Madness (6)

7.6K 818 19
                                    

Author POV

"KAU BERBOHONG PADA KELUARGAMU AGAR BISA PERGI DENGAN DOYOON ITU?!" Siwon teriak sejadi jadinya.

"A-appa..." panggil Seungcheol dengan lirih, pipi kanannya masih terasa sangat panas hasil tamparan dari Siwon.

"Kau pikir appa menjodohkanmu dengan Jeonghan tanpa alasan, Seungcheol?! Appa tidak mau kau menikahi orang yang tidak sopan sepeti Doyoon, kau paham?! Jeonghan jauh lebih baik dari pada Doyoon. Apa yang kau lihat dari Doyoon?!" Ucap Siwon dengan sangat murka.

"A-appa, dengar-"

"Appa kecewa padamu. Sangat kecewa. Tinggalkan Doyoon, jika kau memang anakku. Tinggalkan dia jika kau masih menyayangi keluargamu." Ucap Siwon yang kemudian meninggalkan Seungcheol yang membeku di tempat.

"Hyung..." Panggil Mingyu.

"Maafkan aku, Mingyu. Karena tidak bisa menjadi contoh yang baik untukmu. Aku naik dulu, aku lelah." Ucap Seungcheol dengan tatapan yang kosong.
.

.

.

Jeonghan POV

Aku dan eomma sudah sampai dirumah. Rumah terasa sangat sepi, biasanya Seungcheol dan Mingyu bermain games di ruang keluarga  dan appa duduk di sofa,meminum tehnya dan kadang menjahili anaknya. Tapi hari ini, aku tidak melihat pemandangan hangat itu, mungkin mereka lelah? Aku tak tahu. Eomma dan aku akhirnya memasuki kamar masing-masing karena hari juga sudah malam.

Saat masuk ke dalam kamar, aku melihat Seungcheol yang sedang duduk di bibir ranjang dan menghadap kejendela, membelakangiku.

"Seungcheol kau sudah kembali? Kau sudah makan? Jika belum, mau aku hangatkan masakan tadi? Aku menyisahkannya untukmu." Ucapku yang mendekat kearah Seungcheol.

"Jangan mendekat,Jeonghan!" Ucap Seungcheol. Dia terlihat sangat marah, aku bisa melihat kemarahan dimatanya.

"Apa yang kau bilang pada appa dan Mingyu? Kau bilang aku pergi dengan Doyoon?!" Ucap Seungcheol yang jalan mendekatiku.

"Apa yang kau bicarakan Seungcheol? Aku bilang kau sedang ada meeting mendadak." Ucapku yang mundur kebelakang dan menbrak dinding.

"Berhenti berbohong Jeonghan! Berheti berpura-pura baik dihadapanku! Kau hanya ingin hubunganku dengan Doyoon hancurkan?! Dan kau berpura-pura lemah di hadapan appa dan eomma, sehingga kelihatannya selalu aku yang salah!!" Ucap Seungcheol yang mengguncang guncang bahuku.

"Seungcheol cukup!" Ucapku dengan suara yang bergetar.

"Kau tahu Jeonghan? Aku sangat meragukan ketulusanmu. Kau munafik Jeonghan!" Ucapnya lagi sambil berteriak.

"SEUNGCHEOL CUKUP!" Seungcheolpun menghentikan guncangannya, nafas kami sama-sama memburu.
"Kau tidak tahu apa-apa Seungcheol. Kau tidak tahu sebetapa menyakitkannya saat melihatmu dengan Doyoon. Saat dimana kau lebih memilih Doyoon di bandingkan aku yang merupakan istrimu, kau tidak mengerti! Aku mencintaimu, kau juga tidak akan tahu itu. Selama ini aku menyimpan rasa padamu, kau tidak tahu. Aku mengubur semua harapanku, harapan jika kau bisa mencintai- tidak, menyukaiku setidaknya. Aku mengubur itu karena aku tau kau hanya mencintainya. Dan sekarang kau meragukan ketulusanku? Aku mengorbankan semua perasaanku, dan kau masih mengganggap aku tidak tulus Seungcheol? Sehina itukah aku di matamu?" Aku tak bisa menahan air mataku,semua keganjalan dan kekecewaanku. Semuanya aku tumpahkan hari ini.

Aku melepaskan tangan Seungcheol dan aku keluar dari kamar, meninggalkan Seungcheol yang masih terdiam disana.
.
Aku duduk di ujung kolam, memainkan air yang dingin, mungkin? Entah, aku tak merasakan apapun.

"Jeonghan hyung." Mingyu memanggilku dan duduk disampingku.

"Ayo masuk, disini udaranya dingin." Ucapnya lagi.

"Tidak, Gyu. Aku mau disini." Ucapku yang menatap air di kolam.

"Bertengkar dengan Seungcheol hyung?" Tanya Mingyu. Aku hanya mengangguk dan air matakupun terjatuh.

"Aish...tunggu disini, kutitip ini. Pastikan tidak masuk kedalam kolam." Ucap Mingyu yang menitipkan ponselnya padaku.
Tak lama, ponsel Mingyu berbunyi dan ternyata itu dari Wonwoo.

Wonu~
Jeonghan hyung sudah tau?
Gyu ,tolong temani Jeonghan hyung.
Dia pasti sangat sedih sekarang.
Ah, rasanya aku ingin datang kerumahmu dan memeluk Jeonghan hyung sekarang juga.

Akupun penasaran dengan apa yang Wonu bicarakan, aku membuka percakapan antara Mingyu dan Wonu, aku melihatnya. Foto dimana Seungcheol dan Doyoon berciuman. Dadaku terasa sangat sesak. Aku menangis, dalam diam. Melihatnya mencintai orang lain adalah duka bagiku.

"Hyung pakai ini. Hyung..." Ucap Mingyu.

"Mingyu, bukankah mereka terlihat serasi? Aku harusnya turut senang, tapi kenapa aku tidak bisa?" Ucapku yang menepuk keras dadaku. Sakit, dadaku terasa sakit.

Mingyu meletakan jaketnya padaku dan memelukku dan menepuk punggungku pelan.

Author POV

Mingyu menjelaskan semuanya pada Jeonghan, awal dimana Wonwoo dan Jihoon bertemu dengan Seungcheol dan Doyoon. Saat dimana ia mengatakan pada appanya tentang Seungcheol dan betapa murkanya sang appa. Ia juga menceritakan bagaimana appanya itu menampar Seungcheol. Mingyu menjelaskan semuanya.

Kini waktunya Jeonghan yang menjelaskan satu hal, yang sudah tak bisa ia simpan sendirian.

"Aku tahu Seungcheol masih memiliki hubungan dengan Doyoon, bahkan setelah kami menikah." Begitulah kalimat pertama yang Jeonghan ucapkan untuk membuka pembicaraan itu.

"Ha? Maksud- bagimana- ke-kenapa hyung?" Mingyu terkejut dengan apa yang Jeonghan katakan.

"Kebahagiaanya bukanlah aku. Aku ingin melihatnya bahagia, walaupun dia harus bahagia dengan orang lain." Ucap Jeonghan dengan senyum masamnya.
"Jangan marah padanya ya Gyu. Aku yang salah, bukan dia."

Mingyu kembali memeluk Jeonghan, memeluk seorang yang selalu terlihat bahagia namun rapuh didalamnya. Dari pelukan itu seakan mengigatkan bahwa selalu ada dia disisi Jeonghan. Tanpa memedulikan keadaan malam yang sunyi, angin yang dingin, juga tatapan seseorang yang tak suka melihat pelukan itu.

Tak suka karena tak mampu memeluknya yang rapuh?
Hm... bisa dibilang begitu.

Their Story -Jeongcheol-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang