluaran terbaru miliknya. Namun terlambat karena Deon sudah lebih dulu melihatku.
Deon yang melihat keberadaan ku pun beranjak mendekat dengan tatapan datar.

"Masuk"

"Nggak"

Mata Deon mendadak menajam saat mendengar penolakan ku.

"Kita udah ada janji buat nonton sehabis dari mall ya kan Len Mir?"

Tatapan Deon beralih menatap kedua temanku. Lena dan Mira yang sadar akan tatapan membunuh milik Deon menjadi gelagapan.

"Eh gue kan udah ada janji mau nemeni adek gue beli kutek" alasan Mira.

"Kok gitu sih? Kalo Lo Len?"

"Gue sih bisa aja tapi... kok Mama gue telpon ada apa ya. Gue pulang dulu ya dadaa Vani" ucap elena cepat dan berpura pura mengangkat telepon.

"Gue juga pulang ya Van" ucap Mira sambil berjalan cepat.

"Mau alasan apa lagi? Masuk!"

"Nggak mau! Aw Sakit Deon!" Ringisku saat Deon tiba tiba mencekal lenganku dengan keras dan dituntunnya masuk ke dalam mobil.

_-_-_-_

"Hari ini gue ada jadwal tawuran jadi gue mau Lo tetap dirumah" Ucap Deon saat mobil Mercedes miliknya sampai didepan rumahku.

"Gue bosen Deon. Gue mau keluar cari hiburan" keluhku.

"Gue terkenal. Musuh gue banyak dan semua orang tau Lo. Gue yakin mereka bakal ngincer lo"

"Yaudah mending kita putus aja biar musuh Lo nggak ngincer gue lagi terus Lo nggak bakal repot" ucapku ngasal.

"Jangan mancing Vani" Ucap Deon dengan tegas.

Aku berdecak.

Aku berniat keluar namun pintu terkunci. Siapa lagi pelakunya kalo bukan Deon? Aku berdecak lagi.

"Buka pintunya" pintaku.

"Lo pikir gue lupa?"

Aku mematung.

"Pergi nggak bilang. Panggilan nggak diangkat dan udah buat waktu gue terbuang sia sia. Lo pikir Lo siapa Vani?" Ucap Deon sinis sambil menatapku tajam.

"Deon lo nggak bilang kalo lo mau jemput" Belaku.

"Jadi lo mau gue ngabarin lo setiap waktu gitu? Lo pikir gue pengangguran??"

Salah Mulu ih.

"Maaf Deon" Ucapku lelah.

Tatapan Deon sudah tidak menajam. Dari sini sudah terbukti jika Deon hanya ingin permintaan maaf ku, bukan alasanku. Karena bagi Deon wajib bagi orang untuk selalu kalah jika berhadapan dengan dirinya.

Sebisa mungkin Deon akan memutar otak agar menemukan kartu as lawannya. Dan Deon selalu bisa membuatku secara paksa mengucap kalimat maaf untuk nya.

"Cium gue dulu biar nanti pas tawuran makin semangat"

"Nggak"

"Yaudah kalo gitu gue yang bakal cium Lo"

"Jangan macam macam atau gue bakal.. emmm.." Ucapku terputus saat Deon tiba tiba membungkam bibirku dengan bibirnya.

Tanganku tak diam begitu saja. Aku langsung memukul dan mendorong tubuh Deon agar menjauh. Tiba tiba Deon mengginggit bibir ku yang otomatis langsung terbuka.

Deon menyudahi kulumannya. Tersenyum sinis menatapku sambil membersihkan sisa lipstikku yang menempel di bibirnya.

Klik
Suara kunci pintu terbuka.

Aku langsung bergegas membuka pintu mobil sambil menggosok dengan keras bibirku lalu berjalan mendekati pintu rumah tanpa mau menoleh ke arah mobil milik Deon yang sudah pergi menjauh.

Aku berhenti sejenak untuk mengatur nafas sebelum membuka handle pintu guna mengurangi rasa kesalku karena tindakan seenak nya dari Deon.

Baru saja ingin membuka pintu tiba tiba hpku bergetar. Deon menelpon ku. Lagi lagi aku berdecak. Entah mengapa jika menyangkut Deon hobiku selalu berdecak. Dengan ogah aku menggeser tombol hijau sehingga panggilan menjadi tersambung.

"Gue nggak main main Vani. Kalo gue bilang jangan keluar ya jangan. Gue tau semua apa yang lo lakuin. Lo bakal nyesel jika nglanggar omongan gue"

"Iya Deon. Gue masih mau hidup enak"

"Bagus kalo lo mau dengerin gue. Satu lagi. Jangan nungguin chat dari gue karena gue sibuk. Kalo Lo kangen cukup ingat ciuman kita tadi di mobil. Btw van, bibir Lo manis"

Tut
Sambungan ditutup sepihak oleh Deon.

"Kok bisa ya Deon se pd itu? Nggak mungkin lah kalo gue kangen sama tuh spesies! gila apa gue?" Ucapku bermonolog.

Dengan tidak tau dirinya tiba tiba otakku penuh oleh adegan dimana Deon menciumku paksa. Tanpa sadar aku mengangkat tanganku menyentuh bibir.

"Apasih Van?!?" Ucapku pada diriku.

_-_-_-_

Selain sibuk ngurus perusahaan. Deon juga sibuk tawuran kok😂

Vote+komen+follow

Terimakasih.






Love The CriminalWhere stories live. Discover now